Uji Multikolinearitas Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data

Tabel 4.7 Durbin Watson Test Bound n k=2 dl du 6 . . . 60 0.61 . . . 1.51 1.4 . . . 1.65 Sumber : Penulis, 2011 Dari tabel 4.6 diketahui nilai DW sebesar 2.14, yang mana lebih besar dari batas atas du sebesar 1.65 dan kurang dari 4 – du sebesar 2.35. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai DW terletak antara upper bound du dan 4-du , maka tidak ada autokorelasi positif maupun negatif atau tidak ada autokorelasi.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independent variabel. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel – variabel bebasnya. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel – variabe ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas adalah sama dengan nol. Apabila terjadi gejala multikolinearitas, maka akan menyebabkan hal – hal sebagai berikut : 1. Nilai koefisien regresi menjadi kurang dapat dipercaya. Universitas Sumatera Utara 2. Kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing – masing variabel bebas independen terhadap variabel terikat dependen. Beberapa sumber penyebab multikolinearitas adalah sebagai berikut : 1. Metode pengumpulan data yang digunakan membatasi nilai dari variabel regressor. 2. Kendala – kendala model pada populasi yang diamati. 3. Spesifikasi model, misalnya penambahan bentuk polinomial terhadap model regresi, khususnya ketika nilai jarak antar variabel eksplanatoris sangant kecil. 4. Data time series, dimana nilai trend tercakup dalam nilai varaibel eksplanatoris yang ditunjukkan oleh penurunan atau peningkatan sejalan dengan waktu. Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model regresi dapat dilakukan dengan cara berikut ini : 1. Nilai R 2 R-Squared , yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel – variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat. 2. Menganalisis matriks korelasi variabel – variabel bebas, jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi diatas 0,90 , maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti tidak ada multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel bebas. Universitas Sumatera Utara 3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Variance Inflation Factor VIF dan tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi varabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF = 1tolerance dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 1.590 .160 9.947 .000 MOWNSHP -.040 .014 -.363 -2.948 .005 .999 1.001 FCF -5.744E-8 .000 -.055 -.442 .660 .999 1.001 a. Dependent Variable: DER Sumber : Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0 Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat toleransi vriabel dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut : • VIF 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas. Universitas Sumatera Utara • VIF 5 maka tidak terdapat multikolinearitas. • Tolerance 0.1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas. • Tolerance 0.1 maka tidak terdapat multikolinearitas. Dari hasil output SPSS pada tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF semua variabel berada di bawah 5 dan nilai tolerance semua variabel di atas 0.1, maka dapat disimpulkan pada model regresi tidak ditemukan persoalan multikolinearitas.

4. Uji Heterokedastisitas

Dokumen yang terkait

Analsis Pengaruh Free Cash flow Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 40 90

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 52 101

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 97

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 20

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 6 24

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAA MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 15 22

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 10

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 88