variabel pemediasi intervening variable pada hubungan antara mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan.
8. Permanasari 2010 menyatakan bahwa variabel corporate social responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan variabel kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional tidak mempengaruhi nilai perusahaan. 9. Sabrinna 2010 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara
corporate governance dengan Tobin’s Q kinerja pasar tetapi terdapat hubungan
positif signifikan antara corporate governance dengan ROE kinerja operasional. Sedangkan pada struktur kepemilikan tidak terdapat hubungan
signifikan antara kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan, hal ini dikarenakan bahwa keberadaan manajer dan
pemegang saham kurang memiliki pengaruh dalam peningkatan kinerja perusahaan.
2.5 Kerangka Berpikir
Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu mengedepankan yang terbaik bagi semua pihak yang berkaitan dengan perusahaan. Hal tersebut tidak lepas
dari peran manajemen dalam mengatur dan mengelola perusahaan. Kinerja manajemen yang baik tercermin dari kinerja perusahaannya yang baik pula. Namun,
adanya pemisahan kepemilikan oleh principal pemilik perusahaan dengan pengendalian agent manajer dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan
konflik keagenan diantara principal dan agent.
Jensen dan Meckling 1976 dalam Sabrinna 2010 menyatakan bahwa kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial adalah dua mekanisme GCG
yang dapat mengendalikan masalah keagenan. Menurut Wening 2009, kepemilikan institusional merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap
kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi
manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja keuangan perusahaan juga akan
meningkat. Kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi
masalah keagenan yang kedua. Kinerja keuangan perusahaan sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Manajer yang merangkap sebagai pemegang saham
dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, sebab kepemilikan seorang manajer
akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang dikelola.
Kepemilikan manajerial yang tinggi maka dapat menurunkan kinerja keuangan, karena mereka memiliki posisi yang kuat untuk melakukan kontrol
terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham eksternal akan mengalami kesulitan
untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini disebabkan tingginya hak voting yang dimiliki manajer Gunarsih, 2001. Sehingga dapat berpengaruh negatif
terhadap kinerja keuangan perusahaan Fama dan Jensen 1983 dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007 menyatakan
bahwa non-executive director komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan
mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi
monitoring agar tercipta perusahaan yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari fungsi dewan komisaris yang menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi
manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan, serta terlaksananya akuntabilitas. Dengan adanya dewan komisaris yang memberikan petunjuk dan
arahan serta pengawasan kepada pengelola perusahaan, maka kinerja perusahaan akan lebih baik lagi.
Kinerja keuangan perusahaan akan baik jika perusahaan mampu mengendalikan perilaku para eksekutif puncak perusahaan untuk melindungi
kepentingan pemilik perusahaan pemegang saham, salah satunya dengan keberadaan komite audit. Komite audit diharapkan mampu mengawasi laporan
keuangan, mengawasi audit eksternal dan mengawasi sistem pengendalian internal. Semakin besar komite audit maka akan semakin besar pula pengawasan terhadap
kinerja manjemen dalam mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan komite audit digunakan sebagai variabel independen untuk menjelaskan bagaimana
mekanisme GCG mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel dependen. Penelitian yang menguji mekanisme GCG mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan sudah banyak dilakukan. Namun, beberapa penelitian ada yang menyatakan bahwa mekanisme GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Temuan penelitian Artanto Novianti 2009, yang menyatakan tidak
terdapat hubungan signifikan antara implementasi GCG terhadap kinerja keuangan perusahaan pada 10 perusahaan BUMN. Penelitian oleh Hidayah 2008 dan Sayidah
2007 yang melakukan penelitian dengan obyek perusahaan yang masuk 10 besar Corporate Governance Perception Index CGPI menunjukan tidak terdapat
hubungan signifikan antara implementasi GCG terhadap kinerja keuangan perusahaan. Tetapi di lain pihak menyatakan terdapat hubungan positif antara GCG
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Seperti hasil penelitian dari Klapper dan Love 2002 dalam Sayidah 2007 menemukan adanya hubungan positif yang signifikan
antara GCG dengan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return on Asset ROA dan
Tobin’s Q. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Gompers, dkk. 2003 dalam Darmawati, dkk. 2004 yang menunjukan
hubungan positif antara indeks GCG terhadap kinerja keuangan perusahaan jangka panjang.
H
a2
H
a3
H
a4
H
a5
Meskipun penelitian-penelitian tentang GCG dengan kinerja keuangan perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda, namun semuanya menyatakan bahwa
GCG mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang sudah diuraikan,
kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.6 Hipotesis