Penelitian yang Relevan ORIENTASI TEORETIK

commit to user 52

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan rencana penelitian ini, antara lain : pertama , penelitian yang berjudul “Commodifying Culture: Ownership of Cambodia’s Archaeological Heritage” oleh William Anderson 2007:103- 110. Penelitian ini mengkaji komodifikasi artefak budaya Khmer di Kamboja yang dibawa ke Galeri Nasional di Victoria Melbourne Australia, yang mengoleksi barang-barang antik dari Asia, termasuk empat patung yang dibawa dari kamboja. Penelitian medeskripsikan proses komodifikasi artefak tersebut sebagai suatu proses tidak hanya secara fisik tapi juga pemberian konsep materi dalam ruang properti pribadi. Dengan pertukaran dan penyebaran sebagai kepemilikan budaya, benda tersebut ditransformasi sebagai hasil seni yang dipamerkan dalam konteks aslinya. Dalam hal ini, proses pengkoleksian dan pemajangan keantikan barang Khmer menunjukkan bagaimana kepemilikan warisan arkeologi Kamboja mempengaruhi persepsi dan pemahaman terhadap masa lalu. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya suatu proses komodifikasi audiens dengan kepemilikan artefak dan pembatasan akses untuk menciptakan akumulasi kapital. Kedua, penelitian Rianne Subijanto 2009:32-37 berjudul “Religious TV Series: The Making of Popular Piety Culture in Indonesia”. Dalam penelitian ini, Rianne dengan pendekatan etnografi menelusuri proses pemopuleran budaya religious melalui televisi dengan studi kasus produksi sinetron religious di televisi Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa praktek- praktek kerja di dalam dan di luar media sebagai suatu dunia dimana standar- commit to user 53 standar religious dinegosiasikan, ditegaskan dan ditantang dalam sekumpulan hal-hal yang praktis. Sebagai suatu kajian budaya dalam media, penelitian ini menempatkan budaya dalam konteks studi media, bukan obyek analisa ekonomi politik ataupun analisis teks. Penelitian ini memberikan pemahaman dibalik motif ekonomi politik media, ada hal-hal positif yang bisa diambil manfaatnya dari budaya massa yang dibangun. Ketiga, penelitian Claire Sulivan 2010 yang berjudul “ The Commodification of Rural Heritage: Creative Destruction in Newfoundland and Labrador ” . Penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif ini menguraikan proses perusakan secara kreatif dalam pengembangan komunitas-komunitas di Newfounland dan Lambrador untuk kepentingan pariwisata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusakan budaya masyarakat untuk kepentingan pengembangan merupakan sesuatu yang diperbolehkan dalam sudut pandang pariwisata. Walaupun komodifikasi bukan dilakukan oleh media, namun ini membuktikan bahwa komodifikasi merupakan sesuatu yang bersifat permisif dalam konteks-konteks tertentu terutama untuk alasan pengembangan. Empat, penelitian Sarah Ives 2007:153-173 yang berjudul “Mediating the Neoliberal Nation: Television in Post- Apartheid South Africa”. Ives dalam penelitian ini menemukan bahwa media televisi di Afrika Selatan setelah berakhirnya politik Apartheid telah menciptakan sebuah budaya hegemoni. Televisi di Afrika Selatan menjadi suatu ruang ideologi yang dipaksa mengartikulasikan suatu visi baru Negara. SABC bekerja untuk commit to user 54 mengkontruksi citra baru Afrika Selatan, sebuah Negara yang bebas dari Apartheid dan sekutunya melalui ideologi Pelangi. Dalam hal ini, kontruksi bangsa yang telah memperoleh kebebasan dari kolonial, yang kemudian bekerja dengan paksaan negara-negara barat atau kekuatan internasional untuk menjadi entitas homogeni untuk berpartisipasi dalam suatu dunia yang diidustrialisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi media bisa jadi diarahkan oleh pemilik atau pihak penguasa untuk mengkontruksi suatu wacana tertentu, sehingga media sebenarnnya tidak memiliki kebebasan dalam mengkontruksi realitas. Ini akan dipengaruhi oleh ekonomi politik dimana media itu berada.Afrika sebagai baru muncul pada era neoliberal yang diarahkan oleh kebijakan IMF dan Bank Dunia yang kemudian dimediasi oleh organisasi media televisi yang ada. Lima, penelitian Aleksandra Bida 2009:33-46 dengan judul “Cultural Deterritorialisation: Communications Technology, Provenance and Place ”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suatu budaya bisa menyebar menembus batas wilayah ruang dan waktu dengan bantuan teknologi komunikasi . Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagai dampak dari globalisasi, banyak cara di dunia dalam berkomunikasi dan berinteraksi dimana dengan hal itu perubahan budaya, tradisi dan geografi mengalami pergeseran dalam pemikiran warga negara dan konsumen baik secara langsung dan tidak langsung. Walaupun penelitian ini tidak bersinggungan langsung dengan komodifikasi, namun penyebaran budaya yang menembus batas wilayah melalui teknologi komunikasi dalam konteks kepemilikan dan konsentrasi pasar seperti yang dimaksud Bida, secara otomatis persebaran ini commit to user 55 tidak secara alami dilakukan oleh para pemilik media dalam mempopulerkan budaya tertentu tanpa menyelipkan orientasi yang bersifat profit dan ini mempunyai kaitan erat dengan komodifikasi budaya dalam konteks penciptaan budaya massa dengan memanfaatkan teknologi komunikasi. Enam, Penelitian I.R.B. Kaunang 2008: yang berjudul “Comodification Of Maengket Dance In Minahasa, North Sulawesi In The Globalization Era ”. Penelitian yang menggunakan analisa deskriptif kualitatif dan intrepretatif ini bertujuan untuk mencari bentuk komodifikasi dari Tari Maengket Minahasa, mencari faktor-faktor yang berkaitan dengan tanggungjawab, efek serta makna komodifikasi dari Tari Maengket di Minahasa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komodifikasi cenderung menggeser nilai-nilai Tari Maengket berdasar pola seni yang dikelola aturan dan bisnis. Pola distribusi dilakukan dari kelompok ke kelompok atau melalui hubungan kekuasaan yang bersifat institusional. Produksi dan distribusi bentuk komodifikasi Tari Maengket Minahasa ilakukan oleh Perhimpunan Maengket Massamper PMM, Ikatan Waraney Wulan Minahasa WWM, serta Institut Seni dan Budaya Sulawesi. Bentuk komodifikasi berawal dari proses produksi komunitas konsumen yang telah dikondisikan. Dengan demikian, komodifikasi terjadi dalam proses produksi, distribusi dan konsumsi. Hasil penelitian ini memberikan masukan tentang proses terjadinya komodifikasi budaya dan bentuk-bentuknya sehingga sangat membantu memberikan pedoman dalam melakukan penelitian tentang komodifikasi, walaupun tidak melalui media massa. commit to user 56

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TVRI Yogyakarta dan beberapa lokasi lainnya di Yogyakarta yang berkaitan tujuan penelitian. Waktu penelitian adalah bulan Juni-Agustus 2010.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini mengambil analisis wacana kritis komodifikasi budaya dalam televisi. Analisis wacana kritis critical discourse analysis menurut Eriyanto 2006:6-7 merupakan pandangan yang mengoreksi pandangan kaum kontruktivisme yang kurang sensitif terhadap proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Analisis wacana kritis tidak hanya dipahami sebagai studi bahasa teks tapi juga dihubungkan dengan konteks tertentu. Konteks berarti bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu. Penelitian ini mewacanakan komodifikasi siaran pangkur jenggleng di TVRI Yogyakarta. Komodifikasi dalam penelitian ini ditetapkan dalam konteks media publik, dimana biasanya hanya terjadi dalam televisi swasta komersil. Hal ini akan menjadi kasus yang menarik karena Pangkur Jenggleng merupakan produk budaya asli jawa yang pernah ditayangkan dalam format audio oleh RRI Nusantara II Yogyakarta pada dekade 1960-1980,dan