3.2 Model Persamaan Simultan
Perumusan model merupakan langkah pertama dan langkah yang paling penting untuk kita lakukan dalam melakukan suatu penelitian atau mempelajari
berbagai hubungan antar variabel-variabel. Model digunakan untuk mewakili hubungan variabel-variabel dalam bentuk matematik dimana suatu fenomena
ekonomi dapat dipelajari secara empirik Koutsoyiannis,1997. Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem
persamaan simultan simultaneous-equations system. Menurut Supranto 1983, model pesamaan simultan merupakan suatu himpunan persamaan dimana variabel
tak bebas dalam satu atau lebih persamaan juga merupakan variabel bebas dalam beberapa persamaan lainnya, yaitu keadaan dimana di dalam sistem persamaan
suatu variabel sekaligus mempunyai dua peranan, yaitu sebagai variabel tak bebas dan variabel bebas. Jadi, tidak hanya variabel tak bebas Y yang ditentukan,
misalnya oleh variabel bebas X, tetapi bisa juga X ditentukan oleh Y, sehingga X dan Y nilainya ditentukan secara bersama-sama Jointly of Simultaneously
Determined. Didalam model persamaan simultan, terdapat dua jenis persamaan yaitu
persamaan identitas dan persamaan struktural, dimana persamaan struktural menunjukan pengaruh langsung dari setiap variabel bebas terhadap variabel tak
bebas. Kerangka model ekonoetrika dapat dilihat pada Gambar 6. 29
- +
+ +
- -
+
+ +
+
+ -
+ -
+ +
+ +
+ +
- -
- -
-
- +
+ +
+ +
Exschange rate
Lag harga kedelai
Harga kedelai domestic grosir
Lag harga kedelai di tingkat produsen
Lag harga kedelai impor
Harga kedelai internasional CIF
Lag jumlah kedelai impor
Populasi penduduk
Lag produktivitas
Harga kedelai impor
Konsumsi kedelai
Harga benih kedelai
Harga jagung dunia
Harga kedelai di tingkat produsen
Produktivitas kedelai
Produksi kedelai
Luas areal panen kedelai
Lag luas areal panen
Dummy kebijakan tariff
impor
Jumlah kedelai impor
Pendapatan perkapita
+ +
+
+
Keterangan: : Variabel Endogen
: Variabel Eksogen
Gambar 6. Kerangka Model Ekonometrika
30
3.3 Kerangka Pemikiran Operasional
Pasar kedelai Indonesia saat ini merupakan competitive market pasar bersaing yang terbuka untuk impor. Dengan kebijakan penghapusan tarif impor
yang dilakukan pemerintah saat ini dan dihilangkannya monopoli BULOG terhadap pengadaan dan distribusi kedelai, sebagai tuntutan dari liberalisasi
perdagangan semakin menambah peluang masuknya kedelai impor. Kebutuhan kedelai nasional yang sangat bergantung dari Amerika Serikat,
bermula dari pemberian fasilitas kredit, khusus kepada importir kedelai Indonesia melalui USDA pada athun 2000. Dengan fasilitas kredit tersebut, impotir
Indonesia banyak yang mendatangkan kedelai dari Amerika Serikat. Alasanya jelas, karena harga kedelai yang berasal dari Amerika Serikat tersebut sangat
murah, apabila dibandingkan dengan harga kedelai lokal sangat berbeda signifikan Deptan, 2006.
Fluktuasi harga kedelai di pasar dunia tampaknya ditransmisikan secara proporsional, terbukti dengan terbentuknya harga kedelai yang lebih tinggi di
pasar domestik dibandingkan dengan harga kedelai di pasar dunia. Harga kedelai lokal waktu itu seharga Rp 2500 per kg, sedangkan harga kedelai impor dari
Amerika Serikat seharga Rp 1950 per kg. Dari kedua harga tersebut terdapat margin antara kedelai lokal dan impor yaitu sebesar Rp 550 per kg. Hal ini terkait
dengan faktor-faktor lain, diantaranya nilai tukar rupiah yang terus berfluktuasi, adanya biaya pengiriman transfer cost, serta hambatan-hambatan lainnya
meskipun pada tahun 1998-2002 pernah dihapuskan tarif impor kedelai sama dengan nol.
Dampak panjang dari ketergantungan tersebut bagi petani kedelai adalah mereka semakin meninggalkan dan malas untuk menanam kedelai karena dari
faktor harga petani lokal, akan sulit bersaing dengan kedelai impor.Dampak selanjutnya, harga kedelai domestik akan sangat tergantung pada kondisi
perkedelaian produksi dari Amerika Serikat. Dampak yang paling terasasa saat ini adalah naiknya harga kedelai domestik melebihi 100 akibat produksi kedelai
AS semakin berkurang. Kondisi ini semakin tidak terkontrol akibat adanya tarif impor sebesar 10 persen.
Dampak kebijakan perdagangan kedelai kebijakan proteksi di negara impotir netto net importir kedelai seperti Indonesia dapat diestimasi dengan
menggunakan pendekatan model Keseimbangan Parsial partial equilibrium model sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 7 dan disimulasi yang
sebelumnya dihitung dengan menggunakan model persamaan simultan. Harga barang-barang normal di pasar dunia lebih murah dari pada di pasar dalam negeri.
