20 2.
Dampak Psikis
Beberapa dampak psikis akibat penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba antara lain :
A. Lamban bergerak, ceroboh, tegang, dan gelisah
B. Bersikap apatis, berhalusinasi, hilang kepercayaan diri, sering mengkhayal
C. Agitatif, terkadang betingkah ganas dan brutal
D. Sulit berkonsentrasi, merasa tertekan dan kesal
E. Tidak menyayangi diri sendiri dan merasa tidak aman hingga ingin bunuh diri
3.
Dampak Sosial
Penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba juag memiliki dampak sosial yang buruk seperti :
A. Anti sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
B. Merepotkan orang-orang di sekitarnya
C. Pendidikan dan pekerjaan terganggu
2.2.4 Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkkoba dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut :
1. Pencegahan
primer, dilakukan
kepada mereka
yang berisiko
menyalahgunakan narkoba, dimulai dari anak usia dini. Kegiatan yang dapat dilakukan berupa :
A. Penyuluhan
dan pendidikan
mengenai narkoba
dan bahaya
penyalahgunaannya B.
Publikasi melalui berbagai jenis media mengenai bahaya narkoba 2.
Pencegahan sekunder, dilakukan pada mereka yang dalam tahap coba-coba serta kepada individukelompok yang berpotensi menyalahgunakan narkoba.
Keguatannya dapat berupa deteksi dini pada anak dan konseling
3. Pencegahan tersier, ditujukan kepada mereka yang sedang atau pernah
menggunakan narkoba untuk mencegah relapse. Kegiatannya dapat berupa
Universitas Sumatera Utara
21 konseling pada individu dan keluarganya serta penyediaan lingkunga yang
kondusif bagi pengguna
2.2.5 Terapi dan Rehabilitasi Narkoba
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No 421MenkesSKIII?2010 tentang Standar Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penggunaan
NAPZA, terapi merupakan suatu psroses pemulihan dengan memberikan intervensi secara fisik, psikologis, maupun sosial kepada klien gangguan penggunaan NAPZA.
Kemudian, rehabilitasi merupakan suatu proses pemulihan klien dengan gangguan
penggunaan NAPZA baik dalam jangjka waktu pendek maupun jangka waktu panjang yang bertujuan mengubah perilaku untuk mengembalikan individu tersebut
di masyarakat.
Rehabilitasi ini terdiri atas dua yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi medis merupakan proses kegiatan pengobatan terpadu untuk
membebaskan pecandu dari pengaruh narkotika Permenkes RI Nomor 2415MenkesPERXII2011, sedangkan rehabilitasi sosial merupakan proses
refungsionalisasi dan pengembangan yang memungkinkan seseorang dapat kembali melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar di dalam masyarakat
Permensos RI Nomor 26 Tahun 2012. Oleh karena itu, di dalam suatu rehabilitasi
terdapat pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang di dalmnya terdapat berbagai macam terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu
penyalahguna, sebab setiap penyalahguna membutuhkan metode terapi yang berbeda-beda tergantung masalah yang dialaminya.
National Institute on Drug Abuse NIDA pada tahun 1999 mempublikasikan sebuah buku berjudul Principles of Drug Addiction Treatment tentang terapi efektif
berdasarkan penelitian di lapangan yang terdiri atas tiga belas prinsip yaitu : 1.
Ketergantungan merupajkan suatu penyakit kompleks namun dapat ditangani yang menyerang fungsi otak dan perilaku
2. Tidak ada satu bentuk terapi yang sesuai untuk semua
3. Kebutuhan terapi harus siap dan tersedia ketika diperlukan
4. Terapi yang efektif mengakomodasi kebutuhan yang beragam, tidak hanya
untuk masalah penyalahgunaan narkoba
Universitas Sumatera Utara
22 5.
Berada dalam progaram terapi untuk periode waktu yang adekuat merupakan hal yang sangat penting untuk perubahan perilaku yang
signifikan 6.
Terapi perilaku, termasuk konseling pribadi, grup, maupun keluarga merupakan bentuk penanganan penyalahgunaan narkoba yang paling
umum 7.
