Faktor-faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial

12 baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga terjadi hubungan yang timbal balik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu proses yang cukup kompleks. Floyd Allport dalam Walgito, 2003 perilaku dalam interaksi sosial tidaklah sederhana, tetapi perilaku didasari oleh berbagai faktor psikologis eksternal atau dari luar. Faktor-faktor tersebut diantaranya sebagai berikut: a. Faktor Imitasi Menurut Dayaksini dan Hudaniah 2003 imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan- perbuatan yang baik. Contoh dari imitasi eksternal, apabila seseorang telah dididik untuk mengikuti suatu tradisi tertentu yang melingkupi segala situasi sosial maka orang tersebut akan memiliki suatu kerangka tingkah laku dan sikap moral yang dapat menjadi pokok pangkal guna memperluas perkembangan perilaku yang positif. Sedangkan dampak negatif dari pola imitasi dalam interaksi sosial apabila perilaku yang diimitasi adalah perilaku yang salah, baik secara moral maupun hukum, sehingga diperlukan upaya yang kuat untuk menolaknya. Proses terjadinya imitasi ini adalah adanya perilaku meniru yang dilakukan oleh individu dari individu lain, atau meniru dari dirinya sendiri. Misalnya pada anak-anak yang sedang belajar bahasa, seakan-akan mereka mengimitasi dirinya sendiri, mengulang-ulang 13 bunyi, kata-kata, melatih fungsi-fungsi lidah dan mulut untuk berbicara. Bahkan tidak hanya berbahasa saja, tetapi juga tingkah laku tertentu, cara memberi isyarat, cara berpakaian, adat istiadat dan konvensi-konvensi dipelajari melalui imitasi G. Tarde dalam Ahmadi, 1999. b. Faktor Sugesti Menurut Dayaksini dan Hudaniah 2003 sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial mempunyai arti yang hampir sama. Keduanya merupakan suatu proses yang saling berpengaruh antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya. Sedang Gerungan dalam Dayaksini dan Hudaniah, 2003 mngartikan, sugesti dapat dilakukan dan diterima oleh individu lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Sugesti dimaksudkan pada pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Sugesti dapat dibedakan menjadi dua yakni, a. Auto- sugesti yaitu sugesti terhadap diri sendiri sugesti internal, sugesti yang datang dari dalam diri individu yang bersangkutan dan b. Hetero-sugesti yaitu sugesti yang datang dari orang lain sugesti eksternal. Baik Auto-sugesti atau Hetero-sugesti dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang cukup penting. 14 c. Faktor Identifikasi Didefinisikan oleh Bonner dalam Gerungan, 2002 identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan idolanya. Sedang menurut Dayaksini dan Hudaniyah 2003 proses identifikasi pertama-tama berlangsung secara tidak sadar, dan selanjutnya irrasional. Artinya, identifikasi dilakukan berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional dimana identifikasi akan berguna untuk melengkapi sistem norma, cita-cita dan pedoman bagi yang bersangkutan. Faktor lain yang memegang peranan dalam interaksi sosial adalah faktor identifikasi. Freud dalam Walgito, 2003 identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik sama dengan orang lain. Sehubungan dengan identifikasi ini Freud menjelaskan bagaimana anak mempelajari norma-norma sosial dari orang tuanya. d. Faktor Simpati Dayaksini dan Hudaniah 2003, simpati merupakan suatu bentuk interaksi yang melibatkan adanya ketertarikan individu terhadap individu lainnya. Simpati timbul tidak berdasarkan pada pertimbangan yang logisng dan rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan. Menurut Walgito 2002 dengan timbulnya simpati, akan terjalin saling pengertian yang mendalam antara individu satu dengan individu yang lain. Maka interaksi sosial yang berdasarkan 15 atas simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan dengan interaksi baik atas dasar sugesti maupun imitasi. Simpati merupakan perasaan rasa tertarik kepada orang lain, maka simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan atas dasar perasaan emosi. Dalam simpati orang merasa tertarik kepada orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya, apa sebabnya merasa tertarik sering tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut. Disamping individu mempunyai kecenderungan tertarik pada orang lain, individu juga mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain yang sering disebut dengan antipati. Jadi jika simpati bersifat positif, maka antipati bersifat negatif. Setiap individu pada dasarnya dapat melakukan interaksi dengan individu lain, akan tetapi bentuk dari tiap interaksi tersebut berbeda-beda, dan dari setiap interaksi tersebut juga akan memberikan respon yang berbeda dari setiap individu. Hurlock 2005 menyatakan penampilan, pakaian dan perhiasan akan mempengaruhi orang dalam interaksi sosialnya. Dijelaskan oleh Hurlock dalam interaksi sosial, penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya, salah satu keuntungan yang sering diperoleh adalah individu akan lebih mudah dalam memperoleh berteman. Selanjutnya, orang-orang yang menarik akan lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai lebih positif oleh orang lain dibandingkan dengan teman lainnya yang kurang 16 menarik, orang yang menarik lebih mudah menyesuaikan diri daripada mereka yang kurang menarik, sehingga pada akhirnya individu yang menarik akan lebih berbahagia. Walgito 2007 mengungkapkan untuk melihat baik buruknya interaksi dari setiap individu, pada dasarnya dapat dilihat dari berbagai macam ukuran, diantaranya adalah : a. Frekuensi Interaksi Dapat dilihat berdasarkan bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain, apakah individu tersebut sering melakukan interaksi atau tidak. Apabila seseorang sering mengadakan interaksi dengan orang lain, maka dapat dikatakan bahwa frekuensi berinteraksinya tinggi. Individu yang memiliki frekuensi interaksi sosial yang tinggi, memiliki kemampuan berinteraksi yang baik dengan orang lain, begitu pula sebaliknya apabila frekuensi interaksi sosial rendah, maka individu tersebut memiliki kemampuan interaksi yang kurang dengan orang lain. b. Intensitas Interaksi Intensitas interaksi adalah mendalam tidaknya seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, apabila intensitas interaksi dengan orang lain lebih intensif intim, maka dapat dikatakan makin baik kemampuan berinteraksi orang tersebut. Individu yang mampu berinteraksi lebih intensif intim dengan individu lain akan berorientasi positif pada setiap kegiatan yang dilakukannya, dan 17 kemampuan berkomunikasinya akan semakin tinggi. Sedangkan individu yang memiliki intensi rendah, maka kemampuan komunikatifnya kurang bahkan rendah dan hal ini akan berdampak pada orientasi berinteraksinya yang bersifat negatif. c. Popularitas Interaksi Popularitas interaksi adalah banyak sedikitnya teman berinteraksi. Jika seseorang semakin populer dalam berinteraksi, berarti makin banyak individu yang berinteraksi dengannya. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial adalah faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi dan faktor simpati. Interaksi sosial yang baik dan yang buruk pada dasarnya dapat memberikan dampak bagi setiap individu. Apabila individu semakin sering mengadakan interaksi, melakukan interaksi yang mendalam dengan individu lain dan banyaknya teman yang dimiliki pada individu populer akan membuat individu memiliki kemampuan berinteraksi yang baik dengan individu lainnya. Hal tersebut akan memberikan keuntungan baginya dan individu akan lebih berbahagia, namun apabila setiap individu tidak mampu untuk melakukan interaksi sosial, maka individu akan cenderung merasa terkucilkan dari kelompoknya, dan akan mengakibatkan gangguan mental bagi individu tersebut. 18

3. Aspek- aspek Interaksi Sosial