Gambaran perilaku higiene menstruasi pada remaja putri di sekolah dasar negeri di wilayah kerja Puskesmas Pisangan
GAMBARAN PERILAKU HIGIENE MENSTRUASI PADA
REMAJA PUTRI DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN
Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
IMAROTUL FITRIYAH NIM : 109104000050
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
v Nama : Imarotul Fitriyah Tempat, Tgl Lahir : Jombang, 26 Mei 1990 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dusun Sumberwinong RT 003/007 Desa Banjardowo Kec. Jombang, Kab. Jombang, Jawa Timur 61451
Hp : 085697806870
Email : imaroh_fitriyah@yahoo.com Riwayat Pendidikan :
1. RA Tarbiyatul Huda (1995-1997)
2. MI Tarbiyatul Huda (1997-2003)
3. MTs. Miftakhur Rosyidin (2003-2006)
4. MA Al-Bairuny (2006-2009)
5. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013) Pengalaman Seminar dan Workshop :
1. Pelatihan Kesehatan “Health Training 4 Medical Skill” Tahun 2009
2. Seminar Kesehatan “Cultural Approach In Holistic Nursing Care IN Globalization Era” Tahun 2009
3. Seminar Nasional “Kehahalan Obat dan Makanan serta Permasalahannya di Indonesia” Tahun 2009
4. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” Tahun
(7)
vi
5. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah”
Tahun 2010
6. Seminar Kesehatan “Smoking Cessation For Better Generation Without Tobacco” Tahun 2010
7. Seminar Kesehatan “Perspektif Islam dalam Membangun Karakter Bangsa Pada Era Milenium Kesehatan” tahun 2010
8. Seminar Kesilaman “Esensi Sholat dalam Perspektif Kesehatan” Tahun 2010 9. Talk Show “Ostheoarthritis” Tahun 2011
10. Seminar Kesehatan “Peran Kebijakan Standardisasi Internasional Rumah Sakit dalam Meningkatkan Profesionalisme Pelayanan Kesehatan” Tahun
2011
11. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawata : Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” Tahun 2012
12. Seminar Nasional “Melody for Heart and Brain Health” Tahun 2012
(8)
vii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Oktober 2013
Imarotul Fitriyah, NIM: 109104000050
Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
xvii + 85 halaman + 16 tabel + 3 bagan + 7 lampiran ABSTRAK
Menarche merupakan menstruasi pertama perempuan dimana saat ini terjadi lebih dini yaitu sekitar usia kurang atau sama dengan 10 tahun. Menstruasi adalah keluarnya darah dari kemaluan akibat meluruhnya dinding rahim karena sel telur (ovum) tidak dibuahi. Saat menstruasi, organ reproduksi sangat mudah terinfeksi dan menimbulkan gangguan menstruasi. Gangguan (keluhan) yang sering ditemukan adalah keputihan dan pruritus vulvae (gatal-gatal pada vagina). Namun, keluhan ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan sejak dini yaitu dengan perilaku higiene menstruasi yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku higiene menstruasi remaja putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada 59 remaja putri kelas 5 dan 6 yang telah menstruasi dengan teknik total sampling dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yaitu 31 responden (52,5%) memiliki perilaku higiene menstruasi baik, sedangkan 28 responden yang lain (47,5%) memiliki perilaku higiene menstruasi kurang baik. Berdasarkan keluhan pada organ reproduksi, responden yang mengalami keputihan sebesar 52 orang (88,1%) dan yang mengalami
pruritus vulvae sebesar 36 responden (61%).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi instansi kesehatan agar dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai menstruasi dan pentingnya perilaku higiene menstruasi secara dini untuk meminimalisir terjadinya masalah-masalah kesehatan reproduksi wanita dan bagi Sekolah Dasar diharapkan memberikan pengetahuan tentang menstruasi dan higiene menstruasi yang benar, supaya siswi-siswinya mampu berperilaku higiene menstruasi yang baik dan keluhan-keluhan pada organ reproduksi tersebut tidak terjadi.
Kata kunci: Perilaku, Higiene Menstruasi, Remaja Putri, Sekolah Dasar Daftar Bacaan: 56 (2000-2013)
(9)
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, October 2013 Imarotul Fitriyah, NIM : 109104000050
The Description of Menstrual Hygiene Behavior of Young Women in Public Elementary School in Work Area of Pisangan Community Health Center xvii + 85 pages + 16 tables + 3 schemes + 7 attachments
ABSTRACT
Menarche is the first menstruation of a woman that’s currently occurs earlier at the woman around 10 years old. Menstruation is the periodic discharge of blood and mucosal tissue (the endometrium) from the uterus and vagina. During menstruation periode the organs of reproduction is easy to be infected and it cause menstrual disorders, such as whitish and pruritus vulvae. However, these complaints can be prevented by doing a good menstrual hygiene behavior.
This study aims to know and describe the young women’s menstrual hygiene behavior at Public Elementary School Pisangan when they get menstruation. This research is a quantitative research that described by using cross sectional design. The Data collection of this research was carried out from 59 young women at 5th and 6 th grades at the Elementary School Pisangan who have got menstruation by using a questionnaire and total sampling technique. The Results of the research showed that 52.5 % respondents (31 respondents) have a good menstrual hygiene behavior, whereas 47.5 % (28 respondents) have lower awareness of menstrual hygiene behavior. Beside that, the result of the research also show that 88.1 % (52 respondents) get whitish and 61 % (36 respondents) get pruritus vulvae.
This research aims to be used by the Health Organizations, related institution and the teacher at Elementary School to give a counseling and educate the young women and the students about “how important to have a menstrual hygiene behavior, so that the problems such as menstrual disorders and disorders of reproduction organ can be prevented and reduced.
Keywords : Behavior, Menstrual Hygiene, Young Women, Elementary School Reference : 56 (2000-2013)
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.
Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Prof. DR (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Kedua Orang Tua saya, Bapak Moch. Basori dan Ibu Solikah tercinta yang selalu memberi kasih sayang, motivasi, do’a dan semangat selama hidup ini serta Kakak-kakak (terutama Mas Maskur) dan Adik-adikku yang telah membantu doa demi terselesaikannya proposal penelitian ini.
3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi IImu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S. Kep, MSc selaku Sekretaris Program Studi IImu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(11)
x
5. Ibu Uswatun Khasanah, MNS, Ns. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan saran demi terselesaikannya penulisan proposal ini.
6. Ibu Maulina Handayani, S. Kp, M. Sc selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan dalam terselesaikannya penelitian dan penulisan skripsi ini.
7. Ibu Tien Gartinah MN selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan dan bimbingan selama perkuliahan.
8. Para penguji yang banyak memberikan saran dalam memperbaiki skripsi peneliti.
9. Seluruh dosen PSIK yang telah memberikan ilmunya dan segala pengalamannya yang tidak ternilai sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi kami selaku mahasiswa.
10. Seluruh staff bidang akademik FKIK dan PSIK yang telah membantu kelancaran hal-hal administratif peneliti.
11. Kementrian Agama RI yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk menyelesaikan masa studi di Program Studi IImu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
12. Bapak Farid Ma’ruf dan Ibu Lutfi Laila selaku Kepala Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mimbar yang telah memberikan amanat untuk menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini dengan segala doa dan motivasinya.
13. Kepala Sekolah SDN Cempaka Putih I, SDN Cempaka Putih II, SDN Cempaka Putih III, SDN Cempaka Putih IV, dan SDN 9 Ciputat yang telah
(12)
xi reliabilitas di SDN yang dibawahi.
14. Kepala Sekolah SDN Pisangan I, SDN Pisangan II, SDN Pisangan III, SDN Pisangan IV, SDN Cirendeu I, SDN Cirendeu II, SDN Cirendeu III, SDN Cirendeu IV, dan SDN Cirendeu V yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SDN yang dibawahi dan khususnya responden yang bersedia mengisi kuesioner penelitian.
15. Sahabat-sahabatku “Fighters” (Astuti, Dewi, Dian, Etika, Fita, Hanik, Maira, Mala, Iqbal, Ulfi) teman-teman satu pembimbing (Eryn, Nur Qom, Widya), dan seluruh angkatan 2009 yang telah berjuang bersama dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi di Ilmu Keperawatan.
16. Sahabat-sahabat PBSB 2009 dan teman seperjuangan PSIK 2009 yang telah memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan proposal penelitian ini
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah SWT. Amin.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.