Namun harga yang berlaku di pasar dalam negeri menjadi sama dengan harga yang berlaku di pasar internasional apabila ada impor yang dapat menutup defisit
produksi yaitu selisih antara produksi dan konsumsi. Pada Kondisi 1: Ada kebijakan tarif impor yang menyebabkan harga
kedelai yang berlaku di pasar dalam negeri P
D1
lebih tinggi dari pada harga dunia P
W
dengan selisish T. Pada posisi ini, jumlah produksi penawaran adalah QM
1
= QD
1
– QS
1
, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor adalah sebesar daerah segiempat ”cdgh”. Surplus produsen adalah sebesar daerah
segitiga ”acP
D1
” yang lebih kecil dari pada surplus konsumen yaitu sebesar daerah ”bdP
D1
”. Perubahan kesejahteraan masyarakat surplus ekonomi total adalah 32
sebesar daerah ”acdb” karena ada surplus ekonomi yang hilang deadweight sosial loss, DWSL sebesar daerah segitiga ”cef dan ”dhg”.
Pada Kondisi 2. Tanpa kebijakan tarif impor, harga yang berlaku di pasar dalam negeri turun dari P
D1
menjadi sama dengan harga dunia P
W
. Pada posisi ini, jumlah produksi penawaran turun menjadi QS
2
, jumlah konsumsi permintaan naik menjadi QD
2
, jumlah impor meningkat menjadi QM
2
= QD
2
- QS
2
, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor hilang menjadi nol. Surplus produsen turun menjadi sebesar daerah segitiga ”aeP
W
”, yang semakin jauh lebih kecil daripada surplus konsumen yang meningkat menjadi sebesar daerah ”bhP
W
”. Surplus ekonomi total meningkat menjadi sebesar daerah ”aehb”.
Gambar 7. Ilustrasi Konsep Dampak Kebijakan Penghapusan Tarif Terhadap
Perdagangan Kedelai di Indonesia. Gambar 7 diatas mengilustrasikan dampak kebijakan tarif impor kedelai di
Indonesia. Kondisi 1 mencerminkan kondisi pada saat penelitian dilaksanakan 2008. Jika pemerintah menghilangkan seluruh biaya tarif impor, maka
T
{
P
D 1
P
W
E
c e
f d
g h
D S
Q
S2
Harga Rpkg
Q
S1
Q
D 1
Q
D 2
b
a Volume ton
perdagangan kedelai di Indonesia akan berada pada kondisi 2. Perbedaan kinerja perdagangan kedelai nasional antara Kondisi 2 dan Kondisi 1 dianggap
merupakan dampak dari penerapan kebijakan menghilangkan tarif impor. Pada tahap selanjutnya dihitung perubahan harga domestik akhibat
dihilangkannya tarif impor. Perhitungannya dilakukannya dengan mengunakan simulasi persamaan simultan. Kebijakan pemerintah menghilangkan tarif impor
sebesar nol persen dihipotesis dapat menurunkan harga domestik kedelai. Penurunan tersebut diperkirakan terjadi pada tingkat pedagang grosir dan
produsen petani. Di samping pemerintah ingin menrunkan harga kedelai pada tingkat pedagang besar juga diharapkan dapat menurunkan harga kedelai paritas
impor. Terakhir, menghitung perubahan terhadap keuntungan usahatani. Dengan
diberlakukannya pembebasan tarif impor oleh pemerintah tersebut, dihapkan tidak terlampau banyak berdampak negatif terhadap perubahan keuntungan usahatani.
Karena pemerintah sadar betul bahwa hal ini jika berdampak besar maka akan mematikan keiinginan petani untuk menanam kedelai. Perhitungan tersebut
dihitung dengan membandingkan terhadap dua wilayah yang di indikasikan secara signifikan paling bisa mewakili seluruh wilayah Indonesia. Kedua wilayah
tersebut adalah Jawa Timur dan Jawa Barat. 34
Gambar 8. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Penurunan
produktifitas Penurunan produksi
Kedelai nasional Penurunan luas
areal panen Impor kedelai
ketergantungan pada kedelai AS
Kebijakan proteksi tarif impor
tuntutan keberpihakan kepada petani dan swasembada kedelai
Tingginya harga dunia
Kebutuhan kedelai nasional
semakin meningkat
Perkembangan industri
pengolahan kedelai
Pertumbuhan penduduk
Upaya meningkatkan
gairah petani untuk menanam kedelai
swasembada kedelai
Analisis dampak penghapusan tarif impor kedelai
Surplus konsumen
Surplus produsen
Penerimaan pemerintah
Surplus ekonomi neto
Dampak kebijakan tarif impor terhadap jumlah permintaan, harga produsen dan jumlah penawaran, serta perubahan jumlah
impor. Dampak tarif impor
terhadap kesejahteraan Dampak harga domestik
dan paritas impor Dampak terhadap
Keuntungan Usahatani 35
3.4. Asumsi dan Batasan Penelitian