BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebijakan Perdagangan
Internasional
Kebijakan perdagangan internasional termasuk dalam ilmu ekonomi internasional. Menurut Salvatore 1997, Ilmu ekonomi internasional mengkaji
saling ketergantungan antar negara. Secara spesifik, ilmu ekonomi internasional membahas teori perdagangan internasional, kebijakan perdagangan internasional,
paluta pasar asing dan neraca pembayaran Balance of Payment, serta ilmu makroekonomi pada perdagangan terbuka.
Teori dan kebijakan perdagangan internasional merupakan aspek mikroekonomi ilmu ekonomi internasional sebab berhubungan dengan masing-
masing negara sebagai individu yang diperlakukan sebagai unit tunggal, serta berhubungan dengan harga relatif satu komoditas. Teori perdagangan
internasional menganalisa dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang di perolehnya Salvatore, 1997. Masih menurut pendapat
Salvatore 1997, kebijakan perdagangan internasional mengkaji alasan-alasan serta pengaruh pembatasan perdagangan, serta yang hal-hal menyangkut
proteksionisme baru New Protectionism. Salvatore menyimpulkan, model perdagangan internasional pada dasarnya
sama-sama memiliki sejumlah kesamaan sebagai berikut; 1.
Kapasitas produktif dari dari suatu perekonomian terbuka akan dapat di ketahui berdasarkan kurva batas-batas kemungkinan produksinya, dan
sesungguhnya perbedaan di dalam batas-batas kemungkinan produksi
itulah yang membuka peluang bagi terjadinya hubungan perdagangan diantara negara-negara yang bersangkutan.
2. Batas-batas kemungkinan produksi senantiasa menetukan skedul
penawaran relatif dari masing-masing negara. 3.
Keseimbangan dunia akan ditentukan oleh permintaan relatif dunia dan skedul penawaran relatif dunia yang terletak antara skedul-skedul
penawaran relatif nasional per negara.
2.2 Hambatan Perdagangan
Perdagangan bebas Free Trade akan dapat memaksimalkan output dan keuntungan bagi setiap negara yang terlibat di dalamnya, apabila tidak ada
berbagai bentuk hambatan. Namun pada kenyataannya, hampir di setiap negara masih menerapkan berbagai bentuk hambatan. Karena hambatan-hambatan
tersebut berkaitan erat dengan praktek dan kepentingan perdagangan atau komersial dari masing-masing negara. Hambatan-hambatan tersebut biasa disebut
sebagai kebijakan perdagangan Trade Policy atau kebijakan komersial Commercial Policy.
2.2.1 Hambatan Tarif
Tariff Barries
Bentuk hambatan perdagangan yang paling penting atau menonjol secara sejarah adalah tarif Tariff. Salvatore 1997 mendefinisikan, tarif adalah pajak
atau cukai yang di kenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas- lintas wilayah negara. Tarif merupakan bentuk kebijakan yang paling tua dan
secara tradisional telah di gunakan sebagai bentuk penerimaan pemerintah sejak lama. Ditinjau dari aspek asal komoditi, Salvatore membedakan tarif menjadi dua
macam yaitu tarif impor Import Tariff, yakni pajak yang di kenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain; dan tarif ekspor Export Tariff yang
merupakan pajak untuk suatu komoditi yang di ekspor. Ditinjau dari mekanisme perhitungannya, ada beberapa jenis tarif yaitu 1
Tarif spesifik Specific Tariff merupakan pajak yang di kenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor, 2 Tarif ad valorem Ad Valorem Tariff adalah
pajak yang dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang yang di impor, dan 3 Tarif campuran Compound Tariff adalah gabungan dari
keduanya Salvatore,1997. Hambatan perdagangan berupa tarif ini banyak dipakai untuk sektor pertanian.
2.2.2 Hambatan Non Tarif Non Tariff Barriers
Peranan tarif di negara-negara industri telah menurun dalam era modern sekarang ini, khususnya untuk sektor manufaktur, karena pemerintah dari
berbagai negara lebih suka memberlakukan berbagai macam dan bentuk hambatan non tarif. Menurut Salavatore 1997 ada berbagai bentuk hambatan nontarif,
diantaranya yaitu 1 Kuota impor, 2 Pembatasan ekspor sukarela VERs, Voluntary Export Restraints, 3 Aneka standar dan ketentuan teknis,
administratif dan berbagai macam ketentuan lainnya yang menghambat perdagangan impor, seperti subsidi kredit ekspor, hambatan birokrasi, kebijakan
pengutamaan produk dalam negeri, pajak perbatasan dan perjanjian komoditi internasional, 4 Kartel-kartel internasional dan 5 Dumping.
2.3 Keragaan Komoditi
Kedelai di Indonesia
Kedelai merupakan sumber bahan makanan yang mempunyai kandungan protein cukup tinggi yaitu 15 persen FMPI, Forum Masyarakat Perunggasan
Indonesia, 2007. Kedelai juga merupakan sumber bahan makanan yang paling banyak di konsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kedelai banyak digunakan
sebagai bahan baku untuk tempe, tahu, kecap, tauco, susu, kosmetik, obat dan pakan ternak. Berdasarkan catatan dan informasi yang ada, informasi
pekembangan penanaman kedelai di Indonesia baru dapat diikuti mulai tahun 1918 dimana tercatat luas areal panen kedelai sebesar 158.900 hektar.
Kedelai nasional masih dihasilkan terutama dari tanaman usahatani rakyat yang sebagian besar berskala usaha relatif kecil dan tersebar sebagian besar di
pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara Barat Deptan, 2007. Berdasarkan kajian Puslitbang Tanaman Pangan 2005 pengembangan usahatani
kedelai di lahan sawah dan lahan kering di tempuh melalui; 1 perluasan areal, 2 peningkatan produktivitas hasil, 3 peningkatan stabilitas hasil, 4 penekanan
senjang hasil, 5 penekanan kehilangan hasil dan, 6 sistem produksi kedelai yang berkelanjutan berwawasan lingkungan.
2.4 Kebijakan Perkedelaian