Rausyan-Fikr model Ali Syari`ati

dalam dunia sufistik, kecuali beberapa hamba seperti Nabi Musa yang dapat berdialog dengan Tuhan Allah Swt. Selain itu, dalam kajian pemikiran Muhammadiyah hal ini merupakan hal yang mustahil, karena di dalam diri Muhammadiyah tidak ada praktek-praktek sufi seperti diatas. Kedua, taraqi. Konsep ini merupakan cara menuju Tuhan yang berlawanan dengan tanazul. Konsep taraqi ini merupakan cara atau perjalanan mi`roj atau naiknya suatu insan untuk menatap Tuhan. 50

4. Model Manusia

a. Rausyan-Fikr model Ali Syari`ati

Ali Syari‟ati membedakan antara manusia sebagai basyar dan sebagai insan. Basyar adalah makhluk yang sekedar berada being. Insan adalah manusia yang memiliki karakteristik khusus yang berlainan dengan yang lain sesuai dengan tingkatan realitas dan esensinya. Manusia jenis ini bergerak kearah taraf-taraf yang lebih tinggi dalam proses menjadi insan. Jelasnya, insan adalah manusia yang berproses bergerak maju becoming kearah kesempurnaan. Hanya manusia saja yang “menjadi” maju, bukan fenomena lainnya dialam ini. Misanya, semut dan serangga tidak pernah dapat melampui keadaannya atau eksistensinya; ia menggali lubang dengan cara yang sama sebagaimana ia melakukannya 15 juta tahun yang lalu diafrika. 50 Shayk Ibrahim Gazur Illahi, Mengungkap Misteri Sufi Besar Al-Hallaj: Ana Al-Haqq, terj. Hr. Bandaharo dan Joebaar Ibrahim Ajoeb, Jakarta: Cv. Rajawali, 1986, hlm. 37-38. Keadaan ini tidak usah dipandang dimana, bagaimana sudah begitu pasti dan tidak berubah. 51 „Proses menjadi„ sebagai tujuan dari manusia yang digagasnya akan bermuara kepada adanya manusia rausyan fikr. Kata raushan fikr merupakan bahasa Persia yang bermakna ganda yang berasal dari bahasa Arab munawwar al-fikr. Kata ini boleh disamakan dengan kata “intelektual”, tetapi terkadang Ali Syari`ati memberikan dua, makna „intelektual‟ atau „nabi sosial‟. Sehingga kata ini dapat dimaknai „intelektual‟ dan „orang yang tercerahkan‟, karena akan tergantung kepada konteksnya. 52 Kata ini mempunyai arti orang yang sadar akan keadaan kemanusiaan dimasanya, serta setting kesejarahan dan kemasyarakatannya. Keadaan ini dengan sendirinya akan memberinya rasa tanggung jawab sosial, menumbuhkan rasa tanggungjawab, kesadaran dan memberikan arah intelektual dan sosial kepada masyarakat. Peran dan tanggungjawab orang-orang masa kini yang tercerahkan didunia ini sama dengan tanggungjawab dan peranan para nabi dan para pendiri agama-agama besar yang mendorong terwujudnya perubahan-perubahan struktural yang mendasar di masa lampau. Mendorong gerakan-gerakan besar yang revolusioner, yang mendobrak tetapi konstruktif, yang akan mengubah masyarakat-masyarakat yang 51 Ali Syari‟ati, Tugas Cendikiawan Muslim, terj. M. Amien Rais..., hlm. 51-52. 52 Selebihnya, l ihat catatan kaki dalam Ali Syari‟ati, Membangun Masa Depan Islam: Pesan Untuk Intelektual Muslim, Cet. V, terj. Rahmani Astuti, Bandung: Mizan, 1995, hlm. 24. beku, statis dan mandek menjadi masyarakat yang memiliki arah, gaya hidup, pandangan, budaya dan nasib mereka sendiri. Orang-orang ini tidak termasuk golongan para nabi dan juga bukan bagian dari rakyat jelata yang tidak berkesadaran dan mandek. Mereka adalah individu- individu yang sadar dan bertangungjawab membangkitkan karunia Tuhan yang mulia, yaitu kesadaran diri dari rakyat jelata yang mampu mengubah rakyat yang statis dan bobrok menjadi kekuatan yang dinamis dan kreatif. Secara ideal sang pencerah yang memberi pencerahan adalah hanya Nabi Muhammad saw. Orang-orang yang tercerahkan bukan orang yang pernah pergi ke Eropa, Amerika, Mesir, mempelajari aliran pemikiran tertentu, lulus sebuah kursus tertentu, atau memperoleh gelar kesarjanaan yang tertinggi. Jika hal ini terjadi ketercerahkan bukan merupakan hasil pendidikan universitas, namun sebelum ia mendapatkan pendidikan universitas. Secara nyata tidak ada contoh manusia tercerahkan secara universal pada zaman ini. Ada orang dari berbagai jenis yang termasuk orang yang tercerahkan. 53 Manusia model ini tidak serta merta ada dengan sendirinya, akan tetapi sebagaimana maqam-maqam dalam ilmu tasawuf harus menyingkirkan, menjauhi atau melepaskan dari penjara-penjara humanisme, cobaaan, 53 Konsep teori tentang Rausyan-fikr secara luas dapat dilihat dalam Ali Syari`ati, Membangun Masa Depan Islam..., hlm. 1-52. atau godaan, yaitu alam biologisme, sejarah historisisme, masyarakat sosiologisme, dan dirimu sendiri ego. 54 Manusia ideal menurut Ali Syari ‟ati adalah manusia theomorphis yang dalam dirinya terdapat ruh Allah yang telah dimenangkan dengan iblis, lempung dan lumpur endapan. Manusia tersebut telah bebas dari dua infinita, bergerak maju menuju sasaran dan kesempurnaan mutlak, sebuah evolusi yang abadi dan tidak terhingga, bukan sebagai acuan manusia yang seragam. Manusia tersebut hidup dan bergerak ditengah-tengah alam, sang manusia ideal lebih memahami Allah, dia mencari serta memperjuangkan umat manusia dengan demikian dia dapat menemui Allah. Dia tidak meninggalkan alam dan tidak mengabaikan umat manusia. 55

b. Monodualis Model Notonagoro