Impor Kedelai Indonesia GAMBARAN UMUM PERKEDELAIAN NASIONAL

5.3 Impor Kedelai Indonesia

Kebijakan pemerintah dalam perdagangan kedelai internasional akan sangat mempengaruhi jumlah kedelai yang diimpor. Kebijakan perdagangan internasional yang secar historis mempengaruhi jumlah impor antara lain pajak impor Tarif impor, kuota impor pembatasan impor, dan perubahan nilai tukar. Dengan membandingkan data antara perkembangan konsumsi dan produksi kedelai akan dapat diketahi posisi neraca konsumsi dan produksi serta jumlah impor yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan pada data 39 tahun terakhir 1969-2008 perkembangan jumlah impor kedelai Indonesia relatif atau cenderung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 7. bahwa terdapat kecenderungan perubahan jumlah konsumsi yang diikuti dengan jumlah penungkatan impornya. Pada tahun 1969-1975 jumlah impor kedelai Indonesia bernilai negatif. Tanda negatif berarti pada periode tersebut Indonesia melakukan ekspor kedelai bukan impor. Tetapi sejak periode tersebut Indonesia justru yang terjadi adalah sebaliknya yaitu melakukan impor. Indonesia semenjak saat tersebut tidak mampu melepaskan peranan terhadap impor kedelai. Bahkan jumlah impor kedelai mengalami peningkatan. Sejak tahun 1976 sampai sekarang Indonesia belum mampu melepaskan predikat sebagai negara importir kedelai net importir yang melekat pada bangsa ini. Penurunan jumlah impor kedelai dapat dilakukan dengan upaya. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan pemerintah dengan instrumen kebijakan terpadu yaitu kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan kebijakan perdagangan internasional. 60 Tabel 7. Neraca Perubahan Produksi, Konsumsi dan Impor Kedelai di Indonesi Tahun 1969-2008. Produksi Konsumsi Impor Tahun Jumlah Ton Perubahan Jumlah Ton Perubahan Jumlah Ton Perubahan 1969 388.898 - 192.119 - -1.000 - 1970 497.883 28.0 429.520 123.6 -4.000 300.0 1971 515.644 3.6 423.681 -1.4 0 -100.0 1972 518.229 0.5 447.573 5.6 -3.000 100.0 1973 541.040 4.4 439.707 -1.8 -36.000 1100.0 1974 589.239 8.9 506.122 15.1 -4.000 -88.9 1975 589.831 0.1 512.691 1.3 17.802 -545.1 1976 521.777 -11.5 600.149 17.1 171.746 864.8 1977 522.821 0.2 530.588 -11.6 89.101 -48.1 1978 616.539 17.9 646.105 21.8 130.499 46.5 1979 679.825 10.3 734.458 13.7 176.620 35.3 1980 652.762 -4.0 654.977 -10.8 100.878 -42.9 1981 703.811 7.8 1.075.360 64.2 361.000 257.9 1982 521.394 -25.9 934.590 -13.1 361.000 0.0 1983 536.103 2.8 764.780 -18.2 221.520 -38.6 1984 769.384 43.5 1.194.680 56.2 401.678 81.3 1985 869.718 13.0 1.224.010 2.5 301.952 -24.8 1986 1.226.737 41.0 1.667.840 36.3 359.041 18.9 1987 1.160.963 -5.4 1.513.470 -9.3 286.702 -20.1 1988 1.270.418 9.4 1.794.680 18.6 465.837 62.5 1989 1.315.113 3.5 1.774.360 -1.1 384.700 -17.4 1990 1.487.207 13.1 2.167.430 22.2 526.325 36.8 1991 1.554.694 4.5 2.362.070 9.0 631.038 19.9 1992 1.868.342 20.2 2.692.070 14.0 690.287 9.4 1993 1.707.126 -8.6 2.567.530 -4.6 722.472 4.7 1994 1.564.179 -8.4 2.489.860 -3.0 800.153 10.8 1995 1.679.092 7.3 2.443.360 -1.9 606.993 -24.1 1996 1.515.937 -9.7 2.287.660 -6.4 745.819 22.9 1997 1.356.108 -10.5 2.118.710 -7.4 616.109 -17.4 1998 1.305.640 -3.7 1.860.740 -12.2 344.050 -44.2 1999 1.382.848 5.9 2.684.000 44.2 1.301.152 278.2 2000 1.017.634 -26.4 2.294.000 -14.5 1.276.366 -1.9 2001 826.932 -18.7 1.960.000 -14.6 1.133.068 -11.2 2002 673.056 -18.6 2.017.000 2.9 1.343.944 18.6 2003 671.600 -0.2 2.016.000 0.0 1.344.400 0.0 2004 723.483 7.7 2.215.000 9.9 1.291.517 -3.9 2005 808.353 11.7 2.022.517 -8.7 1.086.177 -15.9 2006 747.611 -7.5 2.122.561 4.9 1.078.420 -0.7 2007 664.438 -11.1 2.325.998 9.6 1.199.839 11.3 2008 723.535 8.9 2.395.923 3.0 1.672.388 39.4 Sumber: Deptan, Ditjen Tanaman Pangan 2008, Diolah. Keterangan: ARAM II 2008.

5.4 Kebijakan Kedelai Nasional