Jakarta, 10 Oktober 2013
(13)
xii DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN
LEMBAR PERSETUJUAN... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR BAGAN ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
1. Tujuan Umum ... 6
2. Tujuan Khusus ... 6
D. Pertanyaan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Remaja ... 9
1. Pengertian ... 9
2. Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya ... 10
3. Perkembangan Organ Reproduksi Perempuan ... 10
4. Masa Transisi Remaja ... 12
(14)
xiii
B. Menarche dan Menstruasi ... 15
1. Menarche ... 15
2. Menstruasi ... 17
C. Higiene ... 19
1. Pengertian ... 19
2. Higiene Alat Kelamin Wanita ... 22
3. Keluhan di sekitar Organ Reproduksi ... 25
D. Perilaku ... 27
1. Batasan Perilaku ... 27
2. Domain Perilaku ... 29
3. Cara Mengukur Indikator Perilaku ... 36
E. Kerangka Teori ... 38
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 39
A. Kerangka Konsep ... 39
B. Definisi Operasional ... 40
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 41
A. Desain Penelitian ... 41
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 41
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ... 43
E. Instrumen Penelitian ... 44
F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 45
G. Tahapan Penelitian ... 48
H. Pengolahan Data ... 49
I. Analisis Data ... 51
J. Etika Penelitian ... 51
(15)
xiv
BAB V HASIL PENELITIAN ... 53
A. Analisa Univariat ... 53
1. Karakteristik Responden ... 53
2. Perilaku Higiene Menstruasi Remaja Putri ... 55
3. Keluhan-keluhan disekitar Organ Reproduksi Remaja Putri ... 62
BAB VI PEMBAHASAN ... 65
A. Analisis Univariat ... 65
1. Gambaran Karakteristik Remaja Putri ... 65
2. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi Remaja Putri ... 68
3. Gambaran Keluhan di Sekitar Organ Reproduksi ... 78
B. Keterbatasan Penelitian ... 82
BAB VII PENUTUP ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(16)
xv
1. Bagan 2.1 Teori Stimulus-Organisme-Respon ... 28 2. Bagan 2.2 Kerangka Teori ... 38 3. Bagan 3.1 Kerangka Konsep ... 39
(17)
xvi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Hubungan Antara Pertumbuhan dengan Tingkat
Kematangan Seksual pada Anak Perempuan ... 11
2. Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 40
3. Tabel 4.1 Indikator Perilaku Higiene Menstruasi ... 45
4. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia ... 54
5. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia saat Pertama Menstruasi ... 54
6. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelas ... 55
7. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Mandi saat Menstruasi ... 55
8. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Mencuci Rambut saat Menstruasi ... 56
9. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Membersihkan Vagina Saat Menstruasi ... 57
10. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Penggunaan Sabun ... 58
11. Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Pemakaian Celana Dalam saat Menstruasi ... 59
12. Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Penggantian Pembalut saat Menstruasi ... 60
13. Tabel 5.10 Distribusi Kejadian Keputihan ... 62
14. Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Kejadian Keputihan ... 63
15. Tabel 5.12 Distribusi Kejadian Gatal-gatal pada Organ Reproduksi ... 63
(18)
xvii 1. Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden 2. Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
3. Lampiran 3 Hasil SPSS
4. Lampiran 4 Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas 5. Lampiran 5 Surat Izin Penelitian
6. Lampiran 6 Surat Tembusan Uji Validitas dan Reliabilitas 7. Lampiran 7 Surat Tembusan Penelitian
(19)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi menurut WHO dan ICPD (1994) dalam Mahfiana (2009) adalah keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri. Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun wanita, namun lebih dititikberatkan pada wanita. Wanita memiliki sistem reproduksi yang sensitif terhadap suatu penyakit, bahkan keadaan penyakit lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan reproduksinya (Kusmiran, 2012).
Banyak isu-isu tentang kesehatan reproduksi seperti hak-hak reproduksi, masalah seksual, dan Penyakit Menular Seksual (PMS) (Mahfiana, 2009). Permasalahan kesehatan pada wanita adalah berawal dari tingginya usia perkawinan dibawah 20 tahun (4,8% usia 10-14 tahun, 41,9% pada usia 15-19 tahun) dan dikarenakan oleh umur pertama kali menstruasi (menarche) yang masih muda sehingga usia reproduksi perempuan semakin panjang (Riskesdas, 2010).
Menarche merupakan menstruasi pertama perempuan dimana cairan darah keluar dari alat kelamin wanita yang berasal dari luruhnya lapisan dinding dalam rahim (endometrium) (Pudiastuti, 2012). Usia menarche ini umumnya terjadi antara usia 9 sampai 15 tahun (Santrock, 2003). Pulungan
(20)
(2009) juga mengatakan bahwa usia menarche remaja putri berkisar pada usia termuda 8 tahun dan usia tertua adalah 14 tahun. Sedangkan Hasil riset kesehatan dasar (2010) menunjukkan rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun dengan usia menarche termuda 9 tahun dan usia tertua 20 tahun. Uraian tersebut menunjukkan bahwa menarche terjadi lebih dini dimana anak perempuan mengalami menstruasi pertama pada usia kurang dari atau sama dengan 10 tahun (Manuaba, 2004).
Menstruasi adalah keluarnya darah dari kemaluan setiap bulan akibat meluruhnya dinding rahim (endometrium) yang mengandung pembuluh darah karena sel telur (ovum) tidak dibuahi (Pudiastuti, 2012). Pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi ketika menstruasi karena kuman mudah masuk dan menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi (Kusmiran, 2012). Infeksi ini biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut : Candida albicans, Trichomonas vaginalis dan Gardnerella vaginalis yang dapat menyebabkan gejala seperti pruritus vulva, iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, dan rasa perih. Adapun infeksi tersering adalah Vaginosis bakterialis (40-50%), Candidiasis (20-30%) dan Trichomoniasis vaginalis (15-20%) (Davey, 2005). Hasil penelitian Panda (2013) menunjukkan bahwa pada 50 kasus pada penderita lekore (keputihan) terdapat 26 kasus (52%) terjadi infeksi oleh
Candida, 3 kasus (6%) oleh Trichomonas vaginalis, dan infeksi oleh keduanya adalah 4 kasus (8%). Penelitian ini menunjukkan bahwa Candida albicans merupakan spesies Candida yang paling sering menyebabkan keputihan. Infeksi dan masalah vagina diatas dipengaruhi oleh infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit (Pudiastuti, 2012). Selain itu, terjadi iritasi pada
(21)
3
vagina akibat bahan kimia atau fisik (seperti sabun, spermisida, pembalut, dan lain-lain), alergi dan dermatitis kontak serta adanya penyebab lain seperti polip servikalis/neoplasma (Davey, 2005).
Keluhan pada organ reproduksi yang sering terjadi adalah pruritus vulva yaitu ditandai adanya sensasi gatal parah dari alat kelamin perempuan (Misery, 2010). Hasil penelitian Indah (2012) menunjukkan bahwa remaja putri di SMAN I Ngimbang Lamongan 100% pernah mengalami pruritus vulvae saat menstruasi, yaitu 12 orang (15,2%) mengalami pruritus vulvae setiap hari selama menstruasi dan 67 orang (84,8%) merasakan pruritus vulvae namun tidak setiap hari selama menstruasi. Sebagaimana Bohl (2005) dalam Indah (2012) menyatakan bahwa di Amerika dari 160 responden 100% pernah mengalami pruritus vulva, 90% pruritus vulvae akut (berlangsung detik sampai minggu) dan 10% mengalami pruritus vulvae kronis (berlangsung lama). Pruritus vulvae kronis tersebut disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus yang muncul karena buruknya personal higiene dan higiene menstruasi (44%), karena alergen dan produk kewanitaan (30%) serta karena kelainan patologik pada vulvae (26%).
Ketidakadekuatan higiene merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker vulva (Davey, 2005). Selain itu, masalah higiene juga merupakan faktor risiko terjadinya infertilitas sekunder pada wanita. Masalah higiene ini meliputi penggunaan pembalut yang tidak higienis saat menstruasi dimana remaja menggunakan kain yang dipakai ulang setelah dikeringkan, bahkan mereka mengeringkannya ditempat tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari. Tindakan ini berisiko terhadap tumbuhnya mikroba dan larva
(22)
serangga sehingga mengakibatkan vagina berbau busuk atau terjadi keputihan (Ali, 2007).
Cara menjaga kesehatan organ reproduksi wanita adalah dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan membersihkan vagina menggunakan air yang bersih dan membersihkannya dari depan ke belakang (dari arah vagina ke anus) untuk mencegah kotoran/bakteri dari anus masuk ke vagina serta mengganti pembalut sesering mungkin setelah penuh atau tidak lebih dari 6 jam (Kusmiran, 2012). Hasil penelitian Puspitaningrum (2012) menyatakan bahwa sebanyak 66% responden memiliki praktik kurang dalam perawatan organ genitalia eksternalnya dan 34% memiliki praktik baik dalam perawatan organ genital eksternalnya. Budiarti (2012) juga menyatakan bahwa 56% remaja dalam kategori kurang dalam perawatan vulva saat menstruasi, 33% kategori cukup dan 11% kategori baik.
Hasil studi pendahuluan pada remaja putri Sekolah Dasar Negeri Pisangan I didapatkan bahwa usia menstruasi pertama terjadi pada usia 9 tahun (12,5 %), usia 10 tahun (12,5%) dan usia 11 tahun (75%). Higiene menstruasi remaja putri tersebut mayoritas masih buruk, dimana 100% masih menggunakan sabun mandi untuk membersihkan vagina dengan alasan supaya bersih dan merasa nyaman, 63% suka memakai celana dalam yang ketat, 87% mengganti pembalut sebanyak 2-3 kali perhari dan tidak menggantinya setelah buang air besar maupun buang air kecil, 87% tidak mengeringkan vagina dengan tisu atau handuk kering setelah membersihkan vagina, serta 87% mengalami gatal-gatal saat menstruasi.
