hal ini bank pula harus memperhatikan fluktuasi pendapatan tersebut terkait dengan manajemen likuiditas dan perhitungan kolektibilitas.
Ketiga, pada sisi kolektibilitas, pembiayaan menggunakan akad musyarakah dan mudharabah memiliki sistem kolektibilitas yang berbeda
dengan akad lainnya. Pada pembiayaan musyarakah perhitungan kolektibilitas dihitung secara kumulatif sesuai periode jadwal angsuran,
hal ini sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1313PBI2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva bagi BUS dan UUS Pasal 12 Ayat 2.
Bank harus teliti dalam perhitungan sistem kolektibilitas, jika tidak maka bank akan mendapat denda dari BI atau protes dari nasabah karena hal
tersebut berkaitan dengan posisi nasabah di BI checking.
C. Analisis Risiko Pembiayaan Musyarakah
Risiko Kredit Pembiayaan merupakan risiko yang timbul akibat kegagalan counterparty atau debitur dalam memenuhi kewajibannya saat
jatuh tempo. Untuk menganalisis risiko kredit pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia, berikut ini adalah grafik yang menunjukan tingkat
risiko pembiayaan menggunakan rasio Non Performing Financing NPF, yakni NPF Gross dan NPF Net pembiayaan musyarakah Bank Muamalat
Indonesia periode 2011-2014
Grafik 4. 2 Non Performing Financing NPF Pembiayaan Musyarakah
Bank Muamalat Indonesia Periode 2011-2014
Sumber: Annual Report Bank Muamalat Indonesia Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa NPF Gross dan NPF Net
mengalami penurunan pada tahun 2012 dan meningkat berturut-turut pada tahun 2013 dan 2014. NPF Gross pembiayaan musyarakah meningkat
secara drastis pada tahun 2013 menjadi 7,07 dan 7,12 pada 2014. Meskipun demikian, NPF Net Bank Muamalat yang menunjukkan kualitas
pembiayaan macet masih berada dibawah batas maksimum 5 yakni dengan persentase 2,27 pada 2013 dan 4,87 pada 2014. Pada tahun
2013 dan 2014, NPF Gross dan NPF Net memiliki selisih yang cukup besar, khususnya pada 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas
pembiayaan musyarakah Bank Muamalat pada golongan kurang lancar,
4.55
2.26 7.07
7.12
3.62
1.97 2.27
4.87
1 2
3 4
5 6
7 8
2011 2012
2013 2014
P er
sen tase
NPF Gross NPF Net
diragukan, dan macet memiliki kualitas pembiayaan yang kurang sehat dan tingkat risiko pembiayaan yang tinggi. Berikut grafik kualitas pembiayaan
yang menggambarkan rincian kualitas pembiayaan musyarakah Bank Muamalat periode 2011-2014 yang akan mempermudah pemahaman kita.
Grafik 4. 3 Kualitas Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Periode 2011-2014
Dari grafik diatas terlihat bahwa kualitas pembiayaan semua golongan memiliki persentasi yang fluktuatif. Golongan lancar memiliki persentase
terbesar, yang kemudian diikuti dengan golongan dalam perhatian khusus DPK dengan persentase 10,69 pada 2011, 5,5 pada 2012, 5,89 pada
2013, dan 18 pada 2014. Pada tahun 2014, pembiayaan dengan golongan lancar menurun cukup drastis menjadi 76,95 dan masing-masing kualitas
pembiayaan bermasalah lainnya meningkat. Dengan demikian, dapat
85.61 92.51
91.70 76.95
10.69 5.50
5.89 18.00
3.21 0.12
2.14 1.11
0.17 0.09
0.04 0.99
0.31 1.78
0.24 2.95
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2011 2012
2013 2014
P er
sen tase
Lancar DPK
Kurang Lancar Diragukan
Macet
dikatakan bahwa pengelolaan pembiayaan musyarakah Bank Muamalat masih kurang baik dan diperlukan strategi yang lebih baik untuk mengatasi
pembiayaan, baik pembiayaan yang mulai bermasalah maupun sedang bermasalah agar tidak berpotensi menjadi pembiayaan macet.
Faktor utama yang mempengaruhi tingginya tingkat risiko pembiayaan pada Bank Muamalat berasal dari faktor internal dan eksternal, antara lain :
a. Faktor Internal, disebabkan oleh kurangnya monitoring reguler yang
dilakukan pihak bank terhadap usaha nasabah yang telah dibiayai dan kualitas pembiayaan yang telah disalurkan
b. Faktor eksternal
1 Anggapan nasabah pembiayaan bagi hasil berarti juga bagi rugi
yang menyebabkan nasabah tidak memaksimalkan usahanya untuk memperoleh keuntungan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
penyimpangan moral hazard berupa kelalaian dalam mengelola usaha nasabah. Manajemen pengelolaan usaha yang kurang baik
menyebabkan usaha tidak berjalan seperti yang diharapkan dan menurunnya pendapatan usaha, sehingga nasabah akan sulit
memenuhi kewajiban pembiayaannya kepada bank. 2
Business Risk, yang berasal dari gagalnya usaha nasabah. Gagalnya usaha nasabah dapat dipengaruhi oleh market risk,
collection risk dan force majeur. Pada pembiayaan musyarakah, bank akan ikut menanggung kerugian dari modal yang
diinvestasikan jika usaha nasabah mengalami kerugian. Usaha nasabah merupakan first way out pembiayaan karena pendapatan
utama bank berasal dari pendapatan usaha yang dibiayai. Tingginya risiko pembiayaan yang dimiliki Bank Muamalat dapat
berpengaruh pada pendapatan yang akan diperoleh. Berikut grafik yang menggambarkan pendapatan musyarakah Bank Muamalat periode 2011-2014
Grafik 4. 4 Pendapatan Bagi Hasil Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Periode 2011-2014
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa pendapatan bagi hasil pembiayaan musyarakah periode 2011-2014 selalu meningkat setiap tahunnya. Perolehan
pendapatan diperoleh sebesar Rp 782,6 miliar pada 2011, Rp 1,03 triliun pada 2012, Rp 1,64 triliun pada 2013, dan Rp 2,13 pada 2014.
Dapat disimpulkan bahwa tingginya tingkat risiko pembiayaan musyarakah, NPF Gross Bank Muamalat disebabkan oleh kurangnya
782,617 1,038,094
1,648,390 2,130,879
500,000 1,000,000
1,500,000 2,000,000
2,500,000
2011 2012
2013 2014
d alam
j u
taan r
u p
iah
Pendapatan Pembiayaan Musyarakah
Pendapatan Pembiayaan Musyarakah
monitoring reguler yang dilakukan dan anggapan nasabah pembiayaan bagi hasil berarti bagi rugi yang menyebabkan nasabah tidak memaksimalkan
usahanya untuk memperoleh keuntungan, sehingga tidak terlalu berpengaruh pada pendapatan musyararakah Bank Muamalat. Hal ini menunjukkan bahwa
pembiayaan macet pada pembiayaan masih dapat dikelola dengan baik.
D. Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia