monitoring reguler yang dilakukan dan anggapan nasabah pembiayaan bagi hasil berarti bagi rugi yang menyebabkan nasabah tidak memaksimalkan
usahanya untuk memperoleh keuntungan, sehingga tidak terlalu berpengaruh pada pendapatan musyararakah Bank Muamalat. Hal ini menunjukkan bahwa
pembiayaan macet pada pembiayaan masih dapat dikelola dengan baik.
D. Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia
Risiko merupakan suatu potensi timbulnya kerugian yang dialami oleh bank atau suatu perusahaan yang tidak diharapkan terjadi sebelumnya. Bank
Syariah dalam menjalankan kegiatan usaha tidak terlepas dari risiko yang dihadapinya. Risiko kreditpembiayaan merupakan risiko yang timbul akibat
kegagalan counterparty atau debitur dalam memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo. Risiko kredit ini menjadi sumber risiko utama yang umumnya
menyebabkan gagalnya usaha bank. Beberapa penyebab risiko kredit yang muncul pada pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia diantaranya
berkaitan dengan investasi, operasional, dan kepatuhan pembiayaan. Berikut risiko-risiko yang dihadapi Bank Muamalat Indonesia, antara lain :
1. Risiko Investasi
Dalam pembiayaan Musyarakah, bank memiliki risiko investasi dimana bank akan ikut menanggung kerugian dari modal yang
diinvestasikan jika usaha nasabah mengalami kerugian atau tidak
mendapatkan keuntungan sesuai yang diproyeksikan bank. Risiko- risiko yang terjadi, antara lain :
43
a. Business Risk Risiko bisnis yang dibiayai
1. Kondisi usaha nasabah menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal : a
Market Risk. Risiko pasar merupakan risiko gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga, perubahan nilai
tukar serta hal lain yang mempengaruhi harga pasar saham, ekuitas, maupun komoditas.
44
Contoh kasus yang dihadapi Bank Muamalat adalah ketika suatu saat usaha batu bara
sedang bagus di pasaran namun pada suatu waktu tertentu usaha pada sektor batu bara terjadi penurunan permintaan
dan penurunan harga komoditas yang menyebabkan pendapatan perusahaan pun menurun dan bank pun ikut
mengalami kerugian. b
Collection risk, yaitu risiko yang terjadi ketika debitur mengalami kendala dalam melakukan penagihan piutang
usaha pada costumer. Contohnya ketika nasabah memiliki omset penjualan, namun banyak pembeli yang menunggak.
Hal ini akan membuat nasabah terhambat memperoleh
43
Wawancara Pribadi dengan Bpk. Amin Syafi’i, Commercial Financing Risk Manager, 10 April 2015, KPO Bank Muamalat Indonesia
44
Kasidi, Manajemen Risiko, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h. 66
pendapatan dan bank pun tidak dapat memperoleh pendapatan bagi hasilnya
2. Adanya pembatalanpemutusan kontrak dari pihak bowheer
pemberi pekerjaanproyek. Pembatalan proyek dapat terjadi karena perubahan regulasikebijakan pemerintah yang tidak
mendukung proyek tersebut dijalankan. Misalnya PLN membuat usaha pusat pembangkit listrik tenaga air, kemudian
tiba-tiba ketika proyek berjalan bowheer PLN membatalkan karena ada regulasi pemerintah yang tidak menggunakan itu
lagi dan terpaksa kontraknya terputus 3.
Force majeure keadaan memaksa yakni keadaan diluar kuasa para pihak yang bersangkutan seperti bencana alam, kebakaran,
dan kerusuhan. Misalnya ketika proyek sedang dijalankan terjadi musibah gempa atau kerusuhan menyebabkan proyek
tidak bisa dijalankan. b.
Character Risk Risiko karakter nasabah. Risiko karakter nasabah yang buruk sering terjadi setelah adanya dropping pencairan
pembiayaan. Dalam hal ini, nasabah melakukan penyimpangan moral hazard dari apa yang telah disepakati saat akad.
