BAB II FILSAFAT MANUSIA
A. Pengertian Filsafat Manusia
Studi tentang manusia sampai dua abad yang lalu disebut de anima. Studi ini bersifat empiris dan metafisik. Menurut Muji Sutrisno, Ch. Wolff
1679-1754 telah memisah istilah diatas menjadi dua buah studi baru yaitu psikologi empirik dan psikologi rasional.
1
Tahun 1798 dalam bukunya Antropologie in Pragmatischer Hinsicht, Immanuel Kant mengganti istilah
tersebut dengan kata antropologi yang juga membatasi kata tersebut sebagai suatu ajaran tentang pengertian manusia yang disusun secara sistematik.
Dewasa ini ketika terdapat istilah antropologi secara luas telah menunjukkan tiga disiplin ilmu yang berbeda, yaitu pertama, antropologi ragawi yang
membahas manusia dilihat dari aspek asal-usul fisiknya, kedua antropologi budaya yang membatasi diri pada aspek asal-usul historis kebudayaannya,
ketiga, antropologi filsafat yaitu sebuah kajian yang mengkaji tentang asal- usul fundamentalnya.
2
Sehingga antropologi filsafat dapat juga disebut sebagai filsafat manusia dalam kajian ini.
Filsafat manusia adalah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan sistem filsafat yang secara khusus menyoroti tentang hakikat atau esensi
1
Manusia dalam kesimpulan psikologi d isebut „binatang yang berfikir‟, belakangan
kesimpulan ini mendapat berbagai pertimbangan untuk ditinjau kembali. Diantaranya Ernest Sosa and David Galloway,
“Man The Rational Animal?”, dalam Synthese,June, 2000, hlm. 165-166.
2
Selebihnya lihat FX. Mudji Sutrisno Ed.. Manusia dalam Pijar-Pijar Kekayaan Dimensinya..., hlm. 18.
manusia yang paling dalam.
3
Ada definisi yang lain yang dapat dirumuskan sebagai suatu refleksi atas pengetahuan dan pengalaman yang dilaksanakan
dengan rasional, kritis-ilmiah dengan tujuan memahami diri manusia dari segi yang paling dasar.
4
Berpijak dari uraian sebelumnya, filsafat manusia dapat diuraikan sebagai suatu kajian yang paling fundamental tentang pengetahuan
dan pengalaman segala dimensi manusia yang dilaksanakan dengan rasional, metodologis-sistematis dengan filosofis-reflektif dengan tujuan memahami
manusia sedalam-dalamnya.
B. Ontologi Filsafat Manusia