dikerjakan oleh lembaga tersebut kepada masyarakat atau pengguna jasa lembaga tersebut. Nilai-nilai yang dilembagakan dapat berupa peraturan perundang-
undangan, peraturan daerah, tata ruang wilayah pesisir dan lautan, pedoman perencanaan, dan bentuk-bentuk lainnya yang telah dihasilkan oleh lembaga
tersebut.
3.5.7 Menyusun Strategi Pengelolaan Pencemaran TAD
Selanjutnya untuk mengembangkan perairan teluk maka perlu untuk menyusun strategi pengelolaan pencemaran TAD agar pengendalian pencemaran
lingkungan dapat dilakukan. Analisis yang dipakai untuk menyusun strategi pengelolaan adalah analisis diskriptif berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Wilayah Teluk Ambon Bagian Dalam TAD berada pada wilayah Kecamatan Teluk Ambon Baguala Gambar 9. Secara geografis wilayah
Kecamatan ini sebelah utara berbatasan dengan Desa Hitu dan Kaitetu Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, sebelah selatan berbatasan dengan Laut
Banda Kecamatan Maluku Tengah, sebelah timur berbatasan dengan petuanan Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, dan sebelah barat
berbatasan dengan Desa Hative Kecil Kecamatan Sirimau Kota Ambon dan Desa Hatu Kecamatan Maluku Tengah BPS Kota Ambon 2007.
Luas daratan Kecamatan Teluk Ambon Baguala sesuai hasil survei tata guna tanah tahun 1980 adalah 158.79 km
2
. Perairan yang termasuk dalam Wilayah Kota Ambon dapat dibagi menjadi 4 empat wilayah ekologis yakni Teluk
Ambon Dalam TAD dengan luas perairan 11.03 km
2
, Teluk Ambon Luar TAL dengan luas perairan 98.78 km
2
, Teluk Baguala dengan luas perairan 58.48 km
2
dan perairan Pesisir Selatan Kota Ambon dengan luas perairan 241.1 km
2
. Sedangkan secara khusus wilayah pesisir Teluk Ambon Dalam memiliki panjang
garis pantai adalah sebesar 14.003 km. Secara umum perairan Kota Ambon memiliki tipe iklim laut tropis dan
musiman. Pada perairan ini ada empat musim yang berpengaruh yaitu musim barat berlangsung dari Desember-Februari, musim pancaroba I berlangsung dari
Maret-Mei, musim timur berlangsung dari Juni-Agustus, dan musim pancaroba II
berlangsung dari September-Nopember. Curah hujan tertinggi sepanjang tahun terjadi dalam musim timur Juni – Agustus, dan terendah dalam musim Barat
Desember – Pebruari. Dalam musim barat, angin bertiup dengan kecepatan rata- rata 3 – 4 knot setiap tahun dengan arah terbanyak dari utara – barat laut, dan
selatan – barat daya. Kecepatan angin terbesar dapat mencapai 18 knot dari arah selatan – baratdaya. Hasil penelitian mendapatkan bahwa jika angin utara bertiup
dengan durasi yang cukup lama akan berdampak langsung bagi kestabilan massa air di perairan TAD. Laut akan tampak bergolak hebat, akibatnya kekeruhan
sepanjang pesisir pantai lebih meningkat DKP PROMAL-UNPATTI 2003. Sampling mewakili dua musim yang ada. Hal ini didasari pada pemikiran
bahwa beban yang akan masuk dan keadaan hidrooseanografi akan sangat mempengaruhi penyebaran dari bahan organik ataupun partikel terlarut dalam
perairan. Sampling parameter kualitas air di perairan laut dilakukan pada 11 titik
sampling di laut serta beberapa titik pada ke-4 sungai yang bermuara di TAD. Adapun ke -11 titik tersebut dapat dilihat pada Gambar 9 dan deskripsi tiap lokasi
serta posisi geografisnya dapat dilihat pada Tabel 10. Sedangkan ke-4 sungai yang diamati adalah sungai Waitonahitu Passo-Negeri Lama, sungai Waiheru
Waiheru, sungai Wai Air Besar Halong dan sungai Wairekan Lateri. Pengambilan sampel air sungai untuk kebutuhan analisis yaitu pada salinitas air
menunjukkan 0 PSU. Sedangkan beberapa parameter yang diukur insitu, pengukuran dimulai dari arah laut ke dalam sungai.
Selanjutnya data sosial ekonomi dan budaya juga diambil dari masyarakat yang bermukim sekitar TAD. Penelitian dimulai pada bulan Mei’ 2006 hingga
Januari’ 2007.
