Kajian Topografi BAB VIII UPGRADE 1450830 wib dispenda

litologi batu lempung, serpih, batu pasir halus, napal dan batu gamping pada beberapa formasi yang ada menunjukkan bahwa intensitas erosi pada daerah penyelidikan cukup kuat, terutama pada daerah yang tidak ada vegetasinya akibat penebangan hutan yang tidak terkendali. Erosi yang dominan terjadi pada daerah penyelidikan adalah erosi horisontal, hal ini dapat dilihat dari kondisi sungainya yang lebar yang menunjukkan bahwa erosi horisontal lebih dominan dari erosi vertikal. Disamping itu dengan melihat kondisi fisik aliran air yang ada, dapat disimpulkan bahwa kandungan sedimen air sungai cukup tinggi, dengan parameter fisik yang mudah dilihat yaitu keruhnya air Sungai Padang dan anak sungai lainnya menandakan bahwa sungai-sungai tersebut mengandung konsentrasi material sedimen yang cukup besar.

5.8. Kajian Topografi

Maksud kegiatan