memiliki  hubungan  material,  karena  yang  nonmaterial  tersebut  adalah maqam tertinggi dari riyadhah materi dalam gerak penyempurnaanya yang
substansial.  Jembatan  yang  baik  ini  sebagai  temuan  yang  apik  dalam hubungan  antara  materi  dan  nonmateri  dari  filosof  diatas.  Sadr
menambahkan bahwa jiwa itu sendiri tidak lain adalah imaji material yang menjadi tinggi karena gerak substansial. Perbedaan antara sisi spritualitas
dan  materialitas  hanya  terletak  pada  perbedaan  derajat  saja,  seperti  panas yang  tinggi  dengan  panas  yang  rendah.  Tidak  boleh  juga  beranggapan
bahwa jiwa adalah produk materi dan menjadi salah satu efeknya. Namun, sebenarnya  adalah  produk  gerak  substansial  yang  bukan  produk  dari
materi itu sendiri. Sebab, setiap gerak berasal dari munculnya sesuatu dari potensialitas  ke  aktualitas  secara  berangsur-angsur.  Potensialitas  tidak
dapat  menciptakan  aktualitas  dan  kemungkinan  tidak  dapat  menciptakan keberadaan.  Jadi,  gerak  substansial  memiliki  sebab  diluar  materi  yang
bergerak.  Ruh  yang  merupakan  sisi  nonmaterial  manusia  adalah  produk gerak  tersebut.  Adapun  gerak  ini  sendiri  adalah  jembatan  antara
materialitas dan spritualitas.
28
C. Epistemologi Filsafat Manusia
1. Penciptaan Manusia
Kreasionisme  berarti  bahwa  dunia  fisik  dan  segala  yang  ada  di dalamnya ada secara obyektif dan secara nyata; dunia fisik bukan rupa dan
28
Muhammad  Baqir  Ash-Shadr,  Falsafatuna:  Pandangan  Muhammad  Baqir  Ash-Shadr Terhadap  Pelbagai  Aliran  Filsafat  Dunia,  terj.  M.  Nur  Mufid  bin  Ali,  Cetakan  V  Bandung:
Mizan, 1995, hlm. 270-272. Keterangan berkaitan dengan teori gerak potensialitas dan aktualitas dapat dilihat pada buku yang sama pada halaman 155-163.
ilusi.  Gagasan  penciptaan  dunia  dan  pengada-pengada  hanya mempunyai arti jika dunia ada secara nyata, dengan suatu eksistensi yang
khas  baginya.  Penciptaan  berarti  alam  semesta  secara fisik  bukan  “ada”
mutlak,  dan  tidak  mencukupi  untuk  dirinya  sendiri.  Dengan  demikian, alam semesta  secara  fisik didedivisasi  dan  di  deklarasi.  Alam  semesta itu
ada,  tetapi  ia  bukan “ada”  yang  mutlak.  Ia  bersifat  kontingen  dan
tergantung  pada  Dia,  satu-satunya  yang  dapat  memberikan  keadaan.  Ia tergantung pada Ada yang mutlak, yaitu Allah.
Tuhan  dalam  memberikan  keadaan  kepada  alam  semesta  tidak berpangkal  dari  suatu  khaos  materi  dan  alam  semesta  bukan  bagian  Dzat
Ilahi.  Semua  pengada  yang  ada  dalam  alam  semesta  selalu  mempunyai awal.  Sebab  jika  pengada-pengada  itu  merupakan  bagian  Dzat  Ilahi,
pengada-pengada itu tentu tidak diciptakan, karena mereka adalah keahlian itu  sendiri  dalam  keadaan  tercerai-berai,  terpotong-potong,  atau  terasing.