Tabel 10 Deskripsi titik-titik sampling di laut
Stasiun Posisi Geografis
Deskripsi 1
Depan sungai Waeruhu Desa Galala
128 ˚ 11’ 53,61” BT –
3 ˚ 39’ 42,99” LS
• Pemukiman • Pelabuhan penyeberangan kapal Ferry Poka
– Galala • Pelabuhan Perum Perikani
• PLN • Pelabuhan perahu tradisional
• Akivitas pembuangan sampah di pantai 2
Antara pelabuhan ferry Galala- Desa Halong
128 ˚ 12’ 29,20” BT –
3 ˚ 39’ 29,55” LS
• Pelabuhan kapal ferry dan AL • Pemukiman
• Ada sedikit mangrove • Akivitas pembuangan sampah di pantai
3 Depan bakau Desa Latta
128 ˚ 13’ 19,37” BT –
3 ˚ 39’ 12,798” LS
• Pemukiman • Berlabuh dan perbaikan kapal
• Ekosistem mangrove, lamun • Sedimentasi
• Beroperasi 3 unit KJA • Akivitas pembuangan sampah di pantai
4 Depan SMU Lateri
128 ˚ 19’ 53,245” BT –
3 ˚ 38’ 49,520” LS
• Ekosistem mangrove,lamun • Beroperasi unit KJA
• Aktivitas eksploitasi SD bentos • Akivitas pembuangan sampah di pantai
5 Depan sungai Waerekan Lateri
128 ˚ 14’ 17,97” BT –
3 ˚ 38’ 28,669” LS
• Ekosistem mangrove,lamun • Pelabuhan POLAIR
• Beroperasi unit KJA • Aktivitas berlabuh kapal
• Aktivitas eksploitasi SD bentos • Akivitas pembuangan sampah di pantai
6 Depan sungai Waetonahitu Passo
128 ˚ 14’ 29,58” BT –
3 ˚ 38’ 1,712” LS
• Pemukiman • Ekosistem mangrove, lamun
• Beroperasi 4 unit KJA 2 unit jaring insang • Sedimentasi
• Aktivitas eksploitasi SD bentos • Akivitas pembuangan sampah di pantai
7 Depan Desa Nania
128 ˚ 14’ 02, 90” BT –
3 ˚ 37’ 56,302” LS
• Pemukiman • Ekosistem mangrove
• Sedimentasi penambangan pasir • Beroperasi 4 unit KJA
• Eksploitasi kerang-kerangan • Akivitas pembuangan sampah di pantai
8 Depan sungai Waiheru- Desa
Waeheru 128
˚ 30’ 349” BT – 3
˚ 38’ 11,897” LS • Pemukiman
• Ekosistem mangrove,lamun • Sedimentasi
• Aktivitas berlabuh dan perbaikan kapal • Aktivitas eksploitasi SD bentos
• Akivitas pembuangan sampah di pantai • Fasilitas militer
9 Depan Desa Hunut
128 ˚ 12’ 42,206” BT –
3 ˚ 38’ 10,169” LS
• Pemukiman • Ekosistem mangrove, lamun
• Aktivitas eksploitasi SD bentos • Penambangan pasir dan batu
• Akivitas pembuangan sampah di pantai 10
Antara Batu Koneng dan Poka PLN
128 ˚ 11’ 51,472” BT –
3 ˚ 38’ 39,22” LS
• PLN • Pemukiman
• Sangat sedikit mangrove • Sedimentasi
Lanjutan Tabel 10... • Aktivitas perbaikan kapal-kapal
• Aktivitas eksploitasi SD bentos • Akivitas pembuangan sampah di pantai
11 Teluk kecil dekat dermaga ferry
Poka – Desa Poka 128
˚ 12’ 03,157” BT – 3
˚ 39’ 23,044” LS • Dermaga ferry
• Jalur lalu lintas laut • Aktivitas berlabuh dan perbaikan kapal
• Akivitas pembuangan sampah di pantai
Khusus untuk pengambilan sampel Polycyclic Aromatic Hydrocarbon PAH dilakukan di lima titik yang berada diantara stasion-stasion pengambilan
sampel parameter air lainnya yaitu antara stasion yang sebutkan dalam Tabel 10 Tabel 11 dan Gambar 9. Posisi stasion tersebut dapat dilihat berikut ini :
Tabel 11 Posisi titik sampling Polycyclic Aromatic Hydrocarbon
Stasiun Posisi
I antara stasiun 1 dan 2
II antara stasiun 3 dan 4
III antara stasiun 5 dan 6
IV antara stasiun 8 dan 9
V antara stasiun 9 dan 10
3.7 Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan beberapa bahan dan peralatan dengan spesifikasi serta kegunaan sesuai peruntukannya Tabel 12.
Tabel 12 Alat dan bahan, tipe dan kegunaan
Alat dan Bahan TipeSpesifikasi
Kegunaan
Tabung Koleksi Air Reversing Thermometer
Kertas Miliphore Sechi Disk
Refractometer Skala Beaufort
Palem Pasut Current Meter
Sonar Kompas
GPS Meteran
Stopwatch Nansen Bottle
Terlindung Diameter 0,45 μm
Diameter 30 cm S-Mill
Tabel Skala Palem berskala
Current Cross Hand Sonar
Directional Compass Garmin 5
Ukuran 0-100 cm Hand stopwatch
Koleksi Sampel Air Pengukuran Suhu
Tapis Sedimen Tersuspensi Pengukuran Kecerahan
Pengukuran Salinitas Pengamatan Sea State
Pengamatan Gelombang Pengukuran Arus Arah
Kecepatan Pengukuran kedalaman
Penentuan arah arus Penentuan posisi stasion dan objek
Pengukuran diameter pohon Pengukuran kecepatan aliran
sungai.