(23)
5
Uraian teori dan studi pendahuluan di atas menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian pada remaja putri Sekolah Dasar karena penelitian sebelumnya dilakukan pada remaja putri SLTP, MTs, SMA, dan SMAN. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan”.
B. Rumusan Masalah
Menarche terjadi lebih dini pada saat ini, dimana anak perempuan mengalami menstruasi pertama pada usia kurang dari atau sama dengan 10 tahun (Manuaba, 2004). Usia menarche yang masih muda menjadikan usia reproduksi perempuan semakin panjang dan lebih berisiko terhadap adanya masalah kesehatan reproduksi (Riskesdas, 2010). Masalah kesehatan reproduksi ini meliputi terjadinya pruritus vulvae saat menstruasi (Misery, 2010). Pruritus vulvae ini meliputi pruritus vulva akut dan kronik. Pruritus vulvae kronik disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus yang muncul akibat buruknya personal higiene dan higiene menstruasi (Bohl, 2005 dalam Indah, 2012). Hasil studi pendahuluan pada remaja putri Sekolah Dasar Negeri Pisangan I didapatkan bahwa usia menstruasi pertama terjadi pada usia 9 tahun (12,5 %), usia 10 tahun (12,5%) dan usia 11 tahun (75%). Higiene menstruasi remaja putri tersebut mayoritas masih buruk, dimana masih menggunakan sabun mandi, celana ketat, mengganti pembalut 2-3 kali/hari, tidak mengganti pembalut setelah BAB/BAK dan mengalami gatal-gatal saat menstruasi.
(24)
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui “Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi setiap item perilaku pada Remaja Putri di sembilan SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran rata-rata usia menarche remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
b. Mengetahui gambaran perilaku mandi saat menstruasi pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
c. Mengetahui gambaran perilaku mencuci rambut saat menstruasi pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
d. Mengetahui gambaran perilaku membersihkan vagina pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
e. Mengetahui gambaran perilaku menggunakan sabun pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
f. Mengetahui gambaran perilaku mengganti celana dalam pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
g. Mengetahui gambaran perilaku mengganti pembalut pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
(25)
7
h. Bagaimana keluhan pada organ reproduksi remaja putri SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana karakteristik responden (rata-rata usia responden, rata-rata usia saat menstruasi pertama, kelas) di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan?
2. Bagaimana gambaran perilaku higiene menstruasi remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan?
3. Bagaimana gambaran keluhan-keluhan disekitar organ reproduksi remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan ?
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
Sebagai bahan informasi dan masukan data bagi SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan tentang perilaku higiene menstruasi remaja putri di SDN tersebut dan menjadi masukan sekolah untuk memberikan informasi higiene menstruasi sehingga remaja putri mampu melakukan perilaku higiene menstruasi sejak dini.
2. Untuk Institusi pendidikan Keperawatan
Sebagai masukan data untuk pengembangan ilmu, khususnya Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas serta kolaborasi untuk mensosialisasikan pentingnya perilaku higiene menstruasi pada remaja putri supaya masalah kesehatan reproduksi wanita dapat
(26)
diminimalisir serta sebagai landasan dalam melakukan penyuluhan dan keefektifan penyuluhan ketika menentukan tujuan penyuluhan.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan data pembanding pada penelitian dengan topik yang sama.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku higiene menstruasi pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan desain cross sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September tahun 2013.
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian
Remaja adalah bila seorang anak perempuan berusia 13-19 tahun (Wong, 2009). Menurut WHO, remaja adalah bila anak perempuan atau laki-laki telah mencapai usia 10-19 tahun. Sedangkan DikNas dalam Soetjiningsih (2007) mengatakan bahwa anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah.
Effendi dan Makhfudli (2009) mengatakan bahwa masa remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara fase kanak-kanak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi. Adapun salah satu perubahannya adalah perubahan fisik akibat adanya pacu tumbuh (growth spurt). Pada pacu tumbuh ini timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2007).
Masa praremaja terjadi lebih cepat daripada masa prasekolah. Masa praremaja adalah masa terjadinya pacu tumbuh adolesen yaitu pacu tumbuh berat badan dan tinggi badan. Selain itu, adanya pertumbuhan alat kelamin dan tanda-tanda sekunder (Soetjiningsih, 2007) serta perubahan-perubahan pada tulang dan otot-otot yang menjadi lebih kuat,
(28)
lingkar tubuh menjadi lebih besar dan organ tubuh menjadi lebih sempurna (Berk, 1989 dalam Ali, 2010).
Pertumbuhan somatik di atas melibatkan endokrin dan sistem tulang. Hormon yang berperan dalam pacu tumbuh tersebut adalah
growth hormon, tiroksin, insulin, dan kortikosteroid, paratiroid, dan kalsitonin. Hormon-hormon ini mempercepat maturasi jika berlebihan dan memperlambat maturasi jika mengalami defisiensi (Soetjiningsih, 2007).
2. Perkembangan Remaja dan Ciri-Cirinya
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan remaja, Pinem (2009) membagi masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu :
a. Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri khas antara lain merasa ingin bebas, ingin lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, dan mempunyai rasa cinta yang mendalam. c. Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri khas antara lain mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, dan pengungkapan kebebasan diri.
3. Perkembangan Organ Reproduksi Remaja Perempuan
Organ-organ reproduksi mengikuti pola genital, dimana pertumbuhannya lambat pada anak dan sangat cepat pada masa pacu
(29)
11
tumbuh remaja. Perkembangan seksual ini terjadi pada dua periode singkat yaitu perkembangan seksual primer pada embrio dan adanya karakteristik sekunder selama pubertas. Hal ini merupakan respon terhadap hormon gonadrotopin kelenjar hipofisis (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).
Pada masa pubertas inilah muncul karakteristik sekunder, yaitu pertumbuhan kuncup payudara (10-11 tahun), diikuti dengan pertumbuhan rambut pubis 6-12 bulan kemudian, dan setelah 2-2,5 tahun baru mengalami menarche. Rata-rata menarche terjadi pada umur 10,5-15,5 tahun. Namun, hal ini bervariasi tergantung pada kecepatan pertumbuhan kuncup payudara, rambut pubis serta maturasi genitalia interna maupun eksterna. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seks sekunder tersebut, tinggi badan bertambah dan pinggul menjadi lebih lebar dari bahu (Behrman, 2000; Soetjiningsih, 2007).
Warne GL dalam Soetjiningsih (2007) membuat Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual (TKS) menghubungkan antara pertumbuhan dan stadium pubertas pada perempuan.
Tabel 2.1. Hubungan antara pertumbuhan dengan Tingkat Kematangan Seksual pada anak perempuan
Stadium TKS
Payudara Rambut pubis Kecepatan tumbuh
Umur tulang (Tahun) 1 Pubertas Prapubertas Prapubertas
(5 cm/tahun)
<11 2 Teraba
penonjolan areola melebar Jarang, pigmen sedikit lurus sekitar labia Awal pacu pertumbuhan 11-11,5
(30)
Tabel 2.1. Hubungan antara pertumbuhan dengan Tingkat Kematangan Seksual pada anak perempuan (Lanjutan)
Stadium TKS
Payudara Rambut pubis Kecepatan tumbuh
Umur tulang (Tahun) 3 Payudara
dan areola membesar , batas tidak jelas
Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah Pacu tumbuh 12
4 Areola dan papila membentuk bukit kedua Keriting, kasar, seperti dewasa, belum ke paha atas
Pertumbuha n melambat
13
5 Bentuk dewasa, papila menonjol, areola merupakan bagian dari bentuk payudara Bentuk segitiga seperti dewasa, ke paha atas Pertumbuha n minimal 14-15
4. Masa Transisi Remaja
Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Menurut Gunarsa (1978) dalam Kusmiran (2012), masa transisi tersebut adalah :
a. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan tubuh
Pada masa ini juga kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam masa pubertas dimana bentuk tubuh sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan kebingungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang konsisten.
(31)
13
b. Transisi dalam kehidupan emosi
Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan emosi. Remaja sering tampak gelisah, cepat tersinggung, melamun, sedih, dan marah, namun disisi lain terkadang tertawa dan gembira.
c. Transisi dalam kehidupan sosial
Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar keluarga. Remaja lebih cenderung bergaul dengan teman sebaya. Pergaulan dengan sebayanya termasuk upaya remaja untuk bersikap mandiri, baik mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam bidang-bidang tertentu. Ketika kondisinya tidak sesuai maka dapat menyebabkan kebingungan peran.
d. Transisi dalam nilai-nilai moral
Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-nilai yang diterima pada waktu ia masih kanak-kanak dan mulai mencari nilai sendiri.
e. Transisi dalam kognitif (pemahaman)
Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Daya kemampuan berpikir remaja ini berkembang dan dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk menambah rasa percaya dirinya. Pada masa perkembangan ini, pikiran anak telah membentuk gambaran
(32)
mental dan mampu menyelesaikan aktivitas dalam pikiran, mampu menduga dan memperkirakan dengan pikiran yang abstrak (Hidayat, 2008).
