Kondisi Nasional Kondisi Umum

Renstra Kedeputian TIEM 2015-2019 3 pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rente ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan infrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.

1.1.2 Kondisi Nasional

Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi daya saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global Global Competitiveness Index –GCI berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 meningkat dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya saing ini lebih rendah dibandingkan Malaysia 20, Thailand 31, Brunei Darussalam 26 dan lebih tinggi dibandingkan Vietnam 68, Filipina 52, Kamboja 95 dan Timor-Leste 136. Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi. Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga 3 pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu: 1. Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Dayaserap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet, Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak100 Penduduk; 2 . Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas PemasokLokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif, Kepanjangan Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Renstra Kedeputian TIEM 2015-2019 4 Internasional, Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang; dan 3 Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah,Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas- Industri, PengadaanPemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk. Dari 12 pilar daya saing tersebut, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah nilai Kesiapan Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7 dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya. Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini telah mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.

1.2. Potensi dan Permasalahan