Bangunan Gedung Sekolah Landasan Teori

commit to user 8 Metode AHP juga telah digunakan oleh Fakhroji 2009 untuk menentukan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan gedung sekolah dasar negeri di Kabupaten Tabalong. Hasil penelitian menunjukan bahwa kriteria dan bobot kriteria penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN adalah kriteria tingkat kerusakan bangunan 0,334, jumlah siswa 0,267, umur bangunan 0,206, lokasi bangunan 0,114 dan angka partisipasi murni 0,079. Urutan prioritas sepuluh besar pemeliharaan bangunan gedung SDN adalah SDN Masukau, SDN 2 Belimbing, SDN Kapar Hulu, SDN 2 Sulingan, SDN 4 Belimbing Raya, SDN Mabu’un, SDN 1 Sulingan, SDN 2 Kapar, SDN Kasiau Raya dan SDN 4 Belimbing. Hal yang luput dimasukan untuk menjadi kriteria dalam penelitian yang dilakukan oleh Fakhroji, adalah faktor legalitas status sekolah, legalitas bangunan sekolah apakah sudah memiliki IMB atau belum. Padahal kedua hal ini sudah diharuskan dalam Permendiknas No 24 Tahun 2007 tentang standar prasarana dan sarana bangunan sekolah. Dalam penelitian ini, akan dimasukan kriteria status tanah, kepemilikan IMB, dan kriteria rasio antara jumlah rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas yang ada.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Bangunan Gedung Sekolah

Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas danatau di dalam tanah danatau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus Anonim, 2002. Bangunan gedung sekolah adalah gedung yang sebagian atau seluruhnya berada di atas lahan, yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan pembelajaran pada pendidikan formal Anonim, 2007 b. Bangunan gedung sekolah harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar layak untuk digunakan dalam mendukung kegiatan belajar dan mengajar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menenegah PertamaMadrasah commit to user 9 Tsanawiyah, Sekolah Menengah AtasMadrasah Aliyah telah ditentukan bahwasanya bangunan gedung sekolah harus memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan keamanan Anonim, 2007 b. Seiring dengan bertambahnya usia bangunan dan pengaruh lingkungan di sekitarnya, maka kinerja dari gedung tersebut akan semakin menurun. Selain faktor umur bangunan banyak faktor lain yang menyebabkan berkurangnya kemampuan layan bangunan. Beberapa penelitian telah dilakukan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas bangunan. Kerusakan yang terjadi pada gedung dapat disebabkan oleh perencanaan yang salah, kesalahan pabrikasi, kesalahan pada proses konstruksi dan sebagian kecil disebabkan oleh ketidaktepatan pengoperasian dan kurangnya pemeliharaan David dkk, dalam Ratay, 2005. Adapun faktor pelaksanaan, yang menyebabkan jeleknya mutu bangunan dapat disebabkan oleh buruknya mutu sumber daya manusia yang ada, rendahnya kualitas material yang digunakan, rendahnya standar kualitas konstruksi, lokasi proyek yang kurang tepat, pengawasan yang tidak cukup, persiapan yang kurang, tidak tepatnya penyimpanan dan penanganan material, kekurang tepatan methoda konstruksi yang dipakai, kurangnya perlindungan terhadap faktor matahari dan hujan, adanya kelemahan koordinasi antara pihak pengawas, kontraktor dan sub kontraktor Watt, 1999. Kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung selain disebabkan oleh faktor– faktor diatas, sering juga disebabkan oleh gempa dan faktor biologi. Sebagai negara tropis yang memiliki kelembaban udara yang tinggi, Indonesia sangat cocok untuk berkembangbiaknya makhluk hidup yang dapat merusak bangunan gedung. Bahan bangunan yang sering diserang terutama yang berbahan kayu. Makhluk hidup yang sering merusak kayu adalah jamur pembusuk, rayap, serangga bubuk serta cacing laut penggerek kayu Suranto,2002.

2.2.2 Standar Bangunan Sekolah