5. Organ Reproduksi Wanita a. Organ genitalia eksterna
Organ genitalia eksterna meliputi : Mons veneris (bagian yang menonjol di atas simfisis dimana pada orang dewasa ditutupi oleh rambut kemaluan), Labia mayora (bibir besar yang terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah, Labia minora
(suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar), Klitoris
yang bersifat erektil yang terletak tepat di bawah arkus pubis yang ketika terangsang glans dan korpus klitoridis membesar karena mengandung banyak pembuluh darah, Vestibulum (vulva berbentuk lonjong ini memanjang dari depan ke belakang, Bulbus vestibuli
(bagian yang terletak di bawah selaput lendir vulva yang mengandung banyak pembuluh darah, Introitus vagina (dapat dilihat jika bibir kecil dibuka karena ditutupi oleh himen atau selaput dara),
Perineum (terletak antara vulva dan anus, ditutupi kulit. Panjangnya kira-kira 4 cm).
b. Organ genitalia interna
Organ genitalia interna meliputi : Vagina (liang kemaluan yang ditemukan setelah melewati introitus vagina yang menghubungkan introitus dan uterus. Cairan vagina sedikit asam dan berasal dari bagian genitalia bawah. Interaksi laktobasilus vagina dan glikogen
(33)
15
mempertahankan keasaman (pH 4.5). Apabila pH meningkat di atas 5, maka insiden infeksi vagina meningkat. Kebersihan relatif vagina dipertahankan oleh cairan yang terus mengalir dari vagina), Uterus
(organ yang berdinding tebal, muskuler dan pipih dan tampak seperti buah peer terbalik, Tuba fallopi, Ovarium (ovarium terdiri dari korteks bagian luar dan medula pada bagian dalam. Fungsi utama ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan menghasilkan hormon seks steroid (estrogen, progesteron, androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal. Selama usia subur, umumnya setiap bulan satu atau lebih ovum matur dilepaskan. Ketika ovum dibuahi maka terjadi kehamilan, namun jika tidak dibuahi maka endometrium luruh dan disebut sebagai menstruasi).
(Pinem, 2009). B. Menarche dan Menstruasi
1. Menarche
a. Pengertian Menarche
Menarche adalah menstruasi pertama perempuan yang umumnya terjadi pada usia sekitar 10-11 tahun (Manuaba, 2007). Mekanisme menarche belum diketahui, namun hal ini berhubungan dengan maturasi hipotalamus dan spesifik dipicu oleh pembentukan lemak dengan presentasi 17 % dan BB 48 kg (Dickason, Silverman, Kaplan, 1997). Santrock (2003) menjelaskan bahwa menarche juga
(34)
dapat dipengaruhi oleh mutu makanan, kesehatan, genetik dan massa tubuh.
Menarche merupakan ciri suatu kedewasaan seorang wanita. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan FSH dan LH yang merangsang sel target ovarium. FSH merangsang ovarium untuk mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merangsang pertumbuhan payudara dan seks sekunder lainnya, diantaranya pertumbuhan rambut pubis, deposit jaringan lemak, pertumbuhan vulva dan perkembangan endometrium di dalam uterus. Rangsangan estrogen yang cukup lama terhadap endometrium akhirnya menimbulkan perdarahan lucut pertama yang disebut menarche (Manuaba, 2007).
Sebagian besar menarche berlangsung tanpa diikuti ovulasi, sehingga memberikan kesempatan yang cukup tanda-tanda seks sekunder untuk mencapai kematangan seksual. Namun, menstruasi yang sesungguhnya diikuti oleh ovulasi yang sebagian besar dicapai pada umur sekitar 17-18 tahun (Manuaba, 2007).
b. Usia Menarche
Usia menarche berbeda-beda setiap individu. Sejak sekitar 150 tahun yang lalu, usia menarche mengalami pergeseran ke arah yang lebih muda. Rata-rata usia menarche di Amerika Serikat mengalami penurunan sebesar 4 bulan tiap dekade. Sehingga sekitar tahun 2003 menarche terjadi antara usia 9 sampai 15 tahun (Eveleth dalam Santrock, 2003). Pulungan (2009) menjelaskan bahwa usia menarche terjadi pada usia termuda 8 tahun dan tertua
(35)
17
adalah 14 tahun. Manuaba (2007) menarche terjadi sekitar umur 10-11 tahun. Sedangkan Hasil riset kesehatan dasar (2010) menunjukkan rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun dengan usia menarche termuda 9 tahun dan usia tertua 20 tahun. Begitu juga yang telah ditetapkan oleh para ulama bahwa usia menstruasi pertama wanita terjadi pada usia 9 tahun (Fuad, 2007). Usia tersebut masuk dalam kategori remaja awal dan dengan usia 11-12 pada siswi sekolah dasar merupakan siswa yang berada pada kelas tinggi atau antara kelas 4 sampai 6 (Yusuf, 2012).
2. Menstruasi a. Pengertian
Menstruasi (haid) artinya mengalirkan sesuatu, namun dalam syariat agama menstruasi merupakan darah yang keluar dari rahim seorang perempuan secara alami, tanpa sebab apapun di waktu-waktu yang sudah dimaklumi (Al-Utsaimin, 2009). Cunningham (2006) menyatakan bahwa menstruasi merupakan pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus secara berkala sebagai tanda bahwa alat kandungan telah memenuhi faalnya. Menstruasi terjadi dalam interval-interval yang teratur, siklis, dan dapat diperkirakan waktunya, sejak menarche sampai menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi, atau mendapatkan intervensi farmakologis.
Siklus menstruasi terjadi karena suatu interaksi yang kompleks antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Proses ini
(36)
memerlukan komunikasi nyata antara organ target yang terlibat yang diregulasi oleh fluktuasi hormon utama reproduksi, yaitu : FSH (Follicle Stimulating Hormone), LH (Luteinizing Hormone), estradiol, dan progesteron. Siklus haid (menstruasi) ini terbagi menjadi dua fase utama, yaitu fase folikuler dan fase luteal. Fase folikuler berawal pada hari pertama terjadinya haid, ditandai dengan tingginya kadar FSH dan rendahnya LH, estradiol, dan progesteron. Peningkatan FSH adalah untuk menstimulasi perkembangan folikel dan proliferasi endometrium. Seiring berlangsungnya proses maturasi folikel pada fase folikuler akhir, kadar estradiol meningkat tajam sehingga memicu sekresi LH. LH ini menginduksi proses ovulasi dimana terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Fase luteal siklus haid ini ditandai dengan terbentuknya korpus luteum dibawah stimulasi LH, sebagai hasil leutinisasi sel-sel folikel yang pecah saat ovulasi. Korpus luteum ini menghasilkan progesteron (dalam jumlah besar) dan estradiol (dalam jumlah moderat). Pada permulaan fase ini terjadi penurunan estradiol, kemudian estradiol meningkat lagi seiring peningkatan progesteron pada pertengahan fase luteal. Selanjutnya LH dan FSH menurun sebagaimana permulaan fase folikuler. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka korpus luteum mengalami degenerasi, progesteron dan estradiol menurun menyebabkan peluruhan endometrium yang dikenal sebagai menstruasi (Suparman dan Ivan, 2012).
(37)
19
b. Durasi Perdarahan Menstruasi
Kondisi fisik seorang wanita tidak sama. Hal ini mempengaruhi kinerja organ-organ kewanitaannya, terutama saat mereka mengalami menstruasi. Lama keluarnya darah menstruasi berbeda antara wanita satu dengan yang lain. Menurut Fuad (2007) dalam syari’at Islam dijelaskan bahwa darah haid keluar paling sedikit selama 3 hari 3 malam, sebanyak-banyaknya adalah 15 hari serta yang sedang adalah 5 hari. Sebagaimana halnya dengan Cunnigham (2006) bahwa durasi menstruasi paling sering adalah 4 sampai 6 hari. Dalam hal ini bukan berarti harus keluar terus-menerus tanpa henti, namun bila darah terasa keluar, sesudah itu reda, kemudian keluar lagi maka semuanya dianggap haid (Fuad, 2007).
C. Higiene
1. Pengertian
Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan kesehatan (Potter & Perry, 2006). Sedangkan menurut WHO (2013) higiene merupakan kondisi dan praktik untuk mempertahankan kesehatan, mencegah terjadinya penyebaran penyakit, meningkatkan derajat kesehatan individu meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan (Purnawijayanti, 2006).
