90
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari data yang diperoleh penulis melalui wawancara pegawai Disnaker dan pekerja perusahaan, kuesioner untuk para pekerja perusahaan dan data arsip
dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah dapat disimpulkan sebagai berikut :
5.1.1. Pelaksanaan Pemberian Upah Penuh Dan Hak-Hak Apa Saja Yang
Diberikan Kepada Pekerja Wanita Saat Cuti Fungsi Reproduksi Dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Dan KUHPerdata.
Bahwa belum efektifnya penerapan peraturan perundang-undangan dan kebijakan ketenagakerjaan dalam pelaksanan pemberian upah penuh
terhadap hak-hak pekerja wanita saat melakan cuti fungsi reproduksi belum terlaksana dengan baik dan belum efektifnya fungsi pengawasan
ketenagakerjaan, sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat kepatuhan dari kelompok sasaran perusahaan maupun pekerja dalam melaksanakan
norma, standard dan kebijakan ketenagakerjaan. Keefektifan fungsi pengawasan ketenagakerjaan bukan hanya
dalam pelaksanaan pemberian upah penuh saat cuti fungsi reproduksi pekerja wanita tetapi juga ditujukan bagi sisi seperti jangkauan lebih jauh
agar dapat mendorong terciptanya ketenangan kerja, meningkatnya produktivitas dan efisiensi kerja, dan meningkatnya daya saing
perusahaan, sehingga berdampak pada perluasan lapangan kerja, meningkatnya minat investasi, serta mampu mengatasi pengangguran dan
pengentasan kemiskinan. Berdasarkan data yang di peroleh dari bebrepa pekerjaburuh
perusahaan terpilih dapat di katakan bahwa hak pekerja wanita yang melakukan cuti fungsi reproduksi sudah dipenuhi dengan maksimal
dengan dibayarkanya upah penuh kepada pekerja wanita tersebut. Hak yang diberikan cuti fungsi reproduksi dalam KUHPerdata
terdapat pada Pasal 1601 Huruf P bagian 8e, dan di Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ada dalam Pasal 81 cuti haid, Pasal 82
cuti hamil, melahirkan, gugur kandung, Pasal 83 kesempatan menyusui, dan yang mendapat upah penuh adalah cuti hamil, melahirkan, gugur kadung,
sesuai dengan ketentuan Pasal 84.
5.1.2. Perlindungan Hukum Yang Diberikan Pada Pekerja Wanita Dalam
Pemberian Upah Penuh Saat Cuti Fungsi Reproduksi Dan Sanksi Hukumnya
A. Perlindungan hukum
1. Melakukan pengawasan dan pembinaan atau nasehat teknis kepada
perusahaan dan pengusaha. 2.
Pemberian Nota Pemeriksaan 3.
Pemberian Nota Peringatan 4.
Pemberian atau pembuatan BAP 5.
Melakukan persidangan
6. Pemberian sanksi hukum
B. Sanksi Hukum
1.
Sanksi yang diberikan bagi perusahaan yang melanggar hukum, antara lain :
a.
Pengusaha yang tidak memberikan istirahat selama 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter
atau bidan dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1satu tahun dan paling
lama 4
empat tahun
danatau denda
paling sedikit
Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp 400.000.000,00 empat ratus juta rupiah.
b.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja wanita antara pukul 23.00 s.d 07.00 tetapi tidak memenuhi kewajibannya dikenakan sanksi pidana
kurungan paling singkat 1 satu bulan dan paling lama 12 dua belas bulan danatau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah dan
paling banyak Rp 100.000.000,00 seratus juta rupiah.
c.
Dalam hukum perdata sanksi bisa di jatuhkan dengan saksi denda atau pencabutan izin oprasional suatu perusahaan melalui sidang gugatan di
pengadilan.
5.1.3. Hambatan Dan Upaya