Medikasi adalah elemen yang penting bagi banyak klien, khusunya bilamana dikombinasikan dengan terapi perilaku
8. Rencana terapi dan layanan lain harus dikaji secara kontinu dan dimodifikasi
bila diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perubahan pada pasien 9.
Banyak individu dengan ketergantungan narkoba memiliki masalah kelainan mental
10. Detoksifikasi hanya merupakan langkah awal dari penanganan dan hanya
memberikan sedikit perubahan terkait penyalahgunaan jangka panjang 11.
Penanganan yang efektif tidak harus dilakukan secara sukarela 12.
Kemungkinan menggunakan narkoba selama masa penanganan harus diawasi secara kontinu
13. Program penanganan harus menyediakan kajian dan konseling untuk
HIVAIDS serta penyakit menular lainnya utnuk membantu pasien mengubah perilakunya
2.2.5.1 Beberapa Model Terapi dan Pendekatan
Berikut adalah beberapa model yang umum digunakan untuk penanganan masalah penyalahgunaan narkoba ini, antara lain :
1.
Therapeutic Community TC
Metode ini merujuk pada keyakinan bahwa gangguan penggunaan narkoba merupakan gangguan secara menyeluruh. Di dalamnya norma-norma perilaku
diterapkan secara nyata dan ketat yang diyakinkan dan diperketat dengan pemberian reward dan punishment. Pendekatan yang dilakukan meliputi terapi
individual dan kelompok, sesi grup, lingkungan terapeutik dengan peran yang
disertai hirarki dengan keistimewaan dan tanggung jawab. Pendekatan lainnya berupa tutorial, pendidikan formal, dan melakukan pekerjaan rumah sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
23 Model ini biasanya merupakan model rawat inap dengan periode dua belas hingga
delapan belas bulan yang diikuti dengan program aftercare jangka pendek. 2.
Model Medik
Model ini berbasis biologis dan genetis maupun fisiologis sebagaiapenyebab adiksi sehingga membutuhkan pertolongan dokter. Model ini berbasis rumah sakit
dengan program rawat inap 3.
Model Minnesota
Model ini difokuskan pada bebas narkoba atau abstinen, menggunakan program spesifik yang berlangsung selama tiga sampai enam minggu rawat inap
dengan lanjuatan aftercare, termasuk program self help group Alcohol Anonymous atau Narcotic Anonymous dan layanan lainnya yang diperlukan. Fase perawatan
inap termasuk terapi kelompok, terapi keluaraga,pendidikan adiksi, pemulihan dan program 12 langkah Twelve Steps.
4.
Model Eklektik
Model ini menerapkan pendekatan secara holistik dalam program rehabilitasi. Pendekatan spiritual dan kognitif melaui penerapan program Dua Belas
Langkah merupakan pelengkap program TC yang menggunakan pendekatan perilaku sesuai jumlah dan variasi masalah yang terjadi.
5.
Model Multi-disiplin
Model ini merupakan program dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan menggunakan komponen disiplin yang terkait termasuk reintegrasi dan kolarosi
dengan keluarga dan pasien. 6.
Model Tradisional
Program bersifat jangka pendek yang disertai program aftercare atau tidak sama sekali. Komponen dasar terdiri dari medikasi, pengobatan alternatif, ritual dan
keyakinan yang dimiliki oleh sistem lokal, contohnya pondok pesantren, pengobatan tradisional atau herbal.
7.