Penciptaan  dunia  dan  pengada-pengada  yang  mendiami  dunia  tidak membawa perubahan dalam diri Tuhan, tidak mengubah Tuhan. Pengada-
pengada  sebagai  isi  dunia  diadakan  berdasarkan  anugerah  kebaikan  hati Tuhan.  Alam  semesta  bukanlah  hasil  dari  suatu  keharusan  dalam  diri
Tuhan,  bukan  pula  akibat  dari  tragedi  yang  terjadi  secara  berturut-turut dalam diri Tuhan. Teisme kreasionisme sama sekali tidak mengenal mitos-
mitos teogini, sistem-sistem  gnostik  dan spekulasi-spekulasi teofis.  Karya Tuhan adalah karya kemurahan hati-Nya dan karya kasih-Nya.
Paham  kreasionis  mewariskan  kepada  pemikiran  manusia  ialah keunggulan  radikal  eksistensi  fisik,  kosmik,  inderawi,  badani,  atau  suatu
optimism  mendasar.  Ajaran  teis-kreasionis  mengajarkan  bahwa  alam semesta  bukan  bagian  Dzat  Ilahi  dan  bahwa  alam  semesta  tidak  kekal,
ajaran  teis  kreasionis  telah  mendesakralisasi  dan  mend-dedivinisasi  alam semesta  samasekali.  Ajaran  ini  merupakan    suatu  hal  yang  baru,  sebab
bangsa-bangsa  Timur  purba  dan  orang-orang  Yunani  justru  mengakui keilahian alam semesta.
Teisme  kreasionis  yang  muncul  dari  tradisi  Yudeo-Kristiani sebagai  pendahulu  rasionalitas  modern,  ilmu-ilmu  yang  berasarkan
percobaan,  dan  teknik.  Teisme  kreasionis  terluput  juga  dari  mitos pengulangan  abadi  dalam  suatu  alam  semesta  abadi  dan  siklis.  Teisme
kreasionis  justru  mengakui  bahwa  alam  semesta  mempunyai  awal,  dan menegakkan suatu pandangan sejarah kosmik  yang bersifat tanpa ulangan
dan  terarah  kepada  suatu  titik  akhir  yang  akan  merupakan  pemenuhan akhirnya.  Mistik  yang  muncul  dari  tradisi  Yudeo-Kristiani  merupakan
sesuatu  yang baru, jika  dibandingkan dengan keadaan pemikiran manusia saat  itu  di  Timur  zaman  purba.  Mistik  yang  khas  bagi  teisme  kreasionis
adalah berpangkal dan bertujuan dalam persatuan antara pengada-pengada tercipta  dengan  Dia  yang  merupakan  penciptanya;  persatuan  itu  tidak
mengakibatkan  lenyapnya  pribadi-pribadi  melainkan  justru  mengukuhkan mereka  untuk  selama-lamanya  dengan  tetap  memiliki  perbedaan  dan
keaslian mereka masing-masing.
Kasih  antara  pengada-pengada  hanyalah  mungkin  jika  pengada- pengada  itu  benar-benar  berbeda  dengan  yang  lain  dan  masing-masing
pengada itu unik kepribadiannya. Metafisika kasih hanyalah mungkin jika didasarkan pada metafisika pencipta, yang mengakui kenyataan eksistensi
pengada-pengada  yang  beranekaragam  itu  dan  yang  memandang kejamakan  itu  bukannya  sebagai  suatu  kekurangan  atau  suatu  hal  yang
negatif  melainkan  justru  sebagai  suatu  sifat  yang  positif  dan  dikehendaki oleh Tuhan. Teisme kreasionis mempunyai titik pandang eksistensi badani,
unik, individual merupakan suatu penciptaan  yang positif, bukanlah suatu kemalangan,  ilusi  ataupun  kemerosotan  dalam  tradisi  falsafi  India.  Etika
teismekreasionisme  didasarkan  pada  suatu  ontologi  kepribadian,  suatu teori umum tentang “ada”, tentang yang satu dan yang beranekaragam.
