45
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kedatangan etnis Tionghoa dalam jumlah yang besar dari negeri Tiongkok untuk membantu usaha perkebunan pada awalnya disambut
dengan baik oleh Belanda. Dalam praktek perkebunan, Belanda mengangkat para mandor yang berasal dari etnis Tionghoa peranakan untuk mengepalai urusan kerja perkebunan
sekaligus diberi hadiah istimewa yaitu hak untuk memonopoli pemungutan pajak dan perdagangan candu. Posisi ini dikuasai mereka sampai 3 generasi, sedangkan di sisi lain etnis
Tionghoa totok tetap terus berdatangan. Ridho, 2011 Keahlian di bidang ekomomi serta sifat pekerja keras, rajin, dan hemat yang dimiliki
oeleh etnis Tionghoa tetap menjadi modal utama bagi mereka untuk bisa bertahan hidup ketika pemerintah Belanda mulai menerapkan peraturan yang mengharuskan hengkangnya
seluruh etnis Tionghoa dari kehidupan perkebunan. Situasi yang selalu berada dalam ruang gerak hidup yang terbatas baik di perkebunan maupun beberapa aspek kehidupan lainnya
menghendaki perasaan puas bagi etnis Tionghoa untuk hidup bersahaja dan berusaha dalam lingkungan bisnis ekonomi sampai sekarang. Nurhadiantomo, 2004: 108
Keharusan etnis Tionghoa hengkang dari kehidupam perkebunan pada dasarnya telah menghantarkan perolehan kepuasan sendiri di lingkungan bisnis ekonomi, di samping
diperkuat dengan tidak adanya larangan dari pihak pemerintah. Atas dasar inilah mereka memutuskan untuk tetap bermukim di Indonesia, seperti Kecamatan Rantau Utara Kota
Rantau Prapat. Kini menurut data yang diperoleh, Kecamatan Rantau Utara memiliki penduduk keturunan Tionghoa sebanyak 6,35 dari 116.340 jiwa atau sebanyak 7.389 jiwa
Kantor Camat Kecamatan Rantau Utara 2013
4.1.7 Pelaksanaan Pemilu di Kecamatan Rantau Utara Kota Rantau Prapat
Sebagai kecamatan, Rantau Utara tidak hanya dihuni oleh penduduk asli Indonesia namun juga dihuni oleh sejumlah etnis Tionghoa. Berdasarkan data yang diperoleh dari PPS
Universitas Sumatera Utara
46
Panitia Pemungutan Suara Kecamatan Rantau Utara Kota Rantau Prapat, kemenangan suara dalam pemilihan gubernur Sumatera Utara 2013 berhasil diperoleh oleh pasangan Gatot Pujo
Nugroho dan Tengku Erry Nuradi. Perolehan suara yang mereka dapati jauh di atas calon gubernur dan wakil gubernur lainnya. Untuk lebih jelas, bisa dilihat dari tabel di bawah ini
mengenai rekapitulasi jumlah perolehan suara dalam pilgubsu 2013 di Kecamatan Rantau Utara.
Tabel 4.9 Rekapitulasi Jumlah Perolehan Suara
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara 2013 No. Kelurahan Gusman
Esja Charly Amri-Re
Ganteng Tidak
Sah 1. Aek
Paing 691
86 335
110 1.757
64 2.
Binaraga 566 816 146 360 573 43
3. Cendana
693 425 195 156 1.056 90 4.
Kartini 568 254 303 135 773 44
5. Padang
Bulan 1.056 191 621 159 1.730 59
6. Padang
Matinggi 1.584
496 724 299 1.862 47 7.
Pulo Padang
933 247 880 113 1.276 71 8.
Rantau Prapat 801 337 285 180 693 46
8. Sirandorung
967 215 572 178 1.426 78 9.
Siringo-Ringo 610 986 181 362 746 64 Total
8.496 4.053 4.242 2.072 11.892 606 Sumber: KPU Labuhan Batu
Dari hasil rekapitulasi di atas menunjukkan bahwa terdapat 31.361 jiwa yang menggunakan hak suaranya. Jika dibandingkan dari jumlah penduduk sebanyak 58.528 jiwa
Universitas Sumatera Utara
47
maka dapat dikatakan terdapat 27.167 jiwa yang tidak menggunakan hak suaranya pada Pilgubsu 2013 di Kecamatan Rantau Utara Kota Rantau Prapat.
Setelah dilakukan penelitian di lapangan dengan cara membacakan angket kepada responden, maka diperoleh berbagai data mengenai keadaan responden serta jawaban-
jawaban dari beberapa pertanyaan yang diajukan di dalam kuisionerangket. Bab ini akan membahas data-data yang diperoleh selama menjalankan penelitian yaitu tanggal 1 Mei
sampai dengan 20 Mei 2014 di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara.
4.1.8 Respon Masyarakat Etnis Tionghoa terhadap Perkembangan Informasi Seputar Pilgubsu 2013