Faith Based Model, sama dengan model tradisional hanya pengobatan
tidak menggunakan farmakoterapi
Universitas Sumatera Utara
24
2.2.5.2 Fungsi Inti Layanan Terapi dan Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420MenkesSKIII2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan
Penggunaan NAPZA, di dalam suatu layanan terapi dan rehabilitasi terdapat urutan tahapan awal pelayanan sebelum pasien memasuki tahapan rehabilitasi, yaitu :
1. Screening Screening merupakan proses untuk menentukanapakah calon pasien dapat
menerima layanan atau mengikuti model terapi yang tersedia. Kegiatannya meliputi :
A. wawancara singkat dengan calon pasien B. screening biologis tes darah, tes urin, tes fungsi hati, dan tes trigliserid
2. Intake, yaitu proses administrasi dan asesmen awal untuk masuk ke dalam
program 3. Orientasi, yaitu memberikan gambaran tentang layanan program dan
berbagai terapi di dalamnya, berbagai macam aturan yang harus diikuti dan hal-hal yang menjadi hak pasien di dalmnya
4. Assesment, yaitu wawancara konseling yang dilakukan oleh konselor untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, serta masalah
yang dimiliki oleh pasien dan rencana kebutuhan terapi untuk pasien secara individu
5. Rencana Pengobatan, yaitu proses yang dilakukan oleh konselor atau profesi lain bersama pasien untuk mengidentifikasi dan mengurutkan
masalah dan solusi yang diperlukan untuk membuat persetujauan segera untuk sasaran program jangka pendek dan jangka panjang, menetapkan
proses pengobatanpenanganan dan sumber daya yang dibutuhkan 6. Konseling individual,kelompok, dan orang lain yang bermakna bagi pasien
yang bertujuan membantu pasien dan keluarga mencapai tujuan pengobatan melalui eksplorasi masalh dan pengaruhnya terhadap pasien, menilai sikap
dan perasaan pasien, mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah
dan membuat keputusan 7. Rujukan,yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasien yang tidak dapt diperoleh
dari konselorterapis atau tempat layanan serta membantu pasien untuk
Universitas Sumatera Utara
25 menggunakan layanan dukungan dan sumber daya lain yang tersedia di
masyarakat
2.2.5.3 Komponen Program Terapi dan Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba
Tidak ada pengobatan atau penangan yang lengkap tanpa memperhatikan kebutuhan lain pasien yang juga penting. Ada dua belas layanan yang harus
tersedia data tergabung sebagai komponen dalam pusat layanan ini yaitu : 1. Medikklinis, menyediakan layanan medispsikiatris secara profesional pada
tempat dan pada saat diperlukan seta mampu menentukan baik kondisi fisik mauun psikologis pasien
2. Nutrisigizi, merencanakan dan menyediakan diet yang dibutuhkan pasien 3. Pemeriksaan dan konseling penyakit menular
4. Spiritual, menyediakan pendidikan agama dan mendorong pasien melakukan kegiatan ibadah menutrut kepercayaan mereka
5. Layananterapi keluarga, dilakukan untuk mendorong pasien yang menolak masuk ke dalam program pengobatan dan juga memelihara dukungan
kepada pasien dalam proses pemulihan 6. Pencegahan kekambuhan, mengajarkan pasien untuk mengenai situasi
dengan risiko tinggi dan faktor pencetus yang mungkin memnyebabkan penggunaan narkoba kembali, untuk mengembangkan strategi kemampuan
menghadapi tekanan dari luardan belajar untuk mengelola situasi relapse
7. Aftercare, merupakan suatu lanjutan dari layanan perawatan seperti dukungan kepada kelompok pemulihan, konseling, latihan keterampilan
hidup, penempatan kerja, rujukan, dan layanan lain sesuai kebutuhan pasien 8. Konseling, yaitu hubungan terapeutik antara pasien yang membutuhkan
bantuan dengan konselor yang dapat menyediakan pertolongan dan dapat dilakukan secara individu, kelompok, maupu keluarga
9. Bantuan hukum, bertugas untuk membantu pasien dalam kebutuhan atau masalah yang berkaitan dengan aspek legal
Universitas Sumatera Utara
26 10. Terapi vokasional, mengajarkan pasien untuk mampu bersosialisasi dan
keterampilan bekerja untuk pasien sesuai dengan ,minat dan kompetensi mereka
11. Latihan keterampilan hidup, untuk mengembangkan keterampilan sosial untuk berkomunikasi lebih baik, meningkatkan harga dan kepercayaan diri
dan menerapkan dasar-dasar kehidupan bersihbebas dari narkoba 12. Pendidikan dan informasi, utnuk melanjutkan pendidikan formal yang relevan
dengan kemampuan pasien, meningkatkan pengetahuan tentang konsekuensi gaya hidup berisiko dan lain-lain.
2.2.5.4 Tahapan Pengobatan dan Hasil yang Diharapkan
Dalam pelayanan rehabilitasi, program dibangun untuk jangka panjang dengan tahapan-tahapan yang merupakan satu rangkaian pengobatan yang
panjang. Dalam mengejar pemulihan, pasien dituntun untuk memiliki kemajuan secara berurutan dari satu tahapan ke tahapan lain seperti dari tahap detoksifikasi
ke fase rehabilitasi primary, lalu ke tahap secondary, kemudian ke tahap aftercare dan tahap follow up lanjutan. Semua tahapan akan dilalui sesuai dengan
kemajuan yang dialami pasien. Kemajuan pasien dapat dilihat dari pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada pasien dalam beberapa periode
selama masa pengobatan.
Secara garis besar, tahapan tersebut terbagi atas tiga urutan tahapan yaitu : 1.
Tahap Pra pengobatan 2.
Tahap Primary Care 3.
Tahap After Care setelah 3-6 bulan Tahap pra pengobatan berlangsung selama 1-3 minggu. Tahap ini dijelaskan
dalam tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Tahap pra pengobatan
Tahap Akti vita s
Hasil yang diharapkan Identifikasi-
intervensi kri si s
Konseling individu
dan keluarga
Memotivasi pasien
untuk mendapatkan pengobatan
Menciptakan kesadarn tentang masalah yag dihadapi pasien
Universitas Sumatera Utara
27
Penerimaan
Pendaftaran Screening
pemeriksaaan tubuh, wawancara, tes
Memperoleh informasi tentang pasien, keluarga, dan riwayat
penggunaan narkoba
Orientasi Program
Tur fasilitas
layanan, pengenalan singkat peraturan
dan tata tertib layanan Diskusi dengan pasien dan
keluarga Pemahaman aturan dan tata tertib
dalam fasilitas layanan Persiapan psikologis pasien untuk
pengobatan Membangun hubungan dengan
penanggung jawab Merencanakan pengobatan
Detoksi fika si
Isolasi dalam
ruang pengobatanperawatan
Penatalaksanaan gejala putus zat
Penatalaksanaan komorbidita s
Melakukan kajian
dan pemeriksaan secara medis
Stabilisasi Layanan kesehatan untuk penyakit
lainnya
Evaluasi
Kajian ulang adan tinjauna untuk
pengobatan lanjut
ataurencana pengobatan
baru Membantu
k emajuan dan
kemampuan pasien
secara menyeluruh
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420MenkesSKIII2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan
NAPZA
Tahap primary care merupakan perawatan primer selama 12-14 bulan yang dijelaskan oleh tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3 Tahapan Primer
Tahapan Akti vita s
Hasil yang diharapkan Sesi Terapeutik
Konseling individu,
s esi kelompok, sesi keluarga
Kegiatan lanjutan
dalam pemulihan
Membangun ikatan
dengan recovering addict yang senior
Rekreasional
Permainan outing Meningkatkan
kes ehatan dan
mempererat ikatan dalam program
Pendidikan Seminar,
speak ing,dan work shop
Mengikutsertakan diri
dalam kegiatan publik dana aktivitas umum
Spiritual
Seminar, diskusi, latihan dan penerapan
Menerima adanya kekuatan tertinggi dan memahami keberadaan Tuhan
Universitas Sumatera Utara
28
Perawatan kesehatan
Assesmentpemeriksaaan dan pengobatan
Seminar kesehatn Menjaga kesehatan fisik dan mental
Pemahaman diri
Membentuk hubunganberbagi diskusi
Memperkuat keyakinan
dan mempertimbangkan nilai-nilai yang
dianut selama ini
Kelompok Dukungan
Support group
Pertemuan Alcohol
Anonymous dan
Narcotic Anonymous
Bersiap-siap untuk masuk program re-entry
Mengembangkan keterampilan
sosial
Vokasional
Latihan KerjaJob Training, Wawanc ara kerja
Pengelolaan waktu
dan keuangan
Program latihan kerja Penempatan di tempat bekerja
Pencegahan kekambuhan
Seminar, Work shop, Diskusi Mengenali
pola kambuh
dan pencetus kekambuhan
Mengembangkan kemampuan
menghadapi masalah, mengelola relapse kambuh
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420MenkesSKIII2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan
NAPZA
Tahapan terakhir yaitu aftercare berlangsung selama 3-6 bulan dan menjadi tahap di mana pasien mendapat bimbingan untuk tidak relapse dengan keterangan
yang ditunjukkan oleh tabel 2.4 berikut :
Tabel 2.4 Tahapan Aftercare
Tahapan Akti vita s
Hasil yang diharapkan Pertemuan
support group twelve steps
Konseling berkelanjutan,
dukungan kelompok dalam proses pemulihan
Menguatkan kestabilan Meningkatkan
proses pemulihan
secara keseluruhan
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420MenkesSKIII2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan
NAPZA
Universitas Sumatera Utara
29 Salah satu model rehabilitasi jangka panjang yang umum digunakan adalah
model Therapeutic Community. TC dapat digambarkan sebagai model yang sesuai dengan pasien yang membutuhkan lingkungan yang mendukung dan
mempertahankan kondisi bebas narkoba. TC memberikan konsep peran contoh
role model di mana pasien yang berada di level lebih atas menjadi panutan bagi pasien pada level di bawahnya. Residen, sebutan untuk pasien peserta TC, harus
mengikuti tahapan yang ada dalam program, yaitu :
1. Proses
intake dan orientasi
Proses ini berlangsung selama 2-4 minggu dengan kegiatan sebagai berikut: A.
Wawancara awal B.
Informed consent C.
Pemeriksaan fisik D.
Pengisian formulir E.
Orientasi program walking paper F.
Pengenalan program dan fasilitas layanan
2. Primary stage 6-9 bulan
Tahapan ini memiliki waktu proses yang berbeda tergantung kondisi residen, yang terdiri dari tiga yaitu anggota termuda, menengah, dan lama
A. Younger member anggota termuda, 1-3 bulan,
Memiliki karakteristik sebagai berikut : a.
Aktif mengikuti program b.
Kegiatan family support group c.
Kegiatan kelompok d.
Belum dapat dikunjungi atau dihubungi keluarga B.
Middle member anggota menengah, 4-6 bulan Memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Mulai bertanggung jawab atas sebagian operasonal fasilitas
b. Sudah dapat berada di luar fasilitas rehabilitasi dengan pendamping
c. Kegiatan kelompok dan family support group
Universitas Sumatera Utara
30 C.
Older member anggota lama, 6-8 bulan Memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Sudah bertanggung jawab penuh terhadap operasional fasilitas
b. Sudah dapat dikunjungi oleh keluarga dalam periode waktu tertentu
3. Tahapan
re-entry 3-6 bulan
Seperti tahap primary, tahap re-entry pun memiliki tahap lagi di dalamnya, yaitu fase orientasi, A, B, dan C.
A. Fase orientasi
Fase orientasi berlangsung selama 2 minggu dengan dengan karakteristik aktivitas sebagai berikut :
a. Pengenalan program re-entry
b. Didampingi residen senior
c. Tidak boleh dikunjungi keluarga maupun berada di luar fasilitas rehabilitasi
B. Fase A
Fase A berlangsung selama 1,5-2 bulan dengan dengan karakteristik aktivitas sebagai berikut :
a. Dapat dikunjungi keluarga setiap waktu
b. Diberi ijin menginap di rumahnya 1 malam setiap 2 minggu sekali
c. Boleh menerima uang saku setiap minggu dan beraktivitas di luar program
TC
C. Fase B
Fase B dijalankan selama 2 bulan dan pada fase ini residen diberi ijin pulang menginap 2 malam setiap 2 minggu
D. Fase C
Fase C berlangsung selama 2 bulan. Pad fase ini residen sudah diberi ijin pulang dan mendapat konseling final bersama keluarga untuk memasuki
program aftercare
Universitas Sumatera Utara
31
4. Aftercare Program
Program ini berlangsung selama jagnka waktu tertentu hingga pasien ditetapkan dapat mengakhiri masa rehabilitasi. Semua program dilaksanakan di luar
fasilitas TC dengan kegiatan sharing berkelompok untuk saling meningkatkan kemampuan dalam menangani masalah
2.2.6 Sarana Pelayanan Rehabilitasi
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420MenkesSKIII2010, persyaratan minimal sarana dan prasarana dalam layanan terapi dan rehabilitasi
narkoba terdiri atas: 1.
Sarana berupa gedung kantor, ruang pemeriksaan, ruang perawatan, ruang konseling, ruang kelas, ruang asrama, ruang keterampilan, aula, dapur
2. Prasarana berupa jalan, listrik, air bersih, pagar, saluran air buangan,
perlatan kantor, peralatan layanan medis dan nonmedis. Untuk rawat inap, seminimalnya memiliki :
1. Fasilitas detoksifikasi yaitu ruang perawatan 6-10 tempat tidur yang aman
dari benda-benda yang membahayakan seperti tiangpipa besi yang dapat dipatahkan, kisi-kisi yang bisa untuk menggantung diri, kaca, benda tajam
2. Fasilitas rehabilitasi seperti asrama, ruang kantor, ruang kelas, ruang
keterampilan, ruang makan, ruang rekreasi, aula, dapur, ruang olahraga, ruang untuk service area.
Untuk sumber daya manusia yang dibutuhkan ,jenis layanan yang dilaksanakan berpengaruh pada jenis dan jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan.
Dalam bidang teknis-medis, tenaga minimal yang dibutuhkan terdiri dari : 1.
1 orang psikiater atau dokter yang terlatih di bidang gangguan penyalahgunaan narkoba
2. 1 tim terdiri atas 8 orang Perawatparamedik
3. 1-2 orang instruktur.guru sesuai jenis kegiatan
4. 1 tim teridiri atas 3 orang konselor adiksi terltih
5. 1 orang pekerja sosial
6. 1 orang pembimbing agama
Universitas Sumatera Utara
32 Dalam bidang administrasi pelayanan seminimalnya memiliki :
1. 1 orang tenaga pimpinan manajer program
2. 1 orang pegawai tata usaha
3. 1 orang petugas keuangan
4. 1 orang petugas kebersihan
5. 1 tim 4 orang petugas keamanan
2.3 Tinjauan Khusus
2.3.1 Deskripsi Singkat Proyek
Secara singkat. Proyek tugas akhir ini dideskripsikan sebagai berikut : Judul Proyek
: Alcohol and Drug Rehabilitation Centre Fungsi
: Fasilitas Kesehatan Lokasi
: Jalan Lingkar Tuk-Tuk, Desa Wisata Tuk-Tuk, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir,
Sumatera Utara Luas Lahan
: ± 2.76 Ha Pemilik
: Swasta Karakteristik lahan
: 1.
Lokasi perancangan merupakan kawasan wisata yang termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional yaitu Kawasan Danau Toba dengan suasana
yang masih lekat dengan kebudayaan Suku Batak dan suasana alam Pegunungan Bukit Barisan dan Danau Toba
2. Lahan berada pada lokasi yang berkontur landai dengan kemiringan rata-
rata 6 di pinggir Danau Toba dan berhadapan langsung dengan Jalan Lingkar Tuk-Tuk
3. Lahan perancangan terletak di lokasi dengan kepadatan penduduk rendah
dengan fungsi rumah penduduk 4.
Di sekitar lokasi perancangan terdapat tempat wisata berupa hotel dan penginapan kecil dan toko souvenir
Alcohol and Drug Rehabilitation Centre merupakan fasilitas kesehatan yang bertujuan untuk memulihkan keadaan mereka yang ketergantungan obat-obatan
Universitas Sumatera Utara