struktur bangunan dan jaringan jalan yang padat sehingga mempersulit jangkauan ke lokasi kebakaran secara tepat waktu.
3. Wabah Penyakit Menular Disamping potensi mitigasi bencana alam yang telah dijelaskan diatas, juga
kejadian bencana luar biasa lainnya yang bisa ditimbulkan oleh sumber penular lainnya, yang berasal dari hewan seperti nyamuk Aides Agepty, lalat . Penyakit
menular ini dapat terjadi akibat kepadatan dan kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik akibat kurang kesadaran dan budaya bersih yang belum melekat pada
masyarakat sehingga menimbulkan berbagai penyakit, seperti demam berdarah dan diare, dan lain lain.
a. Demam Berdarah dan Diare
Adapun data kasus demam berdarah dan diare yang telah terjadi di wilayah Kota Tebing Tinggi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai
berikut :
Tabel : 8.40 Data Kasus Penderita Demam Berdarah Di Kota
Tebing Tinggi Tahun 2008-2011 No.
Jenis penyakit Menular
TAHUN Ket.
2008 2009
2010 2011
1. Demam Berdarah
Denque 149
230 381
176 2
Diare 1758
2720 2025
1550 3
Malaria 4
Chikungunya 228
5 dll
- -
- -
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011
b. Penyakit Zoonosis Flu
Burung Selain wabah penyakit demam berdarah dan chikungunya, ada juga penyakit yang
ditimbulkan melalui hewan unggas, yaitu penyakit hewan zoonosis. Hal ini perlu mendapat perhatian. Mengingat penyakit zoonosis pada hewan dapat menular pada
manusia bahkan dapat menyebabkan kematian, sehingga apabila telah terjadi sering dikatakan sebagai Kejadian Luar Biasa KLB, Penyakit Zoonosis tersebut
antara lain adalah penyakit Flu Burung, Penyakit Flu Burung Avian Influenza mulai masuk ke Indonesia termasuk ke Tebing Tinggi pada tahun 2003, sedangkan
di Kota Tebing Tinggi, virus ini mulai menjangkiti unggas pada tahun 2005. Tipe virus yang ditemukan di Indonesia adalah H5N1 yang bersifat ganas. Virus
tersebut pada umumnya menyerang unggas namun dapat juga menyerang manusia dan hingga saat ini belum ada obatnya. Apabila terjadi kontak langsung antara
manusia dengan unggas yang terjangkit virus flu burung akan mengakibatkan sesak nafas, demam sama dengan genjala flu biasa namun tidak dapat diobati..
Dengan mengetahui data, informasi, dan karakter dari setiap bencana secara lengkap merupakan langkah awal dari upaya mitigasi sehingga dalam aspek aspek
pembangunan akan memperhatikan kaidah-kaidah kebencanaan.
Bab VIII - 191
b. Permasalahan
Adapun beberapa permasalahan yang sering terjadi didalam pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana dan penanggulangan banjir adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas Tampung Sungai yang tidak sesuai dengan volume air; 2. Saluran Drainase masih belum terpelihara dengan baik, hal ini ditandai masih ada
saluran drainase yang sama sekali tidak berfungsi, sehingga dapat berdampak kepada tingkat kualitas jalan, dimana air tergenang yang dapat merusak kondisi
fisik jalan, akibatnya kegiatan transportasi tidak berjalan dengan lancar apalagi pada saat terjadi musim penghujan.
