menerapkan langkah-langkah yang diarahkan pada turunnnya hasil ukur yang diperoleh dari proses pengukuuran risiko.
B. Pembiayaan Musyarakah
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.
16
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat terbagi menjadi dua
yaitu pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif.
17
a. Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi. b.
Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis dipakai untuk
memenuhi kebutuhan.
16
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, h.15
17
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, h. 160-161
2. Pengertian Musyarakah
Menurut Afzalur Rahman, seorang Deputy Secretary General in The Muslim School Trust, secara bahasa al-syirkah berarti al-ihktilath
percampuran atau persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Istilah lain
dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan.
18
Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
19
Dalam Musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha
tertentu dan bekerja sama mengelola usaha tersebut. Modal yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra lainnya.
20
Rukun dari akad yang harus dipenuhi dalam musyarakah, ada beberapa, yaitu :
21
18
Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2013, Edisi 3, h. 150
19
Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, Ed.1, h. 79
20
Sri Nurhayati, loc. cit., h. 150
21
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, h. 52
a. Pelaku akad, yaitu para mitra usaha
b. Objek akad, yaitu modal mal, kerja dharabah, dan keuntungan
ribh; dan c.
Sighah, yaitu Ijab dan Qabul 3.
Jenis-jenis Musyarakah Dalam terminologi fiqih Islam, syirkah terbagi menjadi dua jenis,
yaitu : a.
Syirkah al-milk atau syirkah amlak atau syirkah kepemilikan, yaitu kepemilikan bersama dua pihak atau lebih, dari suatu properti.
22
Syirkah al-milk mengandung arti kepemilikan bersama co-ownership yang keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh
kepemilikan bersama atas suatu kekayaan aset. Misalnya dua orang atau lebih menerima warisanhibahwasiat sebidang tanah atau harta
kekayaan atau perusahaan baik yang dapat dibagi atau tidak dapat dibagi-bagi.
23
b. Syirkah al-‘aqd atau syirkah akad, yang berarti kemitraan yang terjadi
karena adanya kontrak bersama, atau usaha komersial bersama.
24
Setiap mitra dapat berkontribusi modaldana dan atau dengan bekerja, serta berbagi keuntungan dan kerugian. Syirkah jenis ini dapat
dianggap kemitraan yang sesungguhnya, karena pihak yang
22
Ibid., h. 49
23
Sri Nurhayati, op.cit., h. 151
24
Ascarya, op.cit., h. 49-50
bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk membuat suatu kerjasama investasi dan berbagi keuntungan dan risiko. Berbeda
dengan syirkah al-milk, dalam kerja sama jenis ini setiap mitra dapat bertindak setbagai wakil dari pihak lainnya. Syirkah Al-
‘Uqud dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
25
1 Syirkah Abdan
Syirkah Abdan Syirkah fisik, disebut juga syirkah ‘amal
syirkah kerja atau syirkah shanaa’i syirkah para tukang atau
syirkah taqabbul syirkah penerimaan. Syirkah abdan adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih dari kalangan
pekerjaprofessional dimana mereka sepakat untuk bekerjasama mengerjakan suatu pekerjaan dan berbagi penghasilan yang
diterima. 2
Syirkah Wujuh Syirkah Wujuh adalah kerjasama antara dua pihak dimana masing-
masing pihak sama sekali tidak menyertakan modal dan menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.
Masing-masing mitra menyumbangkan nama baik, reputasi, credit worthiness, tanpa menyetorkan modal
25
Sri Nurhayati, op. cit., h. 153-154
3 Syirkah ‘Inan
Adalah bentuk kerjasama dimana posisi dan komposisi pihak- pihak yang terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam
modal maupun pekerjaan. Setiap mitra bertindak sebagai kuasa dari kemitraan tersebut, tetapi bukan merupakan penjamin bagi
mitra usaha lainnya. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi pada para mitra sesuai kesepakatan sedangkan kerugian akan dibagi
secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal. 4
Syirkah Muwafadhah Syirkah Muwafadhah adalah bentuk kerjasama dimana posisi dan
komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan maupun resiko
kerugian. Konsekuensinya, setiap mitra sepenuhnya bertanggung jawab atas tindakan-tindakan hukum dan komitmen dari para mitra
lainnya dalam segala hal yang menyangkut kemitraan Adapun bentuk-bentuk musyarakah antara lain:
a. Musyarakah Permanen
Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap
hingga akhir masa akad
b. Musyarakah MenurunMusyarakah Mutanaqisah
Musyarakah Menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap
kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada saat akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik
penuh usaha musyarakah tersebut. 4.
Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan bagi hasil dalam bentuk musyarakah diatur dalam UU
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam ketentuan Pasal 1 ayat 13 secara eksplisit
disebutkan bahwa musyarakah merupakan salah satu dari produk pembiayaan pada perbankan syariah.
Musyarakah juga telah diatur dalam ketentuan Fatwa DSN No. 08DSN-MUIIV2000 tertanggal 13 April 2000. Intinya Fatwa DSN
tersebut menyebutkan bahwa kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan usaha terkadang memerlukan dana dari pihak lain,
antara lain melalui pembiayaan musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung sesuai dengan kesepakatan.
26
Ketentuan secara teknis mengenai aplikasi akad musyarakah ini telah diatur dalam PBI No. 746PBI2005 tentang Akad Penghimpunan Dana
dan Penyaluran Dana bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam kegiatan penyaluran dana dalam
bentuk pembiayaan musyarakah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. Bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha
dengan bersama-sama menyediakan dana danatau barang untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu
b. Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan Bank sebagai mitra
usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tuga dan wewenang yang disepakati
c. Bank berdasarkan kesepakatan dengan nasabah dapat menunjuk
nasabah untuk mengelola usaha d.
Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai danatau barang e.
Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang, maka barang yang diserahkan harus dinilai secara tunai berdasarkan kesepakatan
26
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007, h. 128
f. Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan pembagian
keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Bank dan nasabah
g. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama sesuai kesepakatan
h. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana dinyatakan dalam
bentuk nisbah yang disepakati i.
Bank dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut porsi modal masing-masing, kecuali jika terjadi kecurangan, lalai, atau
menyalahi perjanjian dari salah satu pihak j.
Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak dan tidak
berlaku surut k.
Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang tiering yang besarnya berbeda-beda berdasarkan kesepakatan pada awal akad
l. Pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan metode bagi untung
atau rugi profit and loss sharing atau metode bagi pendapatan revenue sharing
m. Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha sesuai dengan laporan
keuangan nasabah
Nisbah X Nisbah Y
Modal A Modal B
n. Pengembalian pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode akad
atau dilakukan secara angsuran berdasarkan aliran kas masuk cash in flow usaha
o. Bank dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi risiko
apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana dimuat dalam akad karena kelalaian dan atau kecurangan
Gambar 2.2 Skema Pembiayaan
Musyarakah
27
C. Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah