Dampak terhadap Harga Grosir, Permintaan dan Surplus Konsumen

untuk D 1 dan Rp 2.176,70 per kg untuk D yaitu kenaikan harga kedelai sebagai dampak dari kedua kebijakan protektif tersebut.

6.3 Dampak Kebijakan Penghapusan Tarif Impor

Hasil analisis dampak kebijakan perdagangan impor dengan tarif pada dua skenario D dan D 1 sebagaimana diperlihatkan pada hasil analisis simulasi menunjukan bahwa dampak positif terjadi pada skenario D dan negatif pada skenario D 1 , baik terhadap harga grosir, harga produsen, permintaan, penawaran, impor maupun kesejahtaraan.

6.3.1 Dampak terhadap Harga Grosir, Permintaan dan Surplus Konsumen

Pada skenario D penghapusan tarif impor hasil simulasi menunjukan penurunan terhadap harga grosir sebesar 25,28 persen, atau berubah dari nilai sebelumnya sebesar 18,20 persen dan surplus konsumen turun sebesar 51,52 persen atau turun sebesar Rp 2,7 milyar. Dampak terhadap permintaan menunjukan nilai perubahan yang positif yaitu 69,74 persen atau terjadi peningkatan jumlah permintaan kedelai sebesar 2.346,82 ton. Peningkatan jumlah permintaan kedelai di tingkat domestik terjadi akibat penurunan harga pada tingkat grosir. Peningkatan jumlah permintaan tersebut akan tetapi tidak berdampak pada perubahan yang positif terhadap susplus konsumen. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan permintaan kedelai yang meningkat sebagai akibat penghapusan tarif impor tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan surplus konsumen yang positif pula. Pada skenario D 1 mempertahankan tarif impor menunjukan perubahan dampak yang lebih ringan dari pada menghilangkan tarif impor. Hal ini dibuktikan dari hasi analisis simulasi yaitu perubahan harga kedelai pada tingkat grosir dan surplus konsumen turun masing-masing sebesar 7,09 persen dan 3,04 persen. Begitu pun dampak terhadap perubahan permintaan yang relatif lebih ringan yaitu naik sebesar 28,21 persen. Secara jelas dampak kebijakan penghapusan tarif impor kedelai terhadap harga grosir, permintaan dan surplus konsumen dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Dampak Kebijakan Penghapusan Tarif Impor Kedelai terhadap Harga Grosir di Indonesia, Permintaan dan Surplus konsumen pada Periode Tahun 1969-2008. Skenario Simulasi Variabel D1 10 D0 0 Perubahan Perubahan harga grosir -7,09 -25,28 -18,20 Perubahan harga grosir Rpkg -626,82 -2.176,70 -1.549,88 Harga grosir t 2 Rpkg 8.219,66 6.432,77 -1.786,88 Perubahan permintaan 28,21 97,95 69,74 Perubahan permintaan Ton 675,81 2.346,82 1.671,01 Permintaan tahun t 2 Ton 000 3.071,71 4.742,72 1.671,01 Surplus konsumen Rp Juta -1.289.993 -2.660.994 -1.371.001,33 Perubahan kesejahteraan yang ditimbulkan oleh adanya kebijakan penghapusan tarif impor kedelai adalah menurunkan surplus konsumen. Secara umum dampak terhadap harga grosir, permintaan dan surplus konsumen, akan memberikan dampak yang tidak terlalu besar jika menerapakan kebijakan mempertahankan tarif impor. Alasannya jelas, karena kebijakan tersebut akan menguntungkan dari kedua pihak yaitu konsumen dan produsen. Hal ini sesuai dengan hasil simulasi yang menunjukan dampak terkecil baik dari segi perubahan harga grosir, permintaan konsumsi dan surplus konsumen. Secara historis dapat dideskripsikan bahwa penurunan surplus konsumen kedelai disebabkan oleh penurunan harga kedelai pada tingkat domestik. Sebenarnya skenario ini sudah memenuhi harapan pemerintah yang ingin menurunkan harga kedelai pada tingkat domestik. Tujuannya untuk menstabilkan harga kedelai domestik yang akhir-akhir ini semakin mahal karena dampak meningkatnya harga kedelai dunia. Hasil simulasi tersebut menunjukan gejala yang bertentangan dengan teori permintaan dan penawaran. Berdasarkan teori permintaan dan penawaran jika terjadi penurunan tarif impor maka harga dalam negeri akan mengalami penurunan. Selanjutnya penuerunan harga tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan permintaan dan akhirnya surplus konsumen pun akan bertambah. Salah satu penyebab penyimpangan tersebut diduga terjadi karena penurunan tarif yang tidak proporsional dengan kenaikan harga yang melebihi 100 persen. Secara matematis dapat diilustrasikan, harga kedelai impor semula Rp 1200 per kg naik menjadi Rp 8000 per kg, sedangkan penurunan tarif hanya 10 persen. Artinya dengan penurunan tarif 10 persen tersebut hanya dapat menurunkan harga kedelai domestik sekitar Rp 800 per kg atau menjadi Rp 7200 per kg. Dengan harga kedelai sebesar Rp 7200 per kg tidak cukup signifikan untuk menekan jumlah oportunitas pengeluaran untuk membeli kedelai. Hal tersebut tidak akan mempengaruhi terhadap peningkatan jumlah konsumsinya dan pada akhirnya jumlah surplus konsumen menjadi berkurang. 86

7.3.2 Dampak terhadap Harga Petani Produsen, Produksi Penawaran