Lanjutan Tabel 12...... pH Meter
DO Meter Spektofotometer
Spektofotometer Extrator
Titrator Titrator
Gas Chromatography HPLC
pH Digital Digital
Digital Digital
Manual Manual
Manual DigitalHewlett packard
series II - 5890 DigitalAPHA,20
th
Ukur pH Ukur kandungan DO
Ukur kandungan Nitrat NO3 Ukur kandungan Posfat PO4
Ukur kandungan COD Ukur kandungan BOD
Ukur konsentrasi TOM Ukur konsentrasi PAH
Ukur kandungan minyak lemak
Tali Frame
Sekop Botol Sampel
Botol sampel Formalin
Nilon Metal kuadrat
Kuningan logam Plastik
Kaca 40
Membuat garis Transek Sampling komponen biologis
bentos, mangrove Lamun Menggali sampel
Koleksi sampel air biota Koleksi sampel
Pengawetan sample
Kuesioner Peta Demografi
Peta Topografi Peta Vegetasi Penggunaan
Lahan Peta Geologi
Peta Geomorfologi Peta batimetri
Hard copy Peta Digital
Peta Digital Peta Digital
Peta Digital Peta Digital
Peta Digital Informasi sosekbud
Informasi Penduduk Informasi lereng topografi
Informasi tipe peng. Lahan Informasi Geologi
Informasi Geomorfologi Informasi batimetri
Speed Boat Ember
Kantong plastik Karet gelang
Kertas data Motor tempel
Plastik Plastik
Sintetik Hard copy
Transportasi Pengamanan sampel
Kantong sampel Ikat sampel
Pencatatan Data
IV KONDISI UMUM PERAIRAN TELUK AMBON DALAM
4.1 Kondisi Fisik Perairan Laut dan Permasalahannya
Perairan teluk Ambon diketahui terdiri atas perairan Teluk Ambon Dalam TAD dan Teluk Ambon Luar TAL dan penelitian ini lebih difokuskan ke
perairan Teluk Ambon Dalam TAD. Oleh karena kondisi TAD yang semi tertutup dengan arus yang lemah, menyebabkan perairan ini berpotensi terkena
pencemaran bila tekanan pemanfaatan semakin meningkat baik yang berasal dari darat maupun dari laut sendiri. Selain itu sirkulasi air yang lambat membuat
penyebaran bahan pencemar yang masuk, cenderung tetap berada atau terperangkap di dalam perairan TAD dalam waktu yang relatif lama, sebelum
mengendap atau berpindah ke perairan TAL. Oleh karena itu untuk mengkaji permasalahan percemaran yang mungkin terjadi di TAD dengan kondisi
morfologi teluk yang diuraikan di depan, maka beberapa kajian fisik kimia perairan yang turut menunjang di dalam memperkuat analisis tentang beban
pencemaran perlu diuraikan disini.
4.1.1 Oseanografi 4.1.1.1 Batimetri
Kedalaman laut maksimum pada zone ambang sekitar 12,8 meter dengan lebar antar alur kedalaman 10 m pada dua sisi semenanjung sekitar 74,5 meter.
Lebar dan kedalaman ambang yang demikian, diduga akibat sedimentasi, sehingga penyempitan dan pendangkalan ambang terus terjadi. Dinamika
penggunaan lahan daratan pesisir untuk tujuan pengembangan telah berdampak pada sedimentasi.
Kedalaman maksimum Teluk Ambon Dalam adalah 41 meter dengan posisi 128°12´4,03BT dan 03°3929,63LS. Pada tampilan batimetri dan 3
dimensi dasar laut Teluk Ambon Dalam, jelas terlihat bahwa area dangkal di perairan ini berada sepanjang pesisir desa Lateri hingga Waiheru dan Utara Poka
Gambar 10. Sebaliknya di sepanjang pesisir desa Lateri 1, Latta, Halong dan Batukoneng terdapat zone–zone perairan yang lebih dalam 30m dan
merupakan area terdalam di peraian TAD.
Gambar 10 Batimetri dan tampilan ortografik 3 dimensi dasar laut ambang Galala-Poka
Berdasarkan pola kontur kedalaman, ditemukan ada jalur lintasan pergerakkan sedimen terestrial yang diduga akan mereduksi kedalaman perairan
TAD pada masa akan datang, terutama dari muara sungai sekitar Negerilama – Waiheru, Batukoneng dan Poka Gambar 11.
4.1.1.2 Pola Arus Musim di Perairan TAD
Faktor oseanografi yang mempengaruhi penyebaran bahan-bahan pencemar baik padat maupun cair pada suatu perairan adalah arus. Uraian
sebelumnya menjelaskan bahwa arus dominan di TAD adalah arus pasang surut, dengan demikian pola penyebaran bahan pencemar maupun proses terjadinya
sedimentasi juga sangat dipengaruhi oleh arus pasang surut. Lebih jelasnya periode arus pasang dan surut yang terjadi di perairan TAD dapat dilihat berikut
ini.