litologi batu lempung, serpih, batu pasir halus, napal dan batu gamping pada beberapa formasi yang ada menunjukkan bahwa intensitas erosi pada
daerah penyelidikan cukup kuat, terutama pada daerah yang tidak ada vegetasinya akibat penebangan hutan yang tidak terkendali. Erosi yang
dominan terjadi pada daerah penyelidikan adalah erosi horisontal, hal ini dapat dilihat dari kondisi sungainya yang lebar yang menunjukkan bahwa
erosi horisontal lebih dominan dari erosi vertikal. Disamping itu dengan melihat kondisi fisik aliran air yang ada, dapat disimpulkan bahwa
kandungan sedimen air sungai cukup tinggi, dengan parameter fisik yang mudah dilihat yaitu keruhnya air Sungai Padang dan anak sungai lainnya
menandakan bahwa sungai-sungai tersebut mengandung konsentrasi material sedimen yang cukup besar.
5.8. Kajian Topografi
Maksud kegiatan kajian topografi dalam kegiatan ini adalah melakukan pengamatan topografi baik itu pengamatan situasi maupun elevasi untuk mengetahui
elevasi permukaan tanah di daerah studi. Dalam hal ini survey topografi dilaksanakan di beberapa lokasi sungai, yang berada di wilayah Kota Tebing Tinggi, yaitu pada
Sungai Padang sebagai induk beserta anak anak sungai lainnya.
Berdasarkan hasil studi, diketahui daerah-daerah yang bertopografi rendah antara lain Kampung Semut Kurnia atau Kampung Mandailing. Lokasi ini memiliki
harga garis kontur yani lebih rendah dari daerah lain, sehingga konsekwensinya adalah ketika banjir terjadi, aliran air akan mengarah daerah ini. Lokasi yang rendah
selanjutnya adalah Kecamatan Bajenis, yaitu di Kelurahan Padang Merbau Kampung Semut, Kelurahan Bandar Utama, Kelurahan Badak Bejuang dan Kelurahan Tebing
Tinggi Lama; Kecamatan Padang Hilir, yaitu di Kelurahan Tambangan Hulu dan Kelurahan Tambangan.
Dari analisa topografi tersebut dan ditambah dengan tidak mendukungnya prasarana penanggulangan banjir yang ada, maka dapat dipastikan daerah-daerah yang
bertopografi rendah tersebut merupakan arah aliran sekaligus tempat terakumulasi air limpasan, hal inilah yang menyebabkan potensi terjadinya banjir semakin besar. Seperti
dijelaskan pada bab-bab sebelumnya dengan kurang mendukungnya sistem drainase yang ada, tidak tersedianya pintu air, tidak berfungsinya bendungan yang ada, ditambah
perilaku sebahagian masyarakat yang masih suka membuang sampah pada badan sungai dan got, semua hal ini menambah besar terjadinya potensi banjir.
Manajemen bencana ini bertujuan untuk 1 mencegah kehilangan jiwa; 2 mengurangi penderitaan manusia; 3 memberi informasi masyarakat dan pihak
berwenang mengenai risiko, serta 4 mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis. Selama ini, di dalam praktek penanggulangan
bencana masih ditekankan pada saat serta pasca terjadi bencana. Sementara itu, pada tahap pra bencana masih sangat terbatas pada tahap pencegahan. Kegiatan pada tahap
pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. Kegiatan pada tahap
sebelum terjadinya bencana, dikenal dengan istilah
Mitigasi atau
penjinakanperedaman. Menurut UU No. 242007 tentang Penanggulangan Bencana, pasal 1, ayat 9,
“Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
Bab VIII - 189
menghadapi ancaman bencana” Secara umum, dalam prakteknya mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam mitigasi struktural dan mitigasi non struktural berhubungan
dengan usaha – usaha pembangunan konstruksi fisik, sementara mitigasi non struktural antara lain meliputi perencanaan tata guna lahan disesuaikan dengan kerentanan
wilayahnya dan memberlakukan peraturan law enfocement pembangunan. Upaya mitigasi dan tindakan-tindakan antisipasinya adalah syarat mutlak untuk dapat hidup
berdampingan dengan bencana yang sering terjadi di Kota Tebing tinggi seperti Bencana Alam Natural disaster, Bencana Non-Alam Manmade disaster, dan
Wilayah Penyakit Menular. Dengan upaya mitigasi terhadap bencana-bencana tersebut dapat mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum
bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Data dan Informasi kejadian bencana di Kota Tebing Tinggi pada tahun
2008 adalah sebagai berikut :
1. Bencana Alam Banjir
Volume kejadian sebanyak 3 kali. Jumlah korban sebanyak 637 jiwa.
2. Bencana Non-Alam Bencana lain yang kadang terjadi di Kota Tebing Tinggi adalah kebakaran. Data
statistik untuk peristiwa kebakaran, baik kebakaran tunggal maupun kebakaran massal di Kota Tebing Tinggi selama periode 2006-2010 di daerah permukiman
di pusat kota cukup tinggi. Gambaran umum bencana kebakaran ini dapat dilihat pada tabel 5.15 di bawah ini.
Tabel : 8.39 Rekapitulasi Laporan Kebakaran di Kota Tebing Tinggi
Tahun 2006-2010
Tahun Bulan
Banyaknya Banyaknya Kebakaran
Perkiraan Kerugian Victim of Fire
Material Rp.000.- YearMonth
Kebakaran Meninggal
Luka-luka Suffer a Material Loss
Fire Death
Injury 1
2 3
4 5
2006
6 -
- 475.000.000
2007
6 -
1 651.000.000
2008 6
- 1
563.000.000 2009
5 1
- 692.000.000
2010 11
- 1
1.761.500.000
Sumber : Badan Kesbang dan Linmas
Secara umum faktor utama penyebab terjadinya bencana kebakaran adalah listrik, kompor, lampu, rokok, obat nyamuk dan lain-lain sebagai kelalaian ataupun
hal-hal yang tidak dapat diperkirakan. Tantangan penanggulangan kejadian kebakaran adalah prasarana dan sarana pemadam kebakaran yang relatif masih terbatas, dan
Bab VIII - 190
struktur bangunan dan jaringan jalan yang padat sehingga mempersulit jangkauan ke lokasi kebakaran secara tepat waktu.
3. Wabah Penyakit Menular Disamping potensi mitigasi bencana alam yang telah dijelaskan diatas, juga
kejadian bencana luar biasa lainnya yang bisa ditimbulkan oleh sumber penular lainnya, yang berasal dari hewan seperti nyamuk Aides Agepty, lalat . Penyakit
menular ini dapat terjadi akibat kepadatan dan kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik akibat kurang kesadaran dan budaya bersih yang belum melekat pada
masyarakat sehingga menimbulkan berbagai penyakit, seperti demam berdarah dan diare, dan lain lain.
a. Demam Berdarah dan Diare