pemerintahan desentralisasi, bersamaan dengan penyerahan kewenangan dan urusan ketenagakerjaan pada pemerintah kabupaten dan kota. Sedangkan apabila
memperhatikan peluang sebagaimana ketentuan baik pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, fungsi
penegakan hukum merupakan fungsi yang tetap ditangani oleh pemerintah Pusat. Hal tersebut dengan berbagai pertimbangan : 1 bahwa otonomi daerah lebih
ditujukan untuk memberi keleluasaan bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan politik, 2 meningkatkan pelayanan dengan lebih mendekatkan pada
masyarakat sehingga memperoleh kemudahan. Oleh karena itu otonomi daerah lebih pada desentralisasi fungsi politik dan fungsi administrasi, sedangkan
fungsihukum baik formulasi maupun penegakannya tetap ditangani oleh pemerintah pusat. Hal tersebut dapat dilihat dimana fungsi penegakan hukum pada
sektor-sektor pembangunan yang lain, seperti : keimigrasian, bea cukai, pajak, lingkungan hidup, maupun pengawasan obat dan makanan POM, tetap ditangani
oleh pemerintah pusat dengan membentuk badan-badan perwakilan di daerah. Wawancara dengan Ibu Budi Prabawaning Dyah. SH.MH selaku Kepala Seksi
bidang Pengawasan dan juga di bantu oleh Ibu Erry selaku pegawai Dinas di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa TengahWawancara pada
tanggal 28 Januari 2013 pukul 11.00.
4.3.2. Belum Efektifnya Penerapan Peraturan Perundang-Undangan Dan
Kinerja Disnakertrans
Dari uraian di atas, dapat diindikasikan bahwa salah satu faktor penyebab belum efektifnya penerapan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
ketenagakerjaan dalam pemberian perlindungan hukum terhadap hak-hak pekerja wanita adalah belum efektifnya fungsi pengawasan ketenagakerjaan, sehingga
mengakibatkan rendahnya tingkat kepatuhan dari kelompok sasaran perusahaan maupun pekerja dalam melaksanakan norma, standard dan kebijakan
ketenagakerjaan. Keefektifan fungsi pengawasan ketenagakerjaan bukan hanya ditujukan
bagi sisi perlindungan tenaga kerja semata-mata.Tetapi jangkauan lebih jauh agar dapat mendorong terciptanya ketenangan kerja, meningkatnya produktivitas dan
efisiensi kerja, dan meningkatnya daya saing perusahaan, sehingga berdampak pada perluasan lapangan kerja, meningkatnya minat investasi, serta mampu
mengatasi pengangguran dan pengentasan kemiskinan. Efektivitasdapat pula diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan, dimana
dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat
dicapai dengan hasil yang memuaskan Martoyo, 1998:23. Akibat dari belum efektifnya fungsi pengawasan ketenagakerjaan
menyebabkan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja melalui peningkatan kemampuan dan produktivitas
perusahaan, menjadi kontra produktif. Kondisi yang lain adalah tidak efektif, tidak efisien dan tidak ekonomisnya kondisi perusahaan, yang disebabkan :
meningkatnya konflik hubungan industrial karena ketidakpuasan pekerja, meningkatnya resiko-resiko kerja seperti kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
rendahnya motivasi dan kemampuan tenaga kerja, rendahnya produktifias tenaga
kerja, serta rendahnya tingkat penghasilan dan kesejahteraan tenaga kerja sehingga mempengaruhi tingkat konsumsi dan daya beli.
4.3.3. Segi Kualitas SDM