Menurut Potter & Perry (2006), sikap seseorang melakukan higiene perorangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
(38)
a. Citra tubuh
Penampilanan seseorang menggambarkan higiene individu tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subyektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini sering berubah dan mempengaruhi cara seseorang mempertahankan higiene.
b. Praktik sosial
Kelompok-kelompok sosial merupakan wadah seseorang untuk berhubungan sehingga mempengaruhi praktik higiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anak mendapatkan praktik higiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air yang mengalir juga mempengaruhi perawatan kebersihan.
c. Status sosial ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Hal ini menunjukkan bagaimana kondisi higiene setiap harinya. Seperti tersedianya alat kesehatan mandi dan kosmetik yang biasa digunakan setiap hari serta alat-alat untuk membantu memelihara higiene secara aman.
d. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya higiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik higiene. Walaupun demikian, pengetahuan saja tidak cukup. Individu juga harus memotivasi diri untuk memelihara perawatan diri. Sehingga praktik higiene ini akan
(39)
21
mengurangi risiko kesehatan dengan memotivasi diri untuk selalu menjaga higiene dirinya.
e. Budaya
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan higiene. Orang dari latar belakang yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda pula. Di Amerika Utara, suka menggunakan shower atau bak mandi. Sedangkan, negara-negara Eropa, mereka mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu. f. Kebiasaan
Setiap orang memiliki keinginan untuk menentukan kapan ia mandi, mencukur rambut, melakukan perawatan rambut dan sebagainya. Individu memiliki keinginana tersendiri terhadap alat kesehatan, dan cara melakukan higienenya. Hal ini menunjukkan bagaimana kebiasaan seseorang dalam melakukan higiene pada dirinya.
g. Kondisis fisik
Orang yang menderita penyakit tertentu seringkali mengalami kekurangan energi fisik untuk melakukan higiene. Sehingga ketika seseorang mengalami penyakit seperti operasi, maka ia tidak memiliki daya untuk melakukan higiene dirinya.
Higiene merupakan tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Higiene sangat penting dilakukan saat mengalami menstruasi, karena saat menstruasi tubuh mengeluarkan keringat dan minyak secara berlebih dan vagina rentan sekali terkena infeksi (Kusmiran, 2012).
(40)
2. Higiene Alat Kelamin Wanita
Kesehatan organ reproduksi penting untuk dijaga agar fertilitas tetap terjaga sehingga mampu menghasilkan keturunan. Saat menstruasi tubuh cenderung memproduksi lebih banyak keringat, minyak dan cairan tubuh lainnya. Sehingga seorang wanita harus tetap menjaga kebersihan dirinya terutama menjaga organ reproduksi wanita yaitu kesehatan vagina (Kusmiran, 2012).
Bagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan kulit seperti di daerah alat kelamin merupakan bagian yang paling penting. Ketika tubuh mengeluarkan banyak keringat maka bagian ini cenderung lembab dan mikroorganisme jahat seperti jamur mudah berkembang biak yang akhirnya dapat menimbulkan infeksi. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya wanita yang mengalami keputihan dan gatal-gatal di vagina akibat adanya infeksi jamur dan bakteri (Pudiastuti, 2012).
Davey (2005) menyatakan bahwa infeksi vagina biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut : Candida albicans, Trichomonas vaginalis dan Gardnerella vaginalis. Infeksi vagina yang tersering adalah Vaginosis bakterialis (40-50%), Candidiasis (20-30%) dan Trichomoniasis vaginalis (15-20%). Keputihan juga sering terjadi pada wanita dan disebabkan oleh Candida dan Trichomonas vaginalis,
namun Candida albicans adalah jamur yang paling sering menyebabkan keputihan tersebut (Panda, 2013).
Adapun menurut cara memelihara organ reproduksi remaja perempuan adalah sebagai berikut :
(41)
23
a. Saat menstruasi, wanita lebih berkeringat dibanding dengan hari-hari biasanya. Oleh karena itu, agar tubuh tetap segar dan bebas dari bau badan harus rajin merawat tubuh dengan mandi yang bersih dan mencuci rambut minimal dua hari sekali. Sebagaimana Lawan, Yusuf, & Musa (2010), menyatakan bahwa remaja putri sebagai respondennya menyatakan bahwa mereka menambah frekuensi mandinya saat menstruasi sebanyak 3-4 kali per hari.
b. Membersihkan bekas keringat yang ada disekitar alat kelamin secara
teratur dengan air bersih, lebih baik air hangat, dan sabun lembut dengan kadar soda rendah terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan buang air kecil. Cara membasuh alat kelamin wanita yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), tidak terbalik karena bakteri yang ada disekitar anus bisa terbawa ke dalam vagina dan berisiko menimbulkan infeksi. Setelah dibersihkan, vagina dikeringkan menggunakan handuk bersih atau tisu kering supaya vagina tidak lembab.
c. Menggunakan air bersih saat mencuci vagina. Tidak perlu sering
menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot
pewangi vagina (douching). Vagina sendiri sudah mempunyai
mekanisme alami untuk mempertahankan keasamannya yaitu adanya kuman Doderlin yang hidup di vagina dan berfungsi memproduksi asam sehingga terbentuk suasana masam yang mampu mencegah bakteri masuk ke dalam vagina. Keseringan menggunakan sabun
(42)
khusus ini justru akan mematikan bakteri baik tersebut dan memicu berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi.
d. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering
mengganti celana dalam minimal dua kali sehari untuk menjaga vagina dari kelembaban yang berlebihan. Bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat seperti katun. Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat karena kulit susah bernafas dan akhirnya menyebakan daerah kewanitaan menjadi lembab, berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi juga sering kali terjadi akibat celana dalam yang tidak bersih.
e. Menstruasi merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah
kotor. Pemakaian pembalut tidak boleh lebih dari enam jam dan diganti sesering mungkin bila sudah penuh oleh darah. Hal ini dikarenakan pembalut juga menyimpan bakteri kalau lama tidak
diganti. Penelitian Lee et al (2006) menjelaskan bahwa dari seluruh
responden yaitu remaja putri di Malaysia terdapat 70,8% menggunakan pembalut ≤ 4 pembalut per hari karena jumlah darah yang keluar sedikit, 17,6% menggunakan 2 pembalut dalam satu kali pemakaian karena keluarnya darah sangat banyak, dan 11,1% menggunakan pembalut 5-10 pembalut per hari karena jumlah darahnya sedang.
f. Menggunakan pembalut (sanitary pad) yang siap pakai, bukan
(43)
25
higiene akibat perawatannya yang kurang baik, seperti mengeringkan di tempat tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari yang berisiko tumbuhnya mikroba atau larva yang menyebabkan vagina berbau tidak sedap (Ali, 2007).
g. Selain itu, membuang pembalut bekas dengan dibungkus kertas
kemudian dibuang ke tempat sampah (Nada, 2007). Adapun
penelitian Lawan, Yusuf, & Musa (2010) menyatakan bahwa remaja membuang pembalut bekas di limbah rumah tangga (71,2%), pembakaran (24,3%), penguburan (4,3%) dan disiram di toilet (0,3%). Sebagaimana penelitian Dasgupta dan Sarkar (2008), menjelaskan bahwa sebesar 92 responden (57,5%) remaja membuang dengan benar pembalut/potongan kain yang digunakan dengan membungkusnya dengan sebuah kantong kertas dan dibuang di tempat pembuangan limbah padat. Penelitian ini juga sejalan dengan Thakre (2011) bahwa responden membungkus pembalut dengan kertas terlebih dahulu, baru kemudian membuang pembalut tersebut di limbah padat atau membakarnya. Sebanyak 52,20% respondennya membuang pembalut dengan cara dibakar, sebesar 39,79% membuang di limbah padat dan 6,72% menggunakan metode pembuangan lain.
(Kusmiran, 2012; Nadesul, 2008; Dingwal, 2010). 3. Keluhan di sekitar Organ Reproduksi
Organ reproduksi merupakan terdiri dari organ reproduksi bagian luar dan bagian dalam (Pinem, 2009). Alat kelamin wanita berhubungan
(44)
langsung dengan dunia luar yang memudahkan terjadinya infeksi pada bagian luarnya yang secara berkelanjutan dapat menginfeksi selaput dinding perut (peritonitis). Namun, vagina memiliki sistem pertahanan alat kelamin wanita yang cukup baik yaitu dengan sistem asam basa melalui lendir yang menyebabkan bakteri dibuang dalam bentuk menstruasi. Sekalipun demikian, sistem pertahanan ini terkadang cukup lemah sehingga infeksi sering susah dikendalikan dan menimbulkan keluhan klinis dari infeksi tersebut. Salah satu keluhan klinis/infeksi alat kelamin ini adalah leukorea atau keputihan (Manuaba, 2009).
Keluhan yang dialami oleh remaja adalah gatal-gatal pada daerah kemaluan saat menstruasi. Gatal-gatal saat menstruasi ini disebut juga dengan pruritus vulvae. Pruritus vulvae adalah iritasi atau rasa gatal disekitar vulva dan lubang vagina yang biasa terjadi pada malam hari. Pruritus vulva bisa disebabkan oleh adanya keputihan pada vagina (Misery, 2010). Banerjee dan Chazal (2006) menyatakan bahwa penyebab umum pruritus vulvovaginal adalah infeksi fungi (jamur). Sedangkan Harris (1996) menjelaskan bahwa kebanyakan wanita mengalami keputihan berulang dan iritasi vulva bukan karena infeksi jamur atau penggunaan pembalut yang sering, karena masih banyak remaja ang menggunakan pembalut tersebut, namun disebabkan oleh penggunaan sabun yang berlebihan pada vagina. Namun, sebagian besar mereka menginformasikan bahwa hal ini terjadi karena efek sabun, krim, lotion, panty-liners, pakaian, panas, iritasi lain dan perawatan iritasi vagina.