3. Tingginya tingkat sedimentasi sungaiPendangkalan sungai Padang, penyempitan pada hilir muara sungai Padang sementara sungai Padang merupakan sungai
penampungan dari 4 empat sungai yang ada di Kota Tebing Tinggi, karena apabila debit hujan di hulu sungai Kelembah Serdang Bedagai dan kota Tebing
Tinggi cukup tinggi, maka air di sungai Padang akan meluap dan menggenangi sebagian besar wilayah Kota Tebing Tinggi;
4. Masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat didalam merawat fasilitas umum yang diberikan oleh pemerintah seperti fasilitas jalan, fasilitas jembatan, fasilitas
MCK, fasilitas depot air siap minum, dan lain-lain. 5. Beberapa lokasi Daerah Aliran Sungai DAS sudah menjadi milik masyarakat
dibuktikan dengan adanya sertifikat hak milik tanah; 6. Sebagian Daerah Aliran Sungai DAS dimanfaatkan masyarakat bercocok tanam
palawija, sayuran, ubi kayu, padi, pohon karet dan kelapa sawit; 7. Terdapat bangunan perumahan penduduk, gudang pengolahan kayu, kantor,
tempat ibadah dengan posisi sampai ke tepi sungai dan bahkan dinding rumahnya berbatasan langsung dengan bibir sungai;
8. Masih terdapatnya masyarakat, pedagang, industri pengolahan yang masih membuang limbahnya langsung ke sungai yang akan berdampak kepada
pencemaran sungai, sementara beberapa kelompok masyarakat masih memanfaatkan air sungai untuk mencuci, mandi, dan lain-lain;
9. Kurangnya sumur-sumur resapan yang tersedia 10. Pola atau sistem bendungan yang ada belum terencana dengan baik
11. Kurangnya infrastruktur pada daerah aliran sungai bronjong, pintu air, tanggul
dan lain sebagainya 12. Berkurangnya lokasi-lokasi alamiah yang dapat mereduksi banjir lembah,
cekungan dan rawa-rawa. 13. Kota Tebing Tinggi merupakan daerah rawan bencana baik yang disebabkan oleh
alam maupun ulah manusia meliputi : gempa bumi, epidemik dan wabah penyakit, kebakaran gedung dan permukiman, angin putting beliung, dan banjir bandang
14. Jaringan prasarana dan sarana transportasi dan lalu lintas yang terintegrasi 15. Penyebaran fungsi dan pusat-pusat yang belum merata, belum adanya integrasi
antara sistem transportasi dan tata guna lahan sehingga pusat-pusat kegiatan tidak memiliki ruang untuk perpindahan moda transport dan sebaliknya terminal dan
titik-titik moda transport tidak ditetapkan sebagai pusat-pusat kegiatan kota.
Bab VIII - 192
16. Tidak seimbangnya pertumbuhanperubahan penggunaan lahan land- use dengan pengembangan jaringan jalan yang ada di perkotaan.
17. Penerapan manajemen lalu lintas yang kurang tepat. 18. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas prasarana jalan, jembatan.
19. Kondisi jalan saat ini sebenarnya relatif baik terutama di inti kota. Sedangkan pada
daerah pinggiran kota, peningkatan jaringan jalan dan jembatan telah dilakukan secara bertahap, yang disesuaikan dengan kemampuan alokasi anggaran.
20. Kurangnya koordinasi dan kerjasama dalam pembangunan dan pemeliharaan prasarana jalan, jembatan antara Pemerintah Kota Tebing Tinggi, Pemerintah
Pusat, Propinsi dan KabupatenKota sekitar Kota Tebing Tinggi. 21. Kewenangan pengelolaan jalan arteri masih menjadi tanggung jawab pemerintah
atasan. Sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan serta pemeliharaan jalan dan jembatan dengan pemerintah atasan, pemerintah daerah
kabupaten yang berbatasan dengan Kota Tebing Tinggi dan instansi yang memanfaatkan jaringan jalan dan jembatan juga belum optimal.
22. Rendahnya partisipasi masyarakat untuk membangun serta menjaga dan memelihara prasarana jalan dan jembatan. Kerusakan jalan sering disebabkan
aktivitas-aktivitas masyarakat yang melakukan pengangkutan material bahan bangunan seperti tanah yang melebihi kapasitas daya dukung konstruksi jalan,
timbunan bahan bangunan di badan atau di pinggir jalan yang menyebabkan terhalangnya aliran air ke drainase saat hujan, dan lain-lain.
23. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas data-base prasarana jalan, jembatan, drainase serta energi dan sumber daya mineral.Pembuatan data base jalan yang
telah dilakukan belum mampu mencakup keseluruhan kondisi ruas jalan yang ada di Kota Tebing Tinggi. Keberadaan data base dan sistem informasi jaringan jalan
dan jembatan sangat diperlukan untuk efektifitas dan efesiensi perencanaan pembangunan maupun pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan. Data base
berguna untuk memilih skala prioritas di antara banyaknya kebutuhan peningkatan jaringan jalan dan jembatan. Data yang benar dan lengkap dapat memudahkan
estimasi pembiayaan pembangunan dan juga manajemen waktu pelaksanaan pembangunan peningkatan pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan.
24. Masih rendahnya penyediaan rumah yang layak huni terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
25. Masih terdapatnya kawasan permukiman yang belum tertata secara baik. 26. Masalah penyediaan kebutuhan sarana prasarana permukiman.
27. Rendahnya prasarana dan sarana lingkungan perumahan 28. Prasarana permukiman juga masih kurang secara kualitas.
29. Permasalahan utama lainnya dalam penyelenggaraan urusan perumahan dan
permukiman dalam 5 lima tahun ke depan adalah terkait dengan peningkatan prasarana permukiman terkait dengan masih kurangnya penyediaan sarana air
bersih.
30. PDAM Tirta Bulian belum mampu menambah debit air bersih untuk mengimbangi pertambahan permintaan dari masyarakat.
31. Kesadaran masyarakat untuk membangun sanitasi yang baik masing kurang.
Bab VIII - 193
32. Kesulitan dalam membangun sistem sanitasi pada kawasan – kawasan permukiman padat penduduk.
33. Masalah Pencegahan dan Pemadam Kebakaran 34. Belum optimalnya sistem tanggap darurat bencana kebakaran, yang terdiri dari :
a. Frekwensi dan skala
kebakaran di Kota Tebing Tinggi b.
Adanya hambatan akses pencapaian lokasi kebakaran
c. Wilayah
Manajemen Kebakaran sebagai bahagian dari perencanaan Kota belum sesuai
Kepmeneg PU No.11KPTS2000. 35. Adanya keterbatasan dalam peningkatan kualitas pelayanan pemadam
kebakaran yang terdiri dari : a.
Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM aparatur pencegahan dan pemadaman kebakaran.
b. Minimnya sarana dan
prasarana pendukung pencegahan dan pemadaman kebakaran c.
Terbatasnya dana
operasional dan pemeliharaan Terbatasnya dana kesejahteraan dan jaminan keselamatan kerja bagi
petugas 36. Belum optimalnya peran serta masyarakat dan pencegahan bencana
kebakaran, yang terdiri dari : a.
bangunan gedung dan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan
37. Standar pelayanan kota 38. Penyediaan sarana dan prasarana publik belum didasari atas sistem rencana
penyediaan fasilitas berbasis kebutuhan masyarakat demand responsive approach.
39. Rendahnya peran serta masyarakat dalam memelihara sarana dan prasarana kota yang telah terbangun, menyebabkan seringkali fasilitas yang ada rusak
bahkan hilang. 40. Pemanfaatan sarana – sarana publik untuk kepentingan pribadi mengakibatkan
terganggunya kepentingan publik. 41. Ketersediaan dan kualitas fasilitas sosial dan fasilitas umum kota
42. Belum meratanya fasilitas pendidikan dan kesehatan di wilayah Kota Medan dan penempatan fasilitas sosial dan umum yang belum terintegrasi dengan
sarana angkutan umum. 43. Prasarana dan sarana listrik dan telekomunikasi
44. Terkait dengan krisis energi listrik, untuk itu selain perlu penambahan pembangkit tenaga listrik juga perlu direncanakan kota yang hemat energi
dengan menumpukan moda pergerakan menggunakan transportasi massal dan pejalan kaki serta bangunan hemat energi.
45. Belum adanya pemanfaatan energi listrik alternatif selain dari PLTA, PLTG, dan PLTU seperti pemanfaatan sampah, batu bara menjadi listrik.
46. Keberadaan tower telekomunikasi di Kota Tebing Tinggi saat ini masih belum tertata dengan baik.
47. Belum adanya aturan main yang jelas dan adil bagi semua pihak mengenai pembangunan tower bersama.
Bab VIII - 194
Dalam mengatasi beberapa permasalahan diatas maka pemerintah Kota Tebing Tinggi selalu berupaya dalam mengatasi setiap permasalahan yang ada sesuai
dengan kemampuan anggaran yang ada, baik yang dilaksanakan melalui dana APBD Kota DAU, APBD Propinsi, APBN DAK, dan sumber pendanaan lainnya yang
diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi. Dengan kekuatan SKPD dan anggaran yang ada, maka upaya yang direncanakan oleh pemerintah Kota Tebing
Tinggi untuk kurun waktu 5 lima tahun kedepan sebagai wujud implementasi pelaksanaaan visi dan misi pemerintah Kota Tebing Tinggi sebagaimana yang tertuang
didalam salah satu misi Walikota dan Wakil Walikota Tebing Tinggi didalam RPJMD Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 misi kelima yaitu : Menyelenggarakan
pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana secara terkoordinasi dengan titik berat pada penanggulangan banjir.
Adapun upayasolusi yang direncanakan adalah : 1.
Da lam menanggulangi banjir di Kota Tebing Tinggi maka salah satu kegiatan prioritas
yang direncanakan adalah membangun tanggul, dinding penahan, pembuatan kanalsodetan dan normalisasi sungai Padang, sungai Bahilang, sungai Kelembah,
sungai Sigiling dan sungai Sibarau, maka sebelum kegiatan dilaksanakan maka harus dilakukan surveyinvestigasi lapangan untuk mendapatkan data-data akurat dalam
rangka pembuatan desain kegiatan dan permasalahan yang akan diselesaikan di lapangan, dan jika kegiatan yang direncanakan siap untuk dilaksanakan di lapangan
maka perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat agar pelaksanaan . kegiatan tersebut mendapat dukungan penuh dari masyarakat swadaya masyarakat, sehingga
pelaksanaannya tidak terdapat kendala maupun hambatan di lapangan. Kemudian harus melibatkan DinasInstansi terkait Pemerintah Kota Tebing Tinggi untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan antara lain : Bappeda, Camat, Lurah, BPN, Dinas Pertanian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Badan Kesbang dan
Linmas, dan lain-lain yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ini. Dan juga perlu adanya jalinan kerja sama dengan pihak Kabupaten Serdang Bedagai, Dinas Pengairan
Pemprovsu, penanganan DAM IRIGASI BAJAYU Batak, Jawa. Melayu di sungai Padang yang mengairi areal persawahan desa Paya Lombang Kabupaten Serdang
Bedagai. Serta kerja sama dengan pihak Perkebunan Paya Pinang dimana pembangunan KanalSodetan, dan normalisasi sungai yang direncanakan akan
melintasi kawasan perkebunan tersebut. Disamping itu didalam pelaksanaannya dibutuhkan juga sarana dan prasarana pendukung seperti dukungan alat berat dan
sepeda motor pada Dinas pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi untuk operasional pelaksanaan kegiatan nantinya.
2. Me
mbuat, memperbaiki, memelihara saluran drainase kota Tebing Tinggi secara terintegrasi, mulai dari pemukiman penduduk sampai badan air terakhir Sungai;
3. Pe
mantauan cuaca yang bias secara tiba-tiba dan atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;
4. Me
monitoring ketinggian air sungai Padang dan sungai Bahilang untuk pendeteksian potensi banjir;
Bab VIII - 195
5. Me
mbentuk posko-posko kesiapsiagaan yang diketuai oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah serta Camat se-Kota Tebing Tinggi dan Lurah se-Kecamatan Kota
Tebing Tinggi yang daerah rawan bencana. Sedangkan Pernyataan status keadaan darurat bencana dipegang oleh Badan Penanggulangan Bencana selaku Komandan
Posko Penanggulangan Bencana.
Letak Kota Tebing Tinggi yang berada di jalur utama jalan lintas Sumatera dan merupakan titik pertemuan dan perpisahan jalur lintas tengah dan lintas timur merupakan
suatu implikasi bahwa kota ini merupakan tempat transit orang maupun barang, Adanya rencana pemindahan bandara terbesar di Provinsi Sumatera Utara dari Kota Medan ke
Kuala Namu diharapkan mampu menjadi peluang bagi Kota Tebing Tinggi. Hal tersebut didukung dengan adanya rencana Pemerintah untuk membangun jalan tol Kuala Namu -
Tebing Tinggi. Rencana pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung yang terletak tidak jauh dari Kota Tebing Tinggi juga diharapkan mampu meningkatkan perekonomian kota.
Terkait dengan pengembangan Bandara Kuala Namu dan Jalan Tol Kuala Namu – Tebing Tinggi paling sedikit memberikan dampak terhadap :
• Konversi guna lahan semakin besar, terutama pada konversi lahan pertanian
menjadi lahan pemukiman terutama yang terdapat di Kecamatan Rambutan dan Kecamatan Bajenis.
• Peningkatan pendapatan masyarakat yang dapat dilakukan melalui usulan kepada
Pemerintah untuk pembangunan cluster rest-area pada gerbang tol di wilayah Kota Tebing Tinggi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti penjualan hasil
industri kecilrumah tangga, sarana SPBU, rumah makanrestaurant, perbengkelan, dan lain-lain.
Secara Umum gambaran arah perkembangan fisik Kota Tebing Tinggi sebagai berikut :
a. Pusat Kegiatan Kota PKK Selatan
Kecamatan Padang Hulu berpotensi sebagai daerah pemukiman dengan KDB rendah dan Ruang Terbuka Hijau dan ditunjang oleh sarana wisata.
b. Pusat Kegiatan Kota PKK Utara
Kecamatan Rambutan berpotensi sebagai daerah Industri dan sebagai penunjangnya adalah pemukiman serta perdagangan dan fasilitas pelayanan kota.
c. Pusat Kegiatan Kota PKK Barat
Kecamatan Bajenis berpotensi sebagai daerah permukiman dan pertanian yang ditunjang oleh objek wisata.
d. Pusat Kegiatan Kota PKK Timur
Kecamatan Padang Hilir berpotensi sebagai daerah permukiman, Ruang Terbuka Hijau dan Kawasan Industri
e. Pusat Kegiatan Kota PKK Tengah
Kecamatan Padang Hilir berpotensi sebagai daerah permukiman, Ruang Terbuka Hijau dan Kawasan Industri.
c. Sasaran
1. Terwujudnya Kota Tebing Tinggi yang bebas banjir dan infrastruktur yang berkualitas, misalnya akses jalan, sarana drainase, pasar dan terminal;
2. Tersedianya infrastruktur, sarana dan prasarana yang berkualitas dan terdistribusi secara merata ke seluruh wilayah kota
3. Meningkatnya pelestarian fungsi lingkungan hidup dan digunakannya standard
Bab VIII - 196
pengelolaan lingkungan hidup dalam pembangunan, aktivitas sosial maupun ekonomi;
4. Tertatanya transportasi dan lalu lintas perkotaan.
d. Strategi dan Arah Kebijakan 1 Kebijakan pada Kota Jasa di bidang struktur dan infrastruktur;