Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sarana Pelayanan Rehabilitasi

20 2. Dampak Psikis Beberapa dampak psikis akibat penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba antara lain : A. Lamban bergerak, ceroboh, tegang, dan gelisah B. Bersikap apatis, berhalusinasi, hilang kepercayaan diri, sering mengkhayal C. Agitatif, terkadang betingkah ganas dan brutal D. Sulit berkonsentrasi, merasa tertekan dan kesal E. Tidak menyayangi diri sendiri dan merasa tidak aman hingga ingin bunuh diri 3. Dampak Sosial Penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba juag memiliki dampak sosial yang buruk seperti : A. Anti sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan B. Merepotkan orang-orang di sekitarnya C. Pendidikan dan pekerjaan terganggu

2.2.4 Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkkoba dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut : 1. Pencegahan primer, dilakukan kepada mereka yang berisiko menyalahgunakan narkoba, dimulai dari anak usia dini. Kegiatan yang dapat dilakukan berupa : A. Penyuluhan dan pendidikan mengenai narkoba dan bahaya penyalahgunaannya B. Publikasi melalui berbagai jenis media mengenai bahaya narkoba 2. Pencegahan sekunder, dilakukan pada mereka yang dalam tahap coba-coba serta kepada individukelompok yang berpotensi menyalahgunakan narkoba. Keguatannya dapat berupa deteksi dini pada anak dan konseling 3. Pencegahan tersier, ditujukan kepada mereka yang sedang atau pernah menggunakan narkoba untuk mencegah relapse. Kegiatannya dapat berupa Universitas Sumatera Utara 21 konseling pada individu dan keluarganya serta penyediaan lingkunga yang kondusif bagi pengguna

2.2.5 Terapi dan Rehabilitasi Narkoba

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No 421MenkesSKIII?2010 tentang Standar Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penggunaan NAPZA, terapi merupakan suatu psroses pemulihan dengan memberikan intervensi secara fisik, psikologis, maupun sosial kepada klien gangguan penggunaan NAPZA. Kemudian, rehabilitasi merupakan suatu proses pemulihan klien dengan gangguan penggunaan NAPZA baik dalam jangjka waktu pendek maupun jangka waktu panjang yang bertujuan mengubah perilaku untuk mengembalikan individu tersebut di masyarakat. Rehabilitasi ini terdiri atas dua yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi medis merupakan proses kegiatan pengobatan terpadu untuk membebaskan pecandu dari pengaruh narkotika Permenkes RI Nomor 2415MenkesPERXII2011, sedangkan rehabilitasi sosial merupakan proses refungsionalisasi dan pengembangan yang memungkinkan seseorang dapat kembali melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar di dalam masyarakat Permensos RI Nomor 26 Tahun 2012. Oleh karena itu, di dalam suatu rehabilitasi terdapat pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang di dalmnya terdapat berbagai macam terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu penyalahguna, sebab setiap penyalahguna membutuhkan metode terapi yang berbeda-beda tergantung masalah yang dialaminya. National Institute on Drug Abuse NIDA pada tahun 1999 mempublikasikan sebuah buku berjudul Principles of Drug Addiction Treatment tentang terapi efektif berdasarkan penelitian di lapangan yang terdiri atas tiga belas prinsip yaitu : 1. Ketergantungan merupajkan suatu penyakit kompleks namun dapat ditangani yang menyerang fungsi otak dan perilaku 2. Tidak ada satu bentuk terapi yang sesuai untuk semua 3. Kebutuhan terapi harus siap dan tersedia ketika diperlukan 4. Terapi yang efektif mengakomodasi kebutuhan yang beragam, tidak hanya untuk masalah penyalahgunaan narkoba Universitas Sumatera Utara 22 5. Berada dalam progaram terapi untuk periode waktu yang adekuat merupakan hal yang sangat penting untuk perubahan perilaku yang signifikan 6. Terapi perilaku, termasuk konseling pribadi, grup, maupun keluarga merupakan bentuk penanganan penyalahgunaan narkoba yang paling umum 7. Medikasi adalah elemen yang penting bagi banyak klien, khusunya bilamana dikombinasikan dengan terapi perilaku 8. Rencana terapi dan layanan lain harus dikaji secara kontinu dan dimodifikasi bila diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perubahan pada pasien 9. Banyak individu dengan ketergantungan narkoba memiliki masalah kelainan mental 10. Detoksifikasi hanya merupakan langkah awal dari penanganan dan hanya memberikan sedikit perubahan terkait penyalahgunaan jangka panjang 11. Penanganan yang efektif tidak harus dilakukan secara sukarela 12. Kemungkinan menggunakan narkoba selama masa penanganan harus diawasi secara kontinu 13. Program penanganan harus menyediakan kajian dan konseling untuk HIVAIDS serta penyakit menular lainnya utnuk membantu pasien mengubah perilakunya

2.2.5.1 Beberapa Model Terapi dan Pendekatan

Berikut adalah beberapa model yang umum digunakan untuk penanganan masalah penyalahgunaan narkoba ini, antara lain : 1. Therapeutic Community TC Metode ini merujuk pada keyakinan bahwa gangguan penggunaan narkoba merupakan gangguan secara menyeluruh. Di dalamnya norma-norma perilaku diterapkan secara nyata dan ketat yang diyakinkan dan diperketat dengan pemberian reward dan punishment. Pendekatan yang dilakukan meliputi terapi individual dan kelompok, sesi grup, lingkungan terapeutik dengan peran yang disertai hirarki dengan keistimewaan dan tanggung jawab. Pendekatan lainnya berupa tutorial, pendidikan formal, dan melakukan pekerjaan rumah sehari-hari. Universitas Sumatera Utara 23 Model ini biasanya merupakan model rawat inap dengan periode dua belas hingga delapan belas bulan yang diikuti dengan program aftercare jangka pendek. 2. Model Medik Model ini berbasis biologis dan genetis maupun fisiologis sebagaiapenyebab adiksi sehingga membutuhkan pertolongan dokter. Model ini berbasis rumah sakit dengan program rawat inap 3. Model Minnesota Model ini difokuskan pada bebas narkoba atau abstinen, menggunakan program spesifik yang berlangsung selama tiga sampai enam minggu rawat inap dengan lanjuatan aftercare, termasuk program self help group Alcohol Anonymous atau Narcotic Anonymous dan layanan lainnya yang diperlukan. Fase perawatan inap termasuk terapi kelompok, terapi keluaraga,pendidikan adiksi, pemulihan dan program 12 langkah Twelve Steps. 4. Model Eklektik Model ini menerapkan pendekatan secara holistik dalam program rehabilitasi. Pendekatan spiritual dan kognitif melaui penerapan program Dua Belas Langkah merupakan pelengkap program TC yang menggunakan pendekatan perilaku sesuai jumlah dan variasi masalah yang terjadi. 5. Model Multi-disiplin Model ini merupakan program dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan menggunakan komponen disiplin yang terkait termasuk reintegrasi dan kolarosi dengan keluarga dan pasien. 6. Model Tradisional Program bersifat jangka pendek yang disertai program aftercare atau tidak sama sekali. Komponen dasar terdiri dari medikasi, pengobatan alternatif, ritual dan keyakinan yang dimiliki oleh sistem lokal, contohnya pondok pesantren, pengobatan tradisional atau herbal. 7. Faith Based Model, sama dengan model tradisional hanya pengobatan tidak menggunakan farmakoterapi Universitas Sumatera Utara 24

2.2.5.2 Fungsi Inti Layanan Terapi dan Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420MenkesSKIII2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA, di dalam suatu layanan terapi dan rehabilitasi terdapat urutan tahapan awal pelayanan sebelum pasien memasuki tahapan rehabilitasi, yaitu : 1. Screening Screening merupakan proses untuk menentukanapakah calon pasien dapat menerima layanan atau mengikuti model terapi yang tersedia. Kegiatannya meliputi : A. wawancara singkat dengan calon pasien B. screening biologis tes darah, tes urin, tes fungsi hati, dan tes trigliserid 2. Intake, yaitu proses administrasi dan asesmen awal untuk masuk ke dalam program 3. Orientasi, yaitu memberikan gambaran tentang layanan program dan berbagai terapi di dalamnya, berbagai macam aturan yang harus diikuti dan hal-hal yang menjadi hak pasien di dalmnya 4. Assesment, yaitu wawancara konseling yang dilakukan oleh konselor untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, serta masalah yang dimiliki oleh pasien dan rencana kebutuhan terapi untuk pasien secara individu 5. Rencana Pengobatan, yaitu proses yang dilakukan oleh konselor atau profesi lain bersama pasien untuk mengidentifikasi dan mengurutkan masalah dan solusi yang diperlukan untuk membuat persetujauan segera untuk sasaran program jangka pendek dan jangka panjang, menetapkan proses pengobatanpenanganan dan sumber daya yang dibutuhkan 6. Konseling individual,kelompok, dan orang lain yang bermakna bagi pasien yang bertujuan membantu pasien dan keluarga mencapai tujuan pengobatan melalui eksplorasi masalh dan pengaruhnya terhadap pasien, menilai sikap dan perasaan pasien, mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah dan membuat keputusan 7. Rujukan,yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasien yang tidak dapt diperoleh dari konselorterapis atau tempat layanan serta membantu pasien untuk Universitas Sumatera Utara 25 menggunakan layanan dukungan dan sumber daya lain yang tersedia di masyarakat

2.2.5.3 Komponen Program Terapi dan Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

Tidak ada pengobatan atau penangan yang lengkap tanpa memperhatikan kebutuhan lain pasien yang juga penting. Ada dua belas layanan yang harus tersedia data tergabung sebagai komponen dalam pusat layanan ini yaitu : 1. Medikklinis, menyediakan layanan medispsikiatris secara profesional pada tempat dan pada saat diperlukan seta mampu menentukan baik kondisi fisik mauun psikologis pasien 2. Nutrisigizi, merencanakan dan menyediakan diet yang dibutuhkan pasien 3. Pemeriksaan dan konseling penyakit menular 4. Spiritual, menyediakan pendidikan agama dan mendorong pasien melakukan kegiatan ibadah menutrut kepercayaan mereka 5. Layananterapi keluarga, dilakukan untuk mendorong pasien yang menolak masuk ke dalam program pengobatan dan juga memelihara dukungan kepada pasien dalam proses pemulihan 6. Pencegahan kekambuhan, mengajarkan pasien untuk mengenai situasi dengan risiko tinggi dan faktor pencetus yang mungkin memnyebabkan penggunaan narkoba kembali, untuk mengembangkan strategi kemampuan menghadapi tekanan dari luardan belajar untuk mengelola situasi relapse 7. Aftercare, merupakan suatu lanjutan dari layanan perawatan seperti dukungan kepada kelompok pemulihan, konseling, latihan keterampilan hidup, penempatan kerja, rujukan, dan layanan lain sesuai kebutuhan pasien 8. Konseling, yaitu hubungan terapeutik antara pasien yang membutuhkan bantuan dengan konselor yang dapat menyediakan pertolongan dan dapat dilakukan secara individu, kelompok, maupu keluarga 9. Bantuan hukum, bertugas untuk membantu pasien dalam kebutuhan atau masalah yang berkaitan dengan aspek legal Universitas Sumatera Utara 26 10. Terapi vokasional, mengajarkan pasien untuk mampu bersosialisasi dan keterampilan bekerja untuk pasien sesuai dengan ,minat dan kompetensi mereka 11. Latihan keterampilan hidup, untuk mengembangkan keterampilan sosial untuk berkomunikasi lebih baik, meningkatkan harga dan kepercayaan diri dan menerapkan dasar-dasar kehidupan bersihbebas dari narkoba 12. Pendidikan dan informasi, utnuk melanjutkan pendidikan formal yang relevan dengan kemampuan pasien, meningkatkan pengetahuan tentang konsekuensi gaya hidup berisiko dan lain-lain.

2.2.5.4 Tahapan Pengobatan dan Hasil yang Diharapkan

Dalam pelayanan rehabilitasi, program dibangun untuk jangka panjang dengan tahapan-tahapan yang merupakan satu rangkaian pengobatan yang panjang. Dalam mengejar pemulihan, pasien dituntun untuk memiliki kemajuan secara berurutan dari satu tahapan ke tahapan lain seperti dari tahap detoksifikasi ke fase rehabilitasi primary, lalu ke tahap secondary, kemudian ke tahap aftercare dan tahap follow up lanjutan. Semua tahapan akan dilalui sesuai dengan kemajuan yang dialami pasien. Kemajuan pasien dapat dilihat dari pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada pasien dalam beberapa periode selama masa pengobatan. Secara garis besar, tahapan tersebut terbagi atas tiga urutan tahapan yaitu : 1. Tahap Pra pengobatan 2. Tahap Primary Care 3. Tahap After Care setelah 3-6 bulan Tahap pra pengobatan berlangsung selama 1-3 minggu. Tahap ini dijelaskan dalam tabel 2.2 berikut : Tabel 2.2 Tahap pra pengobatan Tahap Akti vita s Hasil yang diharapkan Identifikasi- intervensi kri si s Konseling individu dan keluarga  Memotivasi pasien untuk mendapatkan pengobatan  Menciptakan kesadarn tentang masalah yag dihadapi pasien Universitas Sumatera Utara 27 Penerimaan Pendaftaran Screening pemeriksaaan tubuh, wawancara, tes  Memperoleh informasi tentang pasien, keluarga, dan riwayat penggunaan narkoba Orientasi Program Tur fasilitas layanan, pengenalan singkat peraturan dan tata tertib layanan Diskusi dengan pasien dan keluarga  Pemahaman aturan dan tata tertib dalam fasilitas layanan  Persiapan psikologis pasien untuk pengobatan  Membangun hubungan dengan penanggung jawab  Merencanakan pengobatan Detoksi fika si Isolasi dalam ruang pengobatanperawatan  Penatalaksanaan gejala putus zat Penatalaksanaan komorbidita s Melakukan kajian dan pemeriksaan secara medis  Stabilisasi  Layanan kesehatan untuk penyakit lainnya Evaluasi Kajian ulang adan tinjauna untuk pengobatan lanjut ataurencana pengobatan baru  Membantu k emajuan dan kemampuan pasien secara menyeluruh Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420MenkesSKIII2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA Tahap primary care merupakan perawatan primer selama 12-14 bulan yang dijelaskan oleh tabel 2.3 berikut : Tabel 2.3 Tahapan Primer Tahapan Akti vita s Hasil yang diharapkan Sesi Terapeutik Konseling individu, s esi kelompok, sesi keluarga  Kegiatan lanjutan dalam pemulihan  Membangun ikatan dengan recovering addict yang senior Rekreasional Permainan outing Meningkatkan kes ehatan dan mempererat ikatan dalam program Pendidikan Seminar, speak ing,dan work shop Mengikutsertakan diri dalam kegiatan publik dana aktivitas umum Spiritual Seminar, diskusi, latihan dan penerapan Menerima adanya kekuatan tertinggi dan memahami keberadaan Tuhan Universitas Sumatera Utara 28 Perawatan kesehatan Assesmentpemeriksaaan dan pengobatan Seminar kesehatn Menjaga kesehatan fisik dan mental Pemahaman diri Membentuk hubunganberbagi diskusi Memperkuat keyakinan dan mempertimbangkan nilai-nilai yang dianut selama ini Kelompok Dukungan Support group Pertemuan Alcohol Anonymous dan Narcotic Anonymous Bersiap-siap untuk masuk program re-entry Mengembangkan keterampilan sosial Vokasional Latihan KerjaJob Training, Wawanc ara kerja Pengelolaan waktu dan keuangan Program latihan kerja Penempatan di tempat bekerja Pencegahan kekambuhan Seminar, Work shop, Diskusi Mengenali pola kambuh dan pencetus kekambuhan Mengembangkan kemampuan menghadapi masalah, mengelola relapse kambuh Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420MenkesSKIII2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA Tahapan terakhir yaitu aftercare berlangsung selama 3-6 bulan dan menjadi tahap di mana pasien mendapat bimbingan untuk tidak relapse dengan keterangan yang ditunjukkan oleh tabel 2.4 berikut : Tabel 2.4 Tahapan Aftercare Tahapan Akti vita s Hasil yang diharapkan Pertemuan support group twelve steps Konseling berkelanjutan, dukungan kelompok dalam proses pemulihan Menguatkan kestabilan Meningkatkan proses pemulihan secara keseluruhan Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420MenkesSKIII2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA Universitas Sumatera Utara 29 Salah satu model rehabilitasi jangka panjang yang umum digunakan adalah model Therapeutic Community. TC dapat digambarkan sebagai model yang sesuai dengan pasien yang membutuhkan lingkungan yang mendukung dan mempertahankan kondisi bebas narkoba. TC memberikan konsep peran contoh role model di mana pasien yang berada di level lebih atas menjadi panutan bagi pasien pada level di bawahnya. Residen, sebutan untuk pasien peserta TC, harus mengikuti tahapan yang ada dalam program, yaitu :

1. Proses

intake dan orientasi Proses ini berlangsung selama 2-4 minggu dengan kegiatan sebagai berikut: A. Wawancara awal B. Informed consent C. Pemeriksaan fisik D. Pengisian formulir E. Orientasi program walking paper F. Pengenalan program dan fasilitas layanan

2. Primary stage 6-9 bulan

Tahapan ini memiliki waktu proses yang berbeda tergantung kondisi residen, yang terdiri dari tiga yaitu anggota termuda, menengah, dan lama A. Younger member anggota termuda, 1-3 bulan, Memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Aktif mengikuti program b. Kegiatan family support group c. Kegiatan kelompok d. Belum dapat dikunjungi atau dihubungi keluarga B. Middle member anggota menengah, 4-6 bulan Memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Mulai bertanggung jawab atas sebagian operasonal fasilitas b. Sudah dapat berada di luar fasilitas rehabilitasi dengan pendamping c. Kegiatan kelompok dan family support group Universitas Sumatera Utara 30 C. Older member anggota lama, 6-8 bulan Memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Sudah bertanggung jawab penuh terhadap operasional fasilitas b. Sudah dapat dikunjungi oleh keluarga dalam periode waktu tertentu

3. Tahapan

re-entry 3-6 bulan Seperti tahap primary, tahap re-entry pun memiliki tahap lagi di dalamnya, yaitu fase orientasi, A, B, dan C. A. Fase orientasi Fase orientasi berlangsung selama 2 minggu dengan dengan karakteristik aktivitas sebagai berikut : a. Pengenalan program re-entry b. Didampingi residen senior c. Tidak boleh dikunjungi keluarga maupun berada di luar fasilitas rehabilitasi B. Fase A Fase A berlangsung selama 1,5-2 bulan dengan dengan karakteristik aktivitas sebagai berikut : a. Dapat dikunjungi keluarga setiap waktu b. Diberi ijin menginap di rumahnya 1 malam setiap 2 minggu sekali c. Boleh menerima uang saku setiap minggu dan beraktivitas di luar program TC C. Fase B Fase B dijalankan selama 2 bulan dan pada fase ini residen diberi ijin pulang menginap 2 malam setiap 2 minggu D. Fase C Fase C berlangsung selama 2 bulan. Pad fase ini residen sudah diberi ijin pulang dan mendapat konseling final bersama keluarga untuk memasuki program aftercare Universitas Sumatera Utara 31

4. Aftercare Program

Program ini berlangsung selama jagnka waktu tertentu hingga pasien ditetapkan dapat mengakhiri masa rehabilitasi. Semua program dilaksanakan di luar fasilitas TC dengan kegiatan sharing berkelompok untuk saling meningkatkan kemampuan dalam menangani masalah

2.2.6 Sarana Pelayanan Rehabilitasi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420MenkesSKIII2010, persyaratan minimal sarana dan prasarana dalam layanan terapi dan rehabilitasi narkoba terdiri atas: 1. Sarana berupa gedung kantor, ruang pemeriksaan, ruang perawatan, ruang konseling, ruang kelas, ruang asrama, ruang keterampilan, aula, dapur 2. Prasarana berupa jalan, listrik, air bersih, pagar, saluran air buangan, perlatan kantor, peralatan layanan medis dan nonmedis. Untuk rawat inap, seminimalnya memiliki : 1. Fasilitas detoksifikasi yaitu ruang perawatan 6-10 tempat tidur yang aman dari benda-benda yang membahayakan seperti tiangpipa besi yang dapat dipatahkan, kisi-kisi yang bisa untuk menggantung diri, kaca, benda tajam 2. Fasilitas rehabilitasi seperti asrama, ruang kantor, ruang kelas, ruang keterampilan, ruang makan, ruang rekreasi, aula, dapur, ruang olahraga, ruang untuk service area. Untuk sumber daya manusia yang dibutuhkan ,jenis layanan yang dilaksanakan berpengaruh pada jenis dan jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan. Dalam bidang teknis-medis, tenaga minimal yang dibutuhkan terdiri dari : 1. 1 orang psikiater atau dokter yang terlatih di bidang gangguan penyalahgunaan narkoba 2. 1 tim terdiri atas 8 orang Perawatparamedik 3. 1-2 orang instruktur.guru sesuai jenis kegiatan 4. 1 tim teridiri atas 3 orang konselor adiksi terltih 5. 1 orang pekerja sosial 6. 1 orang pembimbing agama Universitas Sumatera Utara 32 Dalam bidang administrasi pelayanan seminimalnya memiliki : 1. 1 orang tenaga pimpinan manajer program 2. 1 orang pegawai tata usaha 3. 1 orang petugas keuangan 4. 1 orang petugas kebersihan 5. 1 tim 4 orang petugas keamanan

2.3 Tinjauan Khusus

2.3.1 Deskripsi Singkat Proyek

Secara singkat. Proyek tugas akhir ini dideskripsikan sebagai berikut : Judul Proyek : Alcohol and Drug Rehabilitation Centre Fungsi : Fasilitas Kesehatan Lokasi : Jalan Lingkar Tuk-Tuk, Desa Wisata Tuk-Tuk, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara Luas Lahan : ± 2.76 Ha Pemilik : Swasta Karakteristik lahan : 1. Lokasi perancangan merupakan kawasan wisata yang termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional yaitu Kawasan Danau Toba dengan suasana yang masih lekat dengan kebudayaan Suku Batak dan suasana alam Pegunungan Bukit Barisan dan Danau Toba 2. Lahan berada pada lokasi yang berkontur landai dengan kemiringan rata- rata 6 di pinggir Danau Toba dan berhadapan langsung dengan Jalan Lingkar Tuk-Tuk 3. Lahan perancangan terletak di lokasi dengan kepadatan penduduk rendah dengan fungsi rumah penduduk 4. Di sekitar lokasi perancangan terdapat tempat wisata berupa hotel dan penginapan kecil dan toko souvenir Alcohol and Drug Rehabilitation Centre merupakan fasilitas kesehatan yang bertujuan untuk memulihkan keadaan mereka yang ketergantungan obat-obatan Universitas Sumatera Utara