(45)
27
D. Perilaku
1. Batasan Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung atau tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).
Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010) juga merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme merespon sehingga teori Skinner disebut dengan “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Skinner membedakan adanya dua respon, yaitu :
a. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Respon yang ditimbulkan relatif tetap. Misalnya, cahaya terang menimbulkan mata tertutup. Respon ini juga mencakup perilaku emosional seperti mendengar berita duka menjadi sedih atau menangis.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut dengan reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon. Misalnya, seseorang melaksanakan tugas dengan baik (respon terhadap tugasnya), kemudian ia memperoleh penghargaan dari atasannya
(46)
(stimulus baru), maka orang tersebut melaksanakan tugasnya dengan lebih baik lagi.
Berdasarkan teori S-O-R tersebut, perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perasaan, perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Perilaku tertutup (covert behavior) ini dapat diukur dari pengetahuan dan sikap seseorang.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar. Misalnya, seorang remaja menjaga kebersihan organ genitalia dengan baik ketika menstruasi dengan mengganti pembalut setelah penuh darah. Contoh tersebut merupakan tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan, atau dalam bentuk praktik. Berikut adalah teori S-O-R :
RESPON TERTUTUP :
Pengetahuan Sikap ORGANISME
RESPON TERBUKA :
Praktik/ Tindakan STIMULUS
(47)
29
2. Domain Perilaku
Perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang orang yang bersangkutan.
Adapun domain perilaku menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan
1) Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) terhadap objek tertentu. Intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut dapat mempengaruhi hasil pengindraan dan pengetahuan seseorang. Sebagian besar, pengetahuan diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).
2) Proses adopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Adapun menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut :
a) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus
(48)
b) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus c) Evaluation (nimbang), individu
menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik.
d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru
e) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus. 3) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak (2007) adalah sebagai berikut :
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kepribadian dan kemampuan baik di dalam maupun luar sekolah (baik formal maupun nonformal) yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan ini dapat mengubah sikap dan tata laku seseorang dan kelompok serta mampu mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Selain itu, pendidikan mempengaruhi proses belajar, dimana semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah seseorang menerima informasi. Sehingga semakin banyak informasi semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
(49)
31
b) Informasi/media massa
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Selain itu, informasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi ini dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar.
c) Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, orang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
(50)
e) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang pengetahuan yang diperoleh dalam masalah yang dihadapi pada masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan yang profesional dan mengembangkan kemampuan mengambil keputusan sebagai manifestasi keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
f) Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia madya, individu berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial. Selain itu, mereka lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
4) Domain pengetahuan
Adapun tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007) adalah sebagai berikut :
(51)
33
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam hal ini adalah cara individu
recall (mengingat kembali) sesuatu yang spesifik dari bahan yang telah dipelajari. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang sangat rendah. Kata kerja yang digunakan adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang paham terhadap materi mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya. c) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real
(nyata). Aplikasi disini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip pemecahan masalah.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
(52)
menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.
e) Sintesis (synthesisi)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kata lain dari sintesis adalah mampu menyusun formulasi-formulasi baru. Misalnya, dapat merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada. Misalnya, membandingkan anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.
5) Indikator pengetahuan kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup pengetahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan. Cara mengukur pengetahuan kesehatan yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket/kuesioner. Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya pengetahuan” responden tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden tentang variabel-variabel kesehatan. Misalnya, berapa persen responden tahu tentang cara-cara mencegah penyakit demam
(53)
35
berdarah atau berapa persen responden yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang ASI eksklusif, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
b. Sikap
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang melibatkan emosi dan pendapat seseorang yang bersangkutan. Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak dan predisposisi perilaku (tindakan) (Notoatmodjo, 2010).
b. Tindakan/praktik
Tindakan/praktik merupakan salah satu bentuk perilaku, yaitu perilaku terbuka. Dimana perilaku tersebut dapat dilihat oleh orang lain dalam bentuk tindakan nyata. Tindakan ini juga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2010).
Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. Cara mengukur perilaku ini bisa secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yakni dengan pengamatan secara langsung terhadap tindakan subjek dalam memelihara kesehatannya. Misalnya, makanan yang disajikan ibu dalam keluarga untuk mengamati praktik gizinya. Sedangkan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
(54)
Perilaku dipengaruhi oleh dua faktor yaitu dari dalam maupun luar subjek. Lawrence Green membedakan determinan masalah kesehatan menjadi dua, yaitu behavior factors (faktor perilaku) dan non-behavior factor (faktor nonperilaku). Green menganalisis bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor yaitu :
a. Faktor predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin, yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya tindakan kesehatan. Misalnya Posyandu, Puskesmas, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya.
c. Faktor penguat, faktor yang memperkuat atau mendorong perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.
(Notoatmodjo, 2010).
2. Cara Mengukur Indikator Perilaku
Cara mengukur pengetahuan dan sikap adalah dengan wawancara, baik terstruktur maupun wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terarah (focus group discussion), khusus untuk penelitian kualitatif. Namun untuk memperoleh data tindakan atau perilaku adalah dengan metode langsung yaitu observasi, atau metode tidak langsung yaitu
(55)
37
pendekatan recall melalui wawancara dengan mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan responden beberapa waktu lalu (Maulana, 2009). Simamora (2008) menjelaskan bahwa ada tiga kategori tentang pengukuran perilaku, yaitu :
a) Kategori 1 : “What the people do” (mengamati apa yang dilakukan individu yaitu dengan pancaindra, kamera, dan handycam).
b) Kategori 2 : “What the people say” (mengamati apa yang dikatakan individu) yaitu dengan wawancara yang merupakan metode pengukuran yang tepat. Instrumen yang dipakai adalah wawancara yaitu dengan kuesioner maupun pedoman wawancara.
c) Kategori 3 : mengukur psikologis yang ditunjukkan oleh sistem syaraf yaitu dengan peralatan laboratorium.
Namun, harus diakui bahwa alat ukur yang banyak digunakan dalam mengukur perilaku adalah kuesioner.
(56)
E. Kerangka Teori
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Pendidikan
2. Informasi
3. Sosial, budaya, ekonomi 4. Lingkungan
5. Pengalaman 6. Usia
Respon terbuka : Praktik/ Tindakan Respon tertutup :
Pengetahuan Sikap Respon :
Organisme : Remaja Putri Stimulus :
Menstruasi
Bagan 2.2 Modifikasi Kerangka Teori Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2010); Mubarak (2007)
Perilaku Higiene Menstruasi
(57)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas. Perilaku higiene menstruasi pada remaja putri perlu diketahui dan diteliti dengan baik, sehingga diketahui gambaran tentang perilaku higiene remaja putri selama menstruasi. Dibawah ini dijelaskan kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti pada remaja putri di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan :
Variabel dependen
Perilaku higiene menstruasi : - Mandi
- Keramas
- Cara membersihkan vagina - Penggunaan sabun
- Pemakaian celana dalam - Penggantian pembalut
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku higiene menstruasi yang meliputi mandi, keramas saat menstruasi, cara membersihkan vagina, penggunaan sabun, pemakaian celana dalam, dan penggantian pembalut.
