48 Implementasi kedisiplinan yang diterapkan kepala sekolah “J”
tersebut didasari oleh tata tertib sekolah, dimana semua siswa diwajibkan memahami dan menaati tata tertib yang ada agar dalam dirinya terbentuk
sikap dan perilaku taat dan disiplin. Upaya penerapan peraturan pada siswa, pertama kali diserahkan guru namun tidak dipatenkan oleh guru
semuanya. Hasil wawancara kepala sekolah “J” mengungkapkan “Pertama kali diserahkan pada guru kelas atau guru mata pelajaran
terlebih dahulu pada saat mengajar untuk selalu mengingatkan siswa setiap hari mengenai tata tertib. Namun, tidak juga dipatenkan untuk guru
saja Kamis, 6 Maret 2014”. Selain itu, implementasi peraturan sekolah disosialisasikan kepala sekolah melalui kegiatan upacara bendera dan
saat proses pembelajaran agar semua guru, karyawan, dan siswa paham bahwa setiap bertindak harus sesuai dengan tata tertib di Sekolah Dasar
Negeri Margoyasan, Yogyakarta.
b. Pemberian hukuman di sekolah
Pemberian hukuman yang diberikan kepala sekolah “J” untuk siswa tidak tertib di sekolah diperoleh melalui hasil pengamatan pada observasi
Senin, 10 Maret 2014 diperoleh data, bahwa: “Saat dilaksanakan upacara bendera terlihat beberapa siswa Sekolah
Dasar Negeri Margoyasan, Yogyakarta mendapat hukuman untuk membuat barisan sendiri menghadap Timur. Hukuman diberikan
kepada siswa yang terlambat, tidak memakai topi, dasi atau atribut sekolah lainnya dengan lengkap sehingga siswa harus bertanggung
jawab atas perilakunya yang melanggar tata tertib sekolah. Selain itu, ada siswa kelas VI mendapat teguran dari kepala sekolah karena tidak
mengikuti upacara dan tidak masuk sekolah. Tetapi malah berada di luar sekolah sambil beli jajan”.
49 Hasil pengamatan tersebut sama dengan hasil wawancara kepala
sekolah “J” Kamis, 6 Maret 2014, bahwa “cara mendisiplinkan siswa salah satunya melalui sanksi berupa pembinaan-pembinaan. Contohnya
memberi nasehat, penekanan, teguran, dan mengingatkan siswa mengenai tata tertib sekolah setiap saat”. Maka ketegasan kepala sekolah
dalam memberikan hukuman sangat tegas. Terlihat dari seorang anak yang melanggar tata tertib, ia berani bertanggung jawab menerima
sanksi. Sanksi yang diberikan kepala sekolah “J” lebih pada kata-kata untuk memberikan pembinaan dan menyadarkan perilaku siswa yang
salah karena pemahaman kepala sekolah hukuman untuk siswa sekolah dasar lebih baik berupa pembinaan-pembinaan atau kata-kata lesan.
Selain itu, hasil wawancara kepala sekolah “J” Kamis, 6 Maret 2014, “sanksi di SD tidak seberatseketat di SMP dan SMA. Sehingga
sanksi di sekolah berupa pernyataan dari siswa saja”. Oleh karena itu, pengadaan pemberian sanksi di sekolah bertujuan untuk memberikan
pembinaan, menyadarkan, dan membina agar semua siswa menaati tata tertib yang baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan sekolah. Pemberian
hukuman yang diberikan kepala sekolah kepada siswa bertujuan untuk mendisiplinkan siswa melalui pembinaan-pembinaan yang diberikan
sekolah setiap hari. Namun hukuman tersebut hanya pembinaan saja dan tidak memberatkan siswa. Hasil wawancara kepala sekolah “J” Kamis, 6
Maret 2014, “Menurut saya, sanksi tersebut tidak memberatkan, karena sanksi di sekolah lebih pada nasehat, teguran, dan pembinaan-pembinaan
50 saja”. Sehingga sanksi-sanksi yang diberikan relatif berubah karena
disesuaikan dengan pelanggaran siswanya agar dapat disiplin kembali di sekolah.
c. Pemberian penghargaan di sekolah