segi perubahan harga kedelai pada tingkat petani produsen, penawaran produksi dan surplus produsen.
Secara historis dapat dideskripsikan bahwa penurunan surplus produsen kedelai disebabkan oleh penurunan harga kedelai pada tingkat domestik.
Sebenarnya skenario ini yang sebenarnya membuat dilematis pihak pemerintah. Karena secara langsung pemerintah sendiri yang menghancurkan harapan petani
kedelai untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya dengan lebih layak. Oleh karena itu agar pemerintah tidak mengalami dilematika dalam menentukan arah
kebijakan perkedelaian nasional seyogyanya mempertiambangkan kembali peniadaan tarif impor tersebut.
6.3.3 Dampak Terhadap Impor dan Penerimaan Pemerintah
Berdasarkan hasil analisis pada skenario D penghapusan tarif impor
hasil simulasi menunjukan peningkatan terhadap volume impor kedelai nasional yang sangat besar yaitu sebesar 142,0 persen. Hal tersebut dapat jika di
nominalkan sebesar 2.374.650,0 ton, jika dibandingkan dengan posisi nilai awal volume kedelai impor sebesar 1.672.388 ton .
Penerimaan pemerintah jelas tidak ada karena pemasukan pemerintah dari tarif impor telah dihilangkan. Berdasarkan hasil simulasi tersebut pemerintah
telah banyak kehilangan pemasukan dari pajak impor yaitu sebesar Rp 3,6 milyar. Disamping itu pemerintah mengalami kerugian berupa defisit perdagangan akibat
nilai dan volume impor kedelai semakin meningkat. Pada skenario D
1
mempertahankan tarif impor hasil simulasi menunjukan peningkatan terhadap volume impor kedelai nasional juga tetapi
relatif tidak besar dan ringan wajar yaitu sebesar 40 persen. Hal tersebut dapat 89
jika di nominalkan sebesar 683.610,0 ton, jika dibandingkan dengan posisi nilai awal volume kedelai impor sebesar 1.672.388 ton .
Dampak kebijakan penghapusan tarif impoir kedelai terhadap perubahan volume impor dan penerimaan pajak pemerintah dari tarif impor, secara ringkas
dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Dampak Kebijakan Penghapusan Tarif Impor Terhadap Volume Impor
dan Penerimaan Pemerintah pada Periode Tahun 1969-2008.
Skenario Simulasi Variabel
D1 10 D0 0
Perubahan
Volume impor t
1
Ton 000 1.672.,4
1.672.4 0 Perubahan volume impor
40,87 1,42 101,13
Perubahan volume impor Ton 000 683,61
2.374,65 1.691,04 Volume impor t
2
Ton 000 2.356,01
4.047,05 1.691,04 Penerimaan pemerintah Rp juta
1732,34 -3640,32 -3813,55
Meniadakan tarif impor kedelai dikhawatirkan akan sangat membahayakan pertanian kedelai di Indonesia. Alasan pernyataan ini, didasarkan
pada hasil simulasi yang menunjukan jumlah volume impor kedelai yang semakin meningkat, apabila tarif impor semakin dikurangi bahkan sampai ditiadakan. Pada
hasil simulasi skenario D yang menunjukan peningkatan terhadap jumlah volume
impor kedelai akan sangat menguntungkan bagi petani kedelai lokal, karena hasil produksinya dapat diserap oleh pasar. Sebaliknya pada skenario ini, akan sedikit
banyak merugikan bagi para pedagang besar dan importer. Hal tersebut beralasan 90
karena para pedagang besar dan importer harus banyak mengeluarkan jumlah uang untuk mendapatkan kedelai impor yang harganya semakin mahal.
Disamping pemerintah akan banyak kehilangan pemasukan dari pajak impor. Dengan semakin banyak impor kedelai yang masuk kedalam negeri maka
akan semakin banyak uang kita yang dibelanjakan keluar negeri, sehingga akan terintegrasi pada berkurangnya neraca perdagangan luar negeri.
Seyogyanya pemerintah mempertahankan kebijakan tarif impor, karena walupun menunjukan hasil yang negatif tetapi hasil tersebut masih dianggap wajar
dengan nilai penurunnan tersebut. Dengan memepertahan kebijakan tarif impor pemerintah masih memperoleh pemasukan dari pajak impor sebesar Rp 1,7 milyar
dan yang lebih pasti pemerintah akan mengurangi defisit perdangan. Dengan memperthankan tarif impor sebenarnya pemerintah sudah bisa menurunkan harga
kedelai domestik sebesar 6-7 persen dengan asumsi pemerintah menerapkan tarif impor sebesar lima persen.
6.3.4 Dampak Terhadap Surplus Ekonomi Netto