Pemberian penghargaan di sekolah Konsistensi dari penerapan peraturan, hukuman, dan penghargaan

50 saja”. Sehingga sanksi-sanksi yang diberikan relatif berubah karena disesuaikan dengan pelanggaran siswanya agar dapat disiplin kembali di sekolah.

c. Pemberian penghargaan di sekolah

Hasil pengamatan Senin, 10 Maret 2014 kepala sekolah “J”dalam memberikan penghargaan pada siswa berupa kata-kata saat upacara bendera, yakni “ucapan selamat bagi semua siswa yang mengikuti lomba O2SN oleh pihak UPT”. Selain itu, hasil wawancara kepala sekolah, bahwa “pada kegiatan upacara bendera sekolah selalu memberikan penghargaan berupa nasehat-nasehat, motivasi, atau ucapan selamat untuk siswa yang bersangkutan contohnya siswa yang memenangkan perlombaan Kamis, 6 Maret 2014”. Upaya kepala sekolah dalam memberikan penghargaan pada siswa tergolong sering dimana setiap ada kegiatan kepala sekolah selalu memberikan penghargaan dan motivasi walaupun dalam prakteknya penghargaan berupa benda jarang diberikannya. Kepala sekolah “J’ lebih banyak memberikan penghargaan di sekolah berupa kata-kata lesan dibandingkan hadiah benda, karena penghargaan berupa kata-kata lebih cepat merangsang dan memotivasi dalam diri siswa. Hasil wawancara kepala sekolah “J” Kamis, 6 Maret 2014, bahwa: “Menurut saya, penghargaan sekolah berupa nasehat, ucapan selamat, dan uplose salah satunya saat upacara bendera atau pembelajaran di kelas. Pemberian penghargaan bertujuan untuk memotivasi siswa lain. Sedangkan penghargaan dalam bentuk benda belum ada”. 51 Pemberian penghargaaan tersebut bertujuan untuk memotivasi siswa lain agar mencontoh perilaku temannya dan terus meningkatkan semangat belajarnya. Cara tersebut sangat efektif digunakan di sekolah dalam mengimplementasikan nilai-nilai kedisiplinan siswa. Namun, tidak sepenuhnya penghargaan dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa sehingga kepala sekolah “J” lebih banyak memberikan penghargaan berupa kata-kata dibandingkan benda. Hal ini bertujuan untuk selalu merangsang diri siswa agar terus belajar tanpa harus melemahkan semangatnya apabila mereka tidak mendapat penghargaan dari sekolah.

d. Konsistensi dari penerapan peraturan, hukuman, dan penghargaan

di sekolah Hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi diperoleh data bahwa konsistensi dari unsur disiplin yang diterapkan kepala sekolah “J” sudah konsisten dan tetap untuk semua siswa di Sekolah Dasar Negeri Margoyasan, Yogyakarta. Dilihat dari penerapan peraturan kepala sekolah “J” sudahtetap, yaitu peraturan yang berlaku harus ditaati oleh semua warga sekolah. Sebaliknya apabila peraturan tersebut berubah selalu didasari oleh kesepakatan dewan guru untuk menata ulang atau merevisi kembali tata tertib yang sudah ada. Oleh karena itu, penerapan tata tertib tersebut sudah berlaku adil untuk semua warga sekolah. Hasil wawancara kepala sekolah “J” Kamis, 6 Maret 2014, bahwa: “Menurut saya, ya pasti adil. Peraturan yang sudah disusun itu harus dipahami dan diterima baik warganya. Jadi tata tertib itu harus adil dan tidak memandang itu siapa. Kalau anak itu sudah melanggar tata 52 tertib maka akan mendapat hukuman. Sehingga sekolah tidak pernah membeda-bedakan siswa”. Hasil pengamatan dan dokumentasi 5 Maret – 7 April 2014. diperoleh bahwa kepala sekolah sudah adil dalam menerapkan tata tertib di sekolah terlihat saat siswa menaati tata tertib setiap hari, yakni semua siswa disiplin berpakaian sesuai jadwal sekolah dan ditemukan siswa yang tertib membuang sampah pada tempatnyaberlangsung selama penelitian di sekolah setiap hari oleh peneliti selama penelitian berlangsung. Penerapan hukuman bagi siswa tergolong relatif, dimana pemberian hukuman disesuaikan dengan pelanggarannya. Hasil wawancara kepala sekolah “J”, bahwa pemberian hukuman dalam jenjang pendidikan sekolah dasar “tidak seketat di SMP atau SMA sehingga sanksi di SD berupa pembinaan, teguran, nasehat, dan apabila perilaku siswa sudah melewati batas maka sekolah memberikan pembinaan lanjutan disertai orang tua siswa dan bekerja sama dengantim tertentu, pihak Polsek atau BIMAS, dan siswa diinstruksikan membuat surat pernyataan agar tidak mengulangi kesalahannya Kamis, 6 Maret 2014”. Sedangkan penghargaan dilihat sekolah sering atau tidak memberi hadiah pada siswa baik dalam kegiatan-kegiatan lomba, proses pembelajaran di kelas, ataupun secara umum seperti upacara bendera dan saat pembelajaran di kelas. Hasil wawancara kepala sekolah “J” Kamis, 6 Maret 2014, dilihat dari penerapan peraturan, hukuman, dan penghargaan, bahwa: “Menurut saya, peraturan sudah tegas tetapi dalam artian peraturan untuk siswa sekolah dasar. Pemberian hukuman masih relatif karena dilihat dari siswa sering atau tidak melakukan kesalahan. Sekolah 53 sering memberikan penghargaan kepada siswa, namun dalam bentuk nasehat dan ucapan selamat agar siswa lain termotivasi setiap hari”. Hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi menunjukkan bahwa kepala sekolah dalam menanamkan kedisiplinan melalui penerapan peraturan, pemberian hukuman, dan pemberian penghargaan sudah dikategorikan tetap sehingga konsistensi dari ketiga unsur disiplin sangat terlihat di Sekolah Dasar Negeri Margoyasan, Yogyakarta. Penerapan empat unsur disiplin yang diberikan kepala sekolah bersifat demokratis dimana kepala sekolah dalam pemberian peraturan, hukuman, dan penghargaan disertai penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk membantu siswamengerti mengapa ia harus menaati peraturan yang ada dan memahami bahwa setiap perilaku baik atau buruk diikuti oleh hukuman ataupun penghargaan.

4. Implementasi Nilai-nilai Kedisiplinan yang dilakukan Guru kepada