29
Teori  kreasionisme  diatas  bertolakbelakang  dengan  pandangan teori  evolusi  yang  digagas  oleh  Lamarck  dan  C.  Darwin.  Lamarck  telah
menunjukkan  ketidakberubahan  relatif,  spesies,  yang  tetap  hanya  secara temporer.  Jika  kondisi  kehidupan  itu  berubah,  maka  spesies-spesies  itu
berubah, ukuran, bentuk, proporsi pada berbagai bagian, warna, kekuatan, kegesitan  dan  ketekunannya.  Perubahan-perubahan  yang  terjadi  didalam
lingkungan  telah  memodifikasi  kebutuhan-kebutuhan  atau  menciptakan kebutuhan-kebutuhan  baru.  Kebiasaan-kebiasaan  baru  itu  akan  membuat
mereka  lebih  mengutamakan  organ-organ  tertentu  dan  mengabaikan organ-organ  yang  lain.  Jika  sebuah  organ  dibiarkan  tidak  berguna,  maka
29
Louis  Leahy  SJ,  Filsafat  Ketuhanan  Kontemporer,  Yogyakarta:  Kanisius  dan  BPK Gunung Mulia, hlm. 203-207.
organ  tersebut  akan  mengerut,  yang  mungkin  pada  akhirnya  akan menghilang.
Menurut pengamatannya,
gigi hewan-hewan
yang tidak
mengunyah  makanan,  cenderung  berhenti  tumbuh  atau  tidak  muncul samasekali. Contohnya adalah tikus mondok, yang matanya kecil sehingga
tikus  tersebut  sering  tidak  dapat  melihat  semasekali.  Suatu  organ  jika digunakannya  secara  terus-menerus  akan  membuat  organ  tersebut  terus
berkembang.  Telaah  atas  variasi-variasi  ini  mendorong  Lamarck  untuk menyimpulkan bahwa ketika perubahan terjadi, suatu perubahan itu adalah
perubahan  untuk  menjadi  organ  yang  lebih  kompleks  secara  intensif  dan variasi-varasi  ini  diturunkan  kepada  anaknya.  Pendapat  yang  sama  juga
dikemukakan  oleh  C.  Darwin.  Darwin  menamai  teorinya  dengan  seleksi alam.  Seperti  dalam  kutipan
“...Terlestarinya  variasi-variasi  yang menguntungkan  dan  tertolaknya  variasi-variasi  yang  tak  menguntungkan,
saya  namakan  Seleksi  Alam.”  Darwin  bermaksud  mengemukaan  sebuah teori  mengenai  asal-usul  spesies  melalui  sarana  seleksi  alam  atau
bertahannya ras-ras
yang beruntung
dalam perjuangan
untuk mempertahankan kehidupan.
Darwin mencatat bahwa terdapat banyak ragam ciri khas yang ada pada individu-individu yang termasuk dalam suatu spesies tertentu, alasan
ini sangat  mirip dengan  alasan  yang dikemukakan oleh  Lamarck. Darwin menyatakan  bahwa  sel-sel  reproduktif  juga  termodifikasi  yang  memiliki
sifat-sifat baru itu turun-temurun kepada anaknya. Darwin selangkah lebih
maju dari  Lamarck, keuntungan-keuntungan  yang didapat dari modifkasi- modifikasi  tententu    yang  dikekalkan  oleh  alam,  melalui  seleksi,  dengan
cara  mengalahkan  yang  lemah  diantara  mereka  yang  mampu  bertahan hidup.  Seleksi alam tersebut juga terjadi seleksi seksual, jenis perempuan
memilih jenis laki-laki yang paling kuat. Darwin berusaha menemukan mekanisme yang melalui mekanisme
tersebut  satu  spesies  dapat  berubah  menjadi  spesies  lainnya,  dia  tidak melihat  asal-usul  jenis-jenis  dasar  organisasi.  Dia  tidak  hanya  menolak
masalah-masalah umum
yang menyangkut
kesatuan rencana
organisasional,  tetapi  dia juga benar-benar tidak mempercayai  hal-hal  itu. Dia  mengucapkan  kata-kata
,  “Sanggatlah  mudah  menyembunyikan kebodohan  kita  di  balik  ungkapan-ungk
apan seperti rencana penciptaan‟, kesatuan  penciptaan  dan  sebagainya.
”  Ungkapan  rencana  penciptaan‟ benar-benar  mendorong  suatu  penafsiran  tendensius  yang  tidak  dapat
diterima. Pemikiran Darwin mengenai seleki alam menjelaskan segalanya, oleh  karena  itu  dia  memandang  bahwa  seekor  hewan  itu  adalah  suatu
spesies. Karya  Darwin  memuat  dua  aspek  yang  berbeda,  yaitu  pertama
aspek  ilmiah,  data  yang  digunakannya  secara  kuantitas  sangat mengesankan, namun ketika semuanya dilaksanakan dan diterapkan, aspek
ilmiahnya sangatlah lemah, tetapi nilai pengamatan-pengamatannya sangat
menarik  jika  dilihat  dari  sudut  pandang  berbagai  jenis  spesies.  Kedua, bersifat filosofis, persoalan ini diungkap dan dijelaskan secara jelas.
30
Al-Farabi  dan  Ibnu  Sina  melontarkan  teori  pancaran  atau  emanasi dalam  proses  penciptaan  alam.  Proses  penciptaan  atau  pemberian
eksistensi  dan  inteleksi  adalah  sama.  Inteleksi  dan  kontemplasi  inilah realitas  dan  tatanan  yang  lebih  tinggi  memunculkan  yang  lebih  rendah.
Wujud Niscaya ini bertafakkur berfikir tentang Tuhan tentang Dzat-Nya yang  merupakan  prinsip  dari  peraturan  dan  kebaikan  dalam  alam
memunculkan  akal  pertama,  atau  Ibnu  Sina  menyebut  first  intellect  dan disamakan dengan Malaikat Tertinggi. Akal ini kemudian berfikir tentang
Wujud  Niscaya  sebagai  yang  niscaya,  esensinya  akal  pertama  sendiri sebagai  niscaya  yang  tergantung  kepada  Wujud  Niscaya  serta  berfikir
tentang  esensinya  sendiri  sebagai  mumkinul  wujud.  Jadi  ia  memiliki  tiga dimensi  pengetahuan  tersebut  yang  berkontemplasi  secara  sistematis
melahirkan Akal Kedua yaitu jiwa dan tubuh langit pertama.
31
Akal  Kedua  yang  dihasilkan  dengan  proses  inteleksi  dan kontemplasi yang serupa akan menghasilkan Akal Ketiga,yaitu Wujud ke-
IV dan bintang-bintang. Dari proses inteleksi dan kontemplasi yang sama Akal  Ketiga  akan  dapat  menghasilkan  Akal  Keempat,  yaitu  planet
Saturnus  Zuhal,  dan  jiwanya  Wujudnya.  Dengan  proses  inteleksi  dan kontemplasi  yang  sama,  Akal  Keempat  menurunkan  Akal  Kelima  yang
30
Maurice  Bucaille,  Asal-Usul  Manusia:  Menurut  Bibel,  al-Qur`an  dan  Sains,  terj. Rahmani  Astuti,  cetakan  IX,  Bandung:  Mizan,  1996,  hlm.  42-43  dan  45-54  lihat  juga  John
Gribbin, Bengkel Ilmu Fisika Modern, terj. Dimas H, Jakarta:  Erlangga, 2005, hlm. 183.