(58)
B. Definisi Operasiol
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala Perilaku higiene menstruasi Perilaku higiene menstruasi adalah aktivitas remaja putri dalam menjaga vagina untuk mencegah terjadinya penyakit beberapa meliputi hal yaitu mandi dan keramas saat menstruasi, cara membersihka n vagina, penggunaan sabun, pemakaian celana dalam, dan penggantian pembalut. Menghitung skor dari pernyataan kuesioner praktik higiene menstruasi yaitu B1-22 menggunakan skala likert. Untuk pernyataan positif : Selalu (4) Sering (3) Kadang-kadang (3) Tidak pernah (1) Untuk pernyataan negatif : Selalu (1) Sering (2) Kadang-kadang (3) Tidak pernah (4)
Kuesioner Persentase dari setiap item
perilaku
(59)
(60)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang berjudul “Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan” menggunakan desain cross sectional dengan jenis penelitian kuantitatif dengan analisa statistik deskriptif. Rancangan penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku remaja putri dalam menjaga higiene saat menstruasi di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2013 di SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan yang meliputi 2 kelurahan yaitu Kelurahan Pisangan dan Cirendeu. Adapun SDN tersebut terdiri dari SDN Pisangan I, SDN Pisangan II, SDN Pisangan III, SDN Pisangan IV, SDN Cirendeu 1, SDN Cirendeu 2, SDN Cirendeu 3, SDN Cirendeu 4, dan SDN Cirendeu 5. Alasan pemilihan lokasi di Wilayah Kelurahan ini adalah karena berdasarkan studi pendahuluan di SDN Pisangan 1 didapatkan remaja putri telah mengalami menstruasi dini, dimana menstruasi dibawah umur 12 tahun. Remaja putri yang telah menstruasi tersebut berusia 9 sampai 11 tahun. Hasil yang diperoleh adalah 100% higiene remaja putri tersebut masih buruk karena masih banyak yang menggunakan sabun mandi setiap membersihkan vagina, mengganti pembalut 2-3 kali/hari, tidak mengganti pembalut dan tidak
(61)
42
mengeringkan vagina setelah BAB dan BAK, serta mengalami gatal-gatal saat menstruasi.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek atau objek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri yang telah menstruasi di SDN Wilayah Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cirendeu yang berjumlah 64 remaja putri.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling dimana seluruh populasi yang ada digunakan sebagai sampel karena populasi relatif kecil dan sampel minimal adalah 30 orang yang dianggap dapat mewakili keakuratan populasi (Dempsey, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi remaja putri yang telah menstruasi di seluruh Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kelurahan Pisangan dan Cirendeu yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah 59 orang, karena dari 64 orang sebagai populasi terdapat 1 orang yang kurang dapat memahami informasi yang diberikan baik melalui verbal maupun tulisan, 3 orang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap, dan 1 orang yang tidak bersedia
(62)
menjadi responden penelitian, sehingga sampel dalam penelitian ini hanya 59 orang yang telah mewakili gambaran higiene menstruasi seluruh remaja putri di sembilan SDN tersebut.
Adapun kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi :
1) Remaja putri usia sekolah dasar di sembilan SDN di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan yang telah mengalami menstruasi 2) Dapat membaca, menulis, dan memahami informasi yang
diberikan baik melalui verbal maupun tulisan 3) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi :
1) Responden tidak kooperatif
2) Responden yang mendadak sakit
3) Responden mengundurkan diri di tengah-tengah proses penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode/teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan secara tertulis kepada subjek untuk mendapatkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan tersebut (Notoatmodjo, 2005). Kuesioner diberikan kepada responden setelah
informed consent. Waktu pengisian kuesioner adalah sekitar 30 menit untuk masing-masing responden dengan cara ditanya satu per satu. Namun, ada sebagian responden yang mengisi sendiri, namun tetap diawasi dan diberikan
(63)
44
penjelasan tentang pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden, sehingga responden tetap dalam pengawasan saat mengisi kuesioner tersebut. E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Kuesioner diberikan langsung kepada responden yang telah menyetujui menjadi responden penelitian. Kuesioner diisi oleh responden setelah pertanyaannya dibacakan oleh peneliti. Instrumen pengumpulan data ini terdiri dari 2 bagian, yaitu :
1. Data personal responden
Identitas siswa/responden ini meliputi umur, umur saat menstruasi, kelas, pengalaman mendapatkan informasi tentang menstruasi, pemberi informasi, jangka waktu mendapatkan informasi tersebut, keluhan pada organ reproduksi remaja putri, yang meliputi keputihan dan gatal-gatal saat menstruasi.
2. Kuesioner perilaku higiene menstruasi
Kuesioner praktik higiene bertujuan untuk mengetahui bagaimana status higiene remaja putri SDN yang diteliti. Kuesioner praktik higiene ini meliputi mandi, mencuci rambut (keramas) saat menstruasi, cara membersihkan vagina, penggunaan sabun, pemakaian celana dalam, dan penggantian pembalut (Kusmiran, 2012; Nadesul, 2008; Dingwal, 2010).
Kuesioner praktik higiene menstruasi terdiri dari 22 pernyataan. Kuesioner ini menggunakan menggunakan skala likert. Pertanyaan positif : Selalu diberi nilai (4), Sering (3), Kadang-kadang (2), dan Tidak Pernah
(64)
(1), namun untuk pertanyaan negatif : Selalu diberi nilai (1), Sering (2), Kadang-kadang (3), dan Tidak Pernah (4). Adapun indikator pertanyaannya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Indikator Perilaku Higiene Menstruasi
No Subvariabel Jumlah
soal
No. Soal Jumlah soal Favorable Unfavorable
1 Frekuensi mandi 1 - 1
2 Mencuci rambut saat menstruasi
2 6 2
3 Cara membersihkan vagina
3, 7, 11, 15 4
4 Penggunaan sabun
pembersih vagina
13 4 2
5 Pemakaian celana dalam 5, 19 10, 17 4 6 Penggantian pembalut 12, 14, 16,
18, 21, 22
8, 9, 20 9
Total Pernyataan 22
Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah rasio. Dimana dari setiap item pertanyaan perilaku higiene menstruasi ditunjukkan dalam bentuk persentase.
F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Hasil Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas dilakukan untuk menguji validitas setiap pertanyaan angket. Instrumen yang valid memiliki validitas yang tinggi, begitu juga sebaliknya, instrumen yang kurang valid memiliki validitas rendah. Untuk mengetahui apakah korelasi tiap pertanyaan tersebut signifikan, maka dilihat perbandingan antara r tabel
(65)
46
dan r hitung. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan tingkat kemaknaan 5% maka dikatakan valid (Hidayat, 2008).
Uji validitas ini dilakukan di SDN Cempaka Putih 1, SDN Cempaka Putih 2, SDN Cempaka Putih 3, SDN Cempaka Putih 4, dan SDN 1 Ciputat pada tanggal 15-26 Juli 2013. Responden yang digunakan dalam uji validitas ini adalah 32 orang, dimana responden tersebut memiliki kriteria inklusi dan eksklusi yang sama dengan sampel yang digunakan dalam penelitian.
Hasil uji kuesioner dianalisis menggunakan rumus teknik korelasi
Pearson Product Moment dengan software komputer. Dari hasil analisa tersebut didapatkan r tabel adalah 0,34 dengan n = 32 orang. Ketika r hitung > r tabel maka kuesioner dikatakan valid (Hidayat, 2008).
Adapun jumlah pernyataan kuesioner perilaku adalah 23 pernyataan. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa banyak item pernyataan yang tidak valid. Adapun pernyataan yang valid adalah sebanyak 7 pernyataan, yaitu pada nomor 2, 10, 13, 15, 20, 21, dan 23. Sedangkan yang lainnya, yaitu 16 pernyataan adalah tidak valid. Namun instrumen tersebut telah dilakukan uji validitas dengan cara content validity dan expert validity. Dari 16 pertanyaan yang tidak valid, hanya satu pertanyaan yang dihapus yaitu no. 9, sehingga total pertanyaan yang digunakan untuk penelitian ada 22 pertanyaan yang tetap dapat digunakan karena rentang kevalidan instrumen berada pada rentang “rendah dan cukup tinggi”, sebagaimana rentang kevalidan sebagai berikut :
(66)
0,800-1,000 : sangat tinggi 0,600-0,799 : tinggi
0,400-0,599 : cukup tinggi 0,200-0,399 : rendah
0,000-0,199 : sangat rendah (tidak valid) (Hidayat, 2008).
Setelah di lakukan uji validitas lagi dengan sampel 59 orang dan 22 item pertanyaan didapatkan hasil didapatkan r tabel = 0,252 (Hidayat, 2008). Dengan r tabel tersebut didapatkan 7 item yang valid meliputi no. 1, 6, 7, 8, 9, 16, dan 22. Ketidakvalidan ini bisa disebabkan oleh instrumen yang diukur tidak mencakup dimensi penting dari konstruk dan penyimpangan dari keragaman konstruk (Effendi dan Makhfudli, 2009).
2. Hasil Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur pengukur dapat dipercaya atau diandalkan atau apakah alat ukur bisa digunakan atau tidak. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah hasil pengukuran tersebut tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Hidayat, 2008).
Uji reliabilitas ini menggunakan teknik Alpha Crombach (α), dalam
uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Jika r alpha > r tabel maka pernyataan tersebut reliabel, begitu juga sebaliknya. Suatu instrumen dikatakan reliable jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,50 (Azwar, 2008).
Nilai r pada uji reliabilitas instrumen penelitian ini adalah 0,544 karena nilai Alpha Cronbach > 0,50, maka instrumen ini dianggap
(1)
l
PEMERINTAH KOTA TAI\IGERANG SELATAFI
DINAS PEFIDIDIKAI{
UPT
PENDIDIKAN
KECAMATAI{
CIPUTAT
TIMI]R
SD
NEGERI
PISANGAI\
IV
Jl. Legoso -KayaNo.66 Kei.Pisangan, Kec.Ciputat
Timur
ST]RAT
KETERANGAN
Nomor:
Yang
bertandatangan dibawahini,
Kepala Sekolah DasarNegeri
PisanganIV
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten ::
Hj. ETTYNURHAYATI,
S.Pd. SD:
19580702 1978032
007'Kenala
SekolehDengan
ini
menerangkan bahwa:IMAROTUL FITRIYAH
r09104000050iltnrr Kenerarvafan
Kedo*:teran dan
Ilmu
KesehatanT vrr ! uJuu ITI\T Qrrqlif Ifirlarrafrrllah rlrssJslsuu lalra**q
telah melakukan penelitian kepada Remaja
Putri
SD Negeri
PisanganIV
untukpenyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa.