1 Nasabah tidak amanah melaporkan pendapatan usahanya.
Nasabah sebagai pengelola usaha tentunya memiliki informasi penuh mengenai usaha yang dibiayai daripada informasi yang
dimiliki bank. Demi mendapatkan profit yang lebih besar, nasabah dalam bermitra terkadang berperilaku menyimpang
dengan memberikan laporan pendapatan usaha yang tidak sesuai dengan perolehan profit nasabah sebenarnya. Hal
tersebut akan merugikan pihak bank karena mempengaruhi besar kecilnya keuntungan yang diperoleh bank. Misalnya
untung nasabah sebenarnya 50 juta, namun nasabah melaporkan untung yang didapat hanya 30 juta, dengan
demikian bank mendapatkan keuntungan lebih kecil dari yang seharusnya diperoleh.
2 Nasabah tidak melaporkan pendapatan usahanya. Hal ini
menunjukkan bahwa
nasabah tidak
melaksanakan kewajibannya sesuai kesepakatan saat akad. Pada pembiayaan
musyarakah nasabah diwajibkan untuk melaporkan realisasi pendapatannya kepada bank setiap bulan untuk menentukan
bagi hasilnya, namun nasabah terkadang lalai atau bahkan tidak memberikan laporan pendapatannya kepada bank.
Dengan demikian, bank tidak dapat menentukan bagi hasil yang diterima oleh bank atau bahkan bank akan kehilangan
proyeksi pendapatannya. 3
Kemampuan nasabah mengelola usaha. Pengelolaan internal perusahaan seperti manajemen organisasi, teknis produksi, dan
keuangan sangat berpengaruh pada pendapatan yang akan diperoleh.
Jika pengelolaan
tidak dilakukan
secara professional, maka kinerja perusahaan akan menurun dan
menyebabkan rendahnya profit yang diperoleh nasabah dan bank.
2. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, danatau adanya kejadian- kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko-
risiko yang dihadapi BMI, antara lain : a.
Pilihan buruk adverse selection dimana karyawan tidak mengetahui dengan jelas mengenai usaha dan karakter nasabah
yang menyebabkan karyawan membuat pilihan buruk dalam penyaluran
pembiayaan dan
menimbulkan pembiayaan
bermasalah. Kesalahan dalam proses pemberian pembiayaan oleh pihak bank dapat disebabkan oleh kurangnya kompetensi
karyawan mengenai usaha yang diajukan nasabah dan karyawan percaya begitu saja dengan informasi usaha yang diberikan oleh
nasabah tanpa mengecek terlebih dahulu atas kebenaran informasi tersebut.
b. Kurangnya pengawasan terhadap kinerja keuangan dan manajemen
usaha nasabah. Pengawasan pembiayaan merupakan hal yang penting setelah dropping. Jika pengawasan yang dilakukan bank
tidak maksimal, risiko penyimpangan maupun permasalahan dalam pembiayaan akan lebih besar dan menyebabkan nasabah
gagal memenuhi pembayaran. c.
Kesalahan dalam pendebetan bagi hasil. Dalam pembiayaan musyarakah, bank diharuskan melakukan pendebetan atas bagi
hasil yang menjadi hak bank karena jumlah pendapatan yang diperoleh bank jumlahnya tidak tetap yakni sesuai dengan
pendapatan yang diperoleh pada usaha nasabah. Risiko kesalahan pendebetan dapat muncul karena pendebetan dilakukan manual.
Jika risiko ini terjadi, maka pihak dari bank maupun nasabah akan dirugikan. Jumlah pendebetan yang kurang akan merugikan pihak
bank karena pendapatan bank menjadi berkurang, dan sebaliknya. 3.
Risiko Kepatuhan Risiko kepatuhan merupakan risiko yang ditimbulkan akibat tidak
mematuhi atau tidak melaksanakan aturan yang telah ditetapkan, baik peraturan internal maupupun eksternal bank. Adapun risiko yang
dihadapi berkaitan dengan kepatuhan, antara lain : a.
Terjadi kecurangan fraud antara karyawan dan nasabah sehingga pembiayaan dapat dengan mudah diproses dan dicairkan tanpa
melalui proses pembiayaan yang rumit. Dalam hal ini terlihat bahwa adanya karyawan tidak mematuhi prosedur pembiayaan
yang ditetapkan oleh bank. Hal ini akan menyebabkan risiko pembiayaan jika nasabah tersebut ternyata tidak kompeten dalam
mengelola usahanya.
E. Proses Manajemen Risiko Bank Muamalat Indonesia