Klasifikasi Hutang Kebijakan Hutang

tersebut dapat dinyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.

C. Hutang 1. Pengertian Hutang

Hutang merupakan salah satu sumber pendanaan perusahaan. Semua perusahaan baik perusahaan besar maupun kecil pasti memiliki hutang. Hutang didefinisikan sebagai kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi – transaksi yang terjadi di masa lalu yang harus dibayar dengan kas, aktiva atau barang atau jasa di waktu yang akan datang Jusuf, 2001 . Hutang juga dapat diartikan sebagai pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan perusahaan di masa yang akan datang yang disebabakan karena tindakan – tindakan yang terjadi di masa lalu. Bentuk pengorbanan ekonomi ini dapat berupa uang, aktiva, jasa, atau melaukan pekerjaan – pekerjaan tertentu. Hutang menimbulkan ikatan yang memberikan hak kepada pemberi hutang kreditur untuk mengklaim aktiva perusahaan.

2. Klasifikasi Hutang

Hutang dapat diklasifikasikan kedalam dua bagian, yaitu hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek adalah kewajiban – kewajiban yang harus dibayar dengan penggunaan aktiva lancar atau pembentukan aktiva lainnya atau dapat diartikan pula sebagai hutang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Hutang jangka panjang adalah hutang yang masa jatuh temponya lebih dari satu tahun. Hutang lancar atau hutang jangka pendek yang biasanya ada di perusahaan adalah hutang dagang, Universitas Sumatera Utara uang muka penjualan, kewajiban pajak, hutang dividen, hutang wesel dan hutang biaya hutang gaji, hutang bunga . Hutang jangka panjang bisanya terdiri dari hutang hipotek, hutang oblogasi, utang bank jangka panjang, dan hutang sewa jangka panjang. Kebutuhan dana untuk jangka pendek biasanya didanai dengan sumber – sumber hutang jangka pendek hutang dagang, wesel , sedangkan untuk kebutuhan dana yang bersifat lebih permanen didanai dengan sumber – sumber jangka panjang obligasi, hutang bank jangka panjang, dll .

3. Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang dipandang sebagai mekanisme internal control yang dapat mengurangi konflik keagenan antara manajemen dan para pemegang saham, khususnya biaya keagenan free cash flow. Menurut Pecking–Order Theory, perusahaan menggunakan pendanaan internal jika tersedia dan memilih hutang lebih dari ekuitas ketika pendanaan eksternal digunakan. Jika pendanaan eksternal dibutuhkan perusahaan terlebih dahulu akan menerbitkan sekuritas yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai dengan hutang, kemudian sekuritas campuran seperti obligasi konvertibel, kemudian ekuitas sebagai langkah terakhir. Pecking-order adalah suatu konsekuensi dari aymmetric information. Para manajer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan mereka dibanding investor luar, dan para manajer bersifat enggan untuk mengeluarkan saham ketika mereka percaya harga saham adalah terlalu rendah. Para manajer mencoba menyiapkan penerbitan ketika saham secara wajar dihargai atau di atas harga pasar. Para investor memahami hal ini dan menginterpretasikan Universitas Sumatera Utara keputusan untuk mengeluarkan saham sebagai berita buruk. Hal ini menjelaskan mengapa harga saham biasanya jatuh ketika penerbitan saham diumumkan. Hutang menjadi lebih baik dibanding ekuitas ketika permasalahan informasi ini bersifat penting. Para manajer optimis akan menyukai hutang dibanding ekuitas yang dihargai rendah. Pecking-Order Theory menjelaskan bahwa ekuitas akan dikeluarkan hanya ketika kapasitas hutang habis dan kesulitan keuangan mengancam. Penggunaan hutang diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan. Penambahan hutang dalam struktur modal mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajer bekerja keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajiban dari penggunaan hutang. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini perusahaan menghadapi biaya keagenan hutang dan resiko kebangkrutan. Kebijakan hutang berhubungan positif dengan resiko sehingga peningkatan hutang meningkatkan resiko keuangan. Peningkatan resiko keuangan berarti menimbulkan konflik sehingga diperlukan pengaturan terhadap penggunaan hutang untuk mengurangi konflik keagenan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi mengurangi hutang dan mengutamakan penggunaan dana internal sebagai biaya investasi dan untuk menghindari kemungkinan kebangkrutan dan resiko keuangan sedangkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah yang Universitas Sumatera Utara menghasilkan profitabilitas rendah, perusahaan meningkatkan penggunaan hutang untuk membiayai perusahaan Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang adalah sebagai berikut : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kebijakan pengambilan resiko, kebijakan dividen. 1. Kepemilikan institusional, merupakan persentase kepemilikan saham oleh investor – investor institosional seperti perusahaan investasi atau berupa lembaga atau perusahaan lain. Dengan peningkatan mekanisme pengawasan dalam perusahaan yaitu dengan mengaktifkan monitoring melalui investor-investor institutional dapat mengurangi agency cost. Dengan adanya kepemilikan institutional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka diharapkan semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan dimana akan dapat mengurangi agency cost pada perusahaan. Adanya kontrol ini akan membuat manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan kebangkrutan perusahaan. 2. Kepemilikan manajerial, merupakan persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen atau pihak dalan perusahaan. 3. Kebijakan pengambilan resiko, pada resiko tinggi manajer akan memilih proyek yang berisiko tinggi untuk mendapatkan imbal hasil yang tinggi. Pengurangan resiko dilakukan dengan menggunakan hutang dari pihak kreditur. Universitas Sumatera Utara 4. Kebijakan dividen, merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Deviden mempengaruhi hutang dengan hubungan yang positif. Perusahaan yang membagikan devidennya dalam jumlah besar akam memerlukan tambahan dana melalui hutang untuk membiayai investasinya.

D. Agency Theory

Dokumen yang terkait

Analsis Pengaruh Free Cash flow Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 40 90

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 52 101

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 97

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 20

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 6 24

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAA MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 15 22

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 10

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 88