15
Etnis Tionghoa merupakan jaringan dalam sistem sosial yang memiliki hubungan interaktif. Mereka memiliki pandangan tentang alat serta tujuan yang didapat pada situasi
yang dibentuk oleh kepercayaan, norma, dan nilai yang diorganisasikan dalam harapan peran. Mereka tidak menghadapi situasi sebagai individu, tetapi memiliki peran sosial yang
menghasilkan suatu tujuan. Dalam perkembangan di Indonesia, aktivitas perpolitikan etnis Tionghoa mengalami
pasang surut. Adanya kebebasan bagi etnis Tionghoa setelah reformasi untuk ikut dalam dunia politik membuat mereka memiliki peran. Indikasi ini dapat dilihat dengan membentuk
partai politik dan mencalonkan diri baik sebagai kepala daerah maupun anggota legislatif. Keputusan mereka untuk membentuk partai politik bukan tanpa alasan. Adanya pengalaman
pahit yang mereka alami membuat etnis Tionghoa merasa harus bersatu dan membentuk kelompok, yaitu partai politik. Walaupun belum mendominasi, tetapi etnis Tionghoa sudah
mulai tampak dalam kancah perpolitikan di Indonesia.
2.2 Politik
Menurut Robert H. Soltau dalam karyanya “An Introduction to Politics”, menyatakan bahwa politik merupakan hal yang berkaitan tentang tujuan dan maksud-maksud negara,
berkaitan dengan kajian tentang lembaga-lembaga yang akan merealisasikan tujuan dan maksud tersebut. Selain itu, Iwa Kusuma Sumantri dalam karyanya “Pengantar Ilmu Hukum”
menjelaskan bahwa politik merupakan pengetahuan tentang segala sesuatu ke arah usaha penguasa negara dan alat-alatnya, mempertahankan kekuasaan atas negara untuk
melaksanakan hubungan tertentu dengan negara lain. Sobari, 2004: 10
Universitas Sumatera Utara
16
2.3 Sejarah Perkembangan Politik dan Hubungannya dengan Sosiologi serta Masyarakat
Berdasarkan sejarah, diperoleh keterangan bahwa Yunani kuno sejak 450 SM telah lahir pemikir-pemikir politik yang terkenal seperti Herodotus dan Plato. Dibelahan bumi Asia
juga terdapat karya pemikiran politik yang cemerlang seperti di India dan Cina dan di antara mereka terdapat nama besar Confusius pada 500 SM. Pada perkembangan selanjutnya
pendekatan dalam politik juga berkembang ke arah pendekatan tingkah laku. Perkembangan ini terjadi setelah berakhir Perang Dunia II. Gerakan dan perkembangan ini sangat
dipengaruhi oleh ahli-ahli seperti Max Weber dan Talcot Parson dengan basis sosiologi. Faturohman, 2004: 16
Politik berhubungan dengan sosiologi dalam hal memahami dan menelusuri pola-pola budaya dan segala hal yang berkaitan dengan interaksi masyarakat termasuk di dalamnya
kepentingan masyarakat akan organisasi negara dan hasrat berkuasa dengan perjuangan dan kompetisi yang dilakukan. Sebagai salah satu contoh adalah pemahaman akan masyarakat
dengan segala variasinya akan membantu negara atau pemerintah dalam membuat kebijakan publik untuk pembangunan. Faturohman, 2004: 17
Dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah atau badan atau organisasi tertentu biasanya pada tahap awal melakukan perencanaan yang matang agar dapat memperoleh hasil
yang baik. Adapun hal yang harus dilihat pada masyarakat dalam hal pembangunan politik Sahid, 2011: 27 antara lain:
1.7.1 Pola interaksi sosial dan pola interaksi politik. Dengan mengetahui pola interaksi
sosial dan politik yang ada dalam masyarakat, maka dapat digariskan kebijakan untuk memperkuat pola interaksi yang mendukung. Pola interaksi yang didasarkan efisiensi
perlu terus diperkuat secara meluas untuk memacu perkembangan politik.
Universitas Sumatera Utara
17
1.7.2 Kelompok sosial dan politik yang menjadi bagian masyarakat. Ada kelompok sosial
dan politik yang mendukung pembangunan dan mungkin juga ada yang kurang mendukung, hal ini perlu diketahui untuk pengambilan garis kebijakan.
1.7.3 Kebudayaan yang berintikan nilai-nilai. Dalam masyarakat ada nilai yang mendukung
pembangunan dan tidak. Terhadap nilai kebudayaan yang menghalangi pembangunan perlu proses dan diperlukan pendidikan politik.
1.7.4 Lembaga atau pranata sosial dan politik yang merupakan kesatuan kaidah yang
berkisar pada kebutuhan dasar manusia dan kelompok sosial atau politik. 1.7.5
Stratifikasi sosial untuk menentukan pihak mana yang dijadikan pelopor pembangunan politik.
2.4 Budaya Politik