Demikian surat
keterangan
ini
kami buat
agar
dapat
dipergunakansebagaimana mestinya.
Nama
NIP
Jabatm
Nama
NIM
Prnorern Sfrrdi Fakultas
(2)
a
KEMENTERIAN AGAMA
uNrvERsmAs
rsLAM
NEGERI
(
UrN
)
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
FAKI]LTAS
KEDOKTERAN DAN
ILMU
KESEHATAN
Jr.KertamuktiNo.5pisanganciputat
r541e
SjB*"',lffi.ilJil.ifJrllIfr;fi',#Pd,1ffi,1i",.
Nomor
:
Un.01lF10/KM.0l.2tarof
12913Lampiran
:
-Hal
:
PermohonanIzin
Penelitianciputaq
/
lwizan
Kepada Yang Terhorma!
Kepala RSUD Tangerang Selatan
JI. Surya Kencana I Pamulang
di
Tangerang Selatan
Assalamu'alaikum
Wr.
Wb.Dalwn
rangka
penyelesaiantugas
akhir
perkuliahan mahasiswadiperlukan
penyusunanSkripsi yang berjudul
"Gambaran
Self
CareManajemen Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Merfalani Hemodialisis
di Wilay'ah Tangerang Selatan'.
Sehubungan dengan
itu
kami
mohon diberikanizin
melaksanakanpenelitian atas nama:
Nama
NIM
Semester Program Studi Fakultas
FaulyaNurmalaArova
109104000046
vm
Ilmu Keperawahn
Kedolteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syanf
Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara
kami
ucapkan terimal<:isih.
lVassalamu'alaikum
Wr.
Wb.A.n. i'{ X'
r!,: {:
. r-ir-'
Widjajakusumah, AIF., PFK
Tembusan:
(3)
PEMERINTAH KOTA TA}IGERANG SELATAN
DINAS PENDII}IKAI\I
T'PT
PEI{DIDIKANI KECAMA'TAN
CIPUTAT TIMT'R
SD
NEGERI CIRENDEU
N
I1 /-t^--J^ }'r^ f.t Lr^l Ja2^--l^-- f/^^ r!:---+^a
7F:---J r.
\ri[
uuit r\ u. JZ a.gl.\-rrtrlucu,l\gu.\-tpulilt
I lururST]RAT
KETERANGAN
No. 42 1.2/052ISDN. CIUVITA 2A13
Yang bertandatangan dibawah
ini,
Kepala Sekolah Dasar Negeri CirendeuII
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangeftmg Selatan Propinsi Banten :
:
Hj. SAKSIWIYATI,
S.Pd:
19550901 1976042001'Kenela
Sekolah'---r----Dengan
ini
menerangkan bahwa :IMAROTUL FITRIYAH
109104000050 ilrnrr Kenerarrrafan
Kedokteran dan
Ilmu
Kesehatanf vra TTI\T r uJqu Q.rarif IJir{arrafrrlloh r^rssJs.Kru Jwlul4ToLqrfa
telah
melakukan
penelitian
kepada
Remaja
Putripenyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa.
Demikian
suat
keterangan
ini
ka#Ii
buat sebagaimana mestinya.Nama
NIP
Jabatan
Nama
NIM
Program
St;di
Fakultas
SDN
Cirendeu
II
untukagar
dapat
diperpiunakanCiputat
Timur,
30Agustus
2013{ry
9-\
ciir(4)
PEMERINTATI
KOTA
TANGERANG SELATAN
DINAS
PENDIDIKAN
!l..ffi hnat.hl".nr!, I lt i,td l tt I m I Lt ffhrYm l6 rrl-rTh
SI}
NEGERI
CIREUNDET]
III
Jalan
SD krpresNo.
60Cirermdeu-
CiputatTimur
Telp- 021*74713011
crtr-Irt a r.rr r_zr;tr.rrr;tn a f,.T/^ l tI uii il.ff i I\-[; L E/-tLfii\'!.rlii\
No.
4Zl.ZlO|slSDN
CRI)
llli]/fiAz0l3
Yang
bertanda tangan
di
bawah
ini
Kepala
SDN
Cireundeu
III,
Kelurahan
Cireundeu, Keca.rrrai:ur CiputaiTiiii'ri",
Ko'ra Tangerang Sciaia-ri, Pmvii'rsi Barticti :_Nama
\TTDi\r!
Pangkat/Golongan
T.^.!^--.+-.-.-. JOUUUT
Menerangkat bahwa: -^T^-- ^
r\alri1
NIM
Q-=-.-.:-+--JrJItlLJf!l
Program Study
E.^.!.---l+-.-r a^utl4f,
Judul Skripsi
Ep_glayRokayah'
S.Pd16a1A6AE lnOrnn
^ nn 1
l:/Lr i u:1ii_l Laa i|J> z uv i
Pembinal
IV
arr -,-^7^
o^1_^l^t--t\.EpiILA DE!(^LU4ii
imareiui Fitriyah
1091M000050
:tftrf / J^t^--^-- \
! 11! \ Ur.!el/u! _,'
Ilmu
KeperawatanKe,j,:ki.era:r,lari
illrru
Kesehatairi-iii.i
S]'arif Eiidayatuilah Jaha:*ia"
Gambaran
Perilaku
Higine Menstruasi Pada Remaja
Putri
Sekolahft-..-* ]lI....,,-: .!: fr,,:t..-,..1- t{.,-2.. p...t,..-.*..-. Di-...^^-* ..
uqJgt .!lSLrl ur It[4J4u r\LrJ4 r UJALJ!u4J r !J4U54U
Adalah benar nama tersebut
di
atas telah melaksanalan Penelitiandi
SDN
CireundeuIII
yangberaiamatkan K-eiii'-ahan
Cireundeu
KecamatanCiputat
Timur Koia
Tangerang Seiatan ProvinsiBanten.
Derrdkianiah
$rat
keteranganini
dibuat
dengan sebenarnyadan agar
dapat
dipergunakansebagai mana mestinya.
Timur,27
Agustus 2013(5)
PEMERINTAH KOTA
TAIYGERANG
SELATAN
DINAS PENDIDIKAI\i
T]PT
PEIYDIDIKATT
KECAMATAN CIPUTAT
TIMUR
SD
NEGERI
CIREFIDEU TV
Yl ra^---l^ l,T- t TZ^l /r:-^-l-.- V ^^ r1:^--L^a
T:-^---J l. \Jirr rlrrit r\ u. J I\trI. (-u Erlut u, I\tru. r-rputa.l I
uuul
SURAT
KETERANGAI\I
xo-o@n/zotl
Yang
bertandatangan dibawahini,
Kepala Sekolah DasarNegeri
CirendeulV
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangefimg Selatan Propinsi Banten :Nama
NIP
Jabatan
Dengan
ini
menerangkanbahwa:
Nama
NIM
Prnoratn Sfrrdi Fakultas
:
ENGKAY
ROKAYAH,
S.Pd:
19610905 1981092001
'Kenala
Sekolah:
IMAROTUL FITRIYAH
: 109104000050
'
Iltnrr Kenerervetan: Kedokteran dan
Ilmu
KesehatanT vu ! uJEll JTNI Qtrarif I{izf arzofrrllaL faLar*artrs*Jsruuur Ju\uls
telalr
melakukan
penelitian
kepada Remaja
Putripenyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa.
Demikian surat
keterangan
ini
kami
buat*
sebagaimanamestinya.SDN
Cirendeu
IV
untukagar
dapat
dipergunakan(6)
PEMERINTAH KOTA TAI\IGERANG SELATAI\I
DINAS PEIIDIDIKANI
TIPT
PEI{DIDIKAI\I
KECAMATANT
CIPUTAT
TIMT'R
SEKOLAH
DASAR
NEGERI CIREUNDEU
V
Jl. Garuda No.5 1 Cireundeu. Ciputat
Timur,
Telp.(02 I )7 425018SURATKETERANGAN
N
o.
421 .21 422.21*V
SD.CRD.VA/fiU2013
Yang
bertanda tangan dibawah
ini
Kepala
Sekolah Dasar
Negeri
CireundeuKecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten :
Nama
NIP
Jabatan
Unit Kerja
Dengan
ini
menerangkan bahwa:Nama
NIM
Semester Fakultas
SUTINO, S.Pd.MM
19630329 198703 1 007
Kepala Sekolatr
SD Negeri Cireundeu
V
IMAROTUL FITRIYAH
r09104000050
Ilmu
KeperawatanKedokteran dan
Ilmu
KesehatanUIN
SyarifHidayatullah
telah melakukan penelitian kepada Remaja
Puti
SDN CireundeuV
untuk penyelesaian tugasakhir perkuliahan mahasiswa.
Demikian surat
keteranganini
kamu buat agar
dapat dipergunakan
sebgaimana mestinya.28 Agustus 2013