31
Seyyed  Hossein  Nars,  Tiga  Mazhab  Utama  Filsafat  Islam,  terj.  Ach.  Maimun Syamsuddin Yogyakarta: IRCiSod, 2006, hlm. 60.
mempunyai  anggota  planet  Yupiter  al-Masytara  dan  jiwanya Wujudnya. Proses inteleksi dan kontemplasi yang sama dari Akal Kelima
keluarlah  Akal  Keenam  yang  berisi  planet  Mars,  beserta  jiwanya Wujudnya.  Proses  inteleksi  dan  kontemplasi  yang  sama  dari  Akal
Keenam  turunlah  Akal  Ketujuh  yang  berisi  Matahari  as-Syams,  beserta jiwanya  Wujudnya.  Proses  inteleksi  dan  kontemplasi  yang  sama  dari
Akal  Ketujuh  turunlah  Akal  Kedelapan  yang  berisi  planet  Venus  az- Zuharah,  beserta  jiwanya  Wujudnya.  Proses  inteleksi  dan  kontemplasi
yang  sama  dari  akal  kedelapan  jatuhlah  akal  kesembilan  yang  didiami planet  Mercurius
U‟tarid,  beserta  jiwanya.  Proses  inteleksi  dan kontemplasi  yang  sama  dari  Akal  Kesembilan,  keluarlah  Akal  Kesepuluh
yang  terdiri  dari  bulan  Qomar  dan  jiwanya  Wujudnya,  sering  disebut akal  kesepuluh  ini  dengan  sebutan  al-
aqlul fa‟al akal yang aktif bekerja atau  active  intelec  Jibril  atau  Al-Wahib  Ash-Shuwar.
32
Dari  sini  semesta „substansi‟ tidak lagi memiliki kemurnian untuk melakukan turunan atau
melahirkan langit yang lain. Akal kesepuluh dalam dunia alamiah sebagai dunia yang mengitari
kehidupan  manusia  memiliki  berbagai  fungsi  dasar.  Ia  tidak  hanya memberikan eksistensi kepada dunia ini tetapi juga akan terus memberikan
bentuk  yang  dalam  dengan  materi  yang  melahirkan  makhluk  yang  ada  di wilayah  ini.  Ketika  semua  makhluk  lahir,  Akal  Kesepuluh  berperan
memberikan  bentuk  untuk  memungkinkan  adanya  eksistensi  dan  ketika
32
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam..., hlm. 27-28.
makhluk  tersebut  binasa,  Akal  Kesepuluh  akan  menarik  kembali  sebuah bentuk tersebut dari diri yang lain. Akal Kesepuluh juga berfungsi sebagai
pemberi  cahaya  kepada  pikiran  manusia.  Manusia  mengabtraksikan bentuk-bentuk yang manusia dapatkan dari berbagai indera yang kemudian
bentuk-bentuk  tersebut  bercampur  dengan  materi  yang  sudah  ada  di pikiran manusia dan bentuk yang sudah bercampur tersebut akan diangkat
ke tataran universal melalui pancaran cahaya dari cahaya iluminasi yang di terima dari Akal Kesepuluh. Sehingga, semua bentuk dan alam raya berada
dalam  „pikiran  kemalaikatan‟,  kemudian  turun  kembali  kedunia  materi untuk  menjadi  bentuk  material  dan  dipartikularisasikan  hanya  untuk
dimunculkan  kembali  dalam  pikiran  manusia  melalui  illuminasi  malaikat menuju tingkat bentuk yang universal kembali. Pikiran yang berupa bentuk
alam  raya  yang  ada  dipikiran  manusia  mengalami  dua  proses,  sehingga Akal  Kesepuluh  tidak  hanya  alat  mencipta  tetapi  juga  alat  illuminasi  dan
penyampai  wahyu  kepada  para  nabi  dan  kepada  para  wali  dan  kaum gnostik dalam artian yang lebih khusus.
33
Ali  Syari‟ati  dalam  memahami  konsep  informasi  penciptaan manusia  yang  ada  dalam  al-Qur`an  dan  dalam  shuhuf  Ibrahim
dipahaminya  dengan  simbolik,  suatu  makna  yang  dapat  diungkapkan  dan dimaknai dengan simbol-simbol dan imajinasi. Informasi penciptaan Nabi
Adam As sebagai manusia pertama dalam pemahaman Ali Syari‟ati juga
33
Seyyed Hossein Nars, Tiga Mazhab Utama Filsafat Islam..., hlm. 60-61.
memiliki makna simbolik,
34
sampai sekarang kisahnya tetap memiliki nilai value  yang  tinggi,  jika  kisah  Adam  ini  dalam  al-Qur`an  dirinci  secara
rigid,  tidak  menutup  kemungkinan  kisah  ini  akan  termakan  oleh  sejarah. Kisah penciptaan Adam secara lengkap dimulai dari pemberitahuan Tuhan
kepada  malaikat  bahwa  Dia  ingin  menciptakan  wakil-Nya  di  atas  bumi. Tuhan  Yang  Maha  Kuasa,  menyatakan  kepada  malaikat  akan  menunjuk
manusia sebagai khilafah-Nya, wakil-Nya di bumi. Tuhan menganugerahkan status spiritual tertinggi bagi manusia dan
mempercayakan misi suci dialam raya ini. Misi suci ini membuat malaikat bertanya:  Apakah  Tuhan  akan  menciptakan  makhluk  yang  akan
menumpahkan  darah,  berbuat  kejahatan,  menyebar  kebencian  dan  balas dendam?  Tuhan  menjawab,  bahwa  Ia  lebih  mengetahui  apa-apa  yang
mereka  tidak  ketahui.  Kemudian,  Tuhan  memulai  menciptakan  manusia, wakil-Nya dari tanah, dari bentuk paling rendah dari tanah-tanah liat hitam
atau  lempung  yang  berbau.  Substansi  atau  bahan  pertama  disebutkan seperti  tanah  tembikar.  Berkaitan  dengan  bahan  ini,  al-
Qur‟an  menunjuk pada
“air  yang  hina”  atau  “tanah  yang  membusuk”  dan  “tanah  yang sederhana
”. Allah memulai menciptakan seorang khalifah  atau wakil-Nya dari  tanah  liat  kering.  Dan  kemudian  Ia  tiupkan  sebagian  dari  roh-Nya
34
Akhmad  Azmir  Zahara,  Manusia  d alam Pemikiran Ali Syari‟ati, Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin,  Studi  Agama  dan  Pemikiran  Islam  Universitas  Islam  Negeri  Sunan  Kalijaga Yogyakarta,  2011,  hlm.  43-44.  Muhammad  Iqbal  menjelaskan  bahwa  Adam  merupakan  sebuah
konsep  daripada  sebuah  nama  seorang  manusia  pertama.  Ayat-ayat  didalam  al- Qur‟an  yang
berkaitan  dengan  proses  penciptaan  manusia  menggunaka n  kata  “Bashar‟  atau  „Insan‟  bukan
„Adam‟  yang  menunjukkan  kedudukan  manusia  sebagai  wakil  Tuhan  dibumi.  Selebihnya  lihat, Muhammad  Iqbal,  Rekonstruksi  Pemikiran  Agama  dalam  Islam:  Dilengkapi  dengan  Puisi-Puisi
Asrar-I-Khudi..., hlm.146-147.
sendiri pada acuan tanah liat itu dan kemudian lahirlah manusia. Manusia tersebut  lahir  dari  dua  hakikat  yang  berbeda,  yaitu  tanah  bumi  dan  roh
suci.  Tanah  dalam  bahasa  manusia  adalah  simbol  kerendahan,  kenistaan, dan  kekotoran.  Tuhan  dalam  bahasa  manusia  adalah  Maha  Suci,  Maha
Sempurna.  Manusia  yang  telah  diciptakan  menjadi  dua  dimensional dengan  dua  arah  dan  dua  kecenderungan,  yang  satu  membawanya  ke
bawah  kepada  stagnasi  sedimenter,  kearah  hakikat  yang  paling  rendah, seluruh dorongan dan gerak khidupannya akan membeku, terbenam kearah
rawa-rawa  yang  berhahikat  hina.  Akan  tetapi  dimensi  manusia  yang  lain, dimensi  spritualnya,  cenderung  naik  kepuncak  yang  lebih  tinggi,  yaitu
Dzat  Yang  Maha  Suci.  Pada  hahikatnya  kedua  kutub  ini  memungkinkan memiliki  kebebasan  memilih  diantara  kedua  pilihan  dengan  kekuatan
potensial  yang  mengubah  dan  kekuatan  yang  menarik.  Perjuangan  dan peperangan  kedua  kutub  ini  memaksa  manusia  untuk  memilih  satu  kutub
tersebut untuk menentukan nasibnya. Kemudian, Tuhan mengajarkan pada manusia berbagai nama-nama tumbuhan atau hewan. Berbagai tafsir telah
muncul, tetapi semua sepakat bahwa hal ini menunjukkan ada pengajaran atau  pendidikan  dalam  alam  penciptaan  diatas.  Manusia  sebagai  pemberi
nama-nama  pada  dunianya,  menyebutkan  segala  sesuatu  dengan  tepat. Tuhan menjadi guru yang pertama dan pendidikan manusia yang pertama.
Jadi,  pendidikan  yang  pertama  kepada  manusia  adalah  dengan  cara menyebutkan nama benda-benda.
Penciptaan wanita dari  tulang rusuk pria sebagaimana terjemahan dari  bahasa  Arab  dan  bahasa  Persi.  Kata
“rusuk”  merupakan  terjemahan yang  tidak  tepat  dalam  kedua  bahasa  tersebut.  Kedua  bahasa  ini
menerjemahkan  kata “rusuk”  tidak  diterjemahan  literer,  akan  tetapi
bermakna  hakikat  atau  esensi.  Oleh  karena  itu,  wanita  di  ciptakan  dari esensi yang sama dengan pria.
Hal  lain  yang  menarik  adalah  hanya  manusia  sajalah  diantara seluruh  makhluk-Nya  yang  mampu  menjadi  pemegang  dan  pengembang
amanah Tuhan. Hanya manusia yang memiliki keyakinan dan kemampuan untuk  menjadi  pengemban  amanah  Tuhan,  penjaga  karuni-Nya  yang
paling  berharga.  Dengan  demikian  manusia  tidak  hanya  sebagai  khalifah tetapi  juga  sebagai  pemegang  amanah-Nya.  Hal  lain  yang  menandai
superioritas  manusia  adalah  kekuatan,  kemauannya  atau  kekuatan iradahnya,  yaitu  satu-satunya  makhluk  yang  dapat  bertindak  melawan
dorongan  instingnya.  Manusia  yang  hanya  melawan  dirinya  sebndiri, menentang  hakikatnya  dan  memberontak  terhadap  kebutuhan  fisik  dan
spritualnya. Ali  Syari‟ati  berpendapat  bahwa  konsep  penciptaan  keturunan
Adam atau penciptaan manusia secara umum diciptakan dari air yang hina, air  mani,  dari  bahan  yang  hina  itu  diciptakannya  makhluk  yang  terbaik,
manusia.  Ali Syari‟ati  menyitir  ayat  al-Qur‟an  yaitu  “Dialah  yang
menyempurnakan  segala  sesuatu  yang  diciptakan-Nya  dan  Ia  telah memulai pembuatan manusia dari tanah;  kemudian  Ia  jadikan turunannya
manusia itu dari air mani; kemudian ia sempurnakan kejadiannya dan Ia tiupkan padanya sebagian dari spiritnya.....al-
Qur‟an surat as-Sajadah32 ayat 7.
35
2. Cara Manusia Memahami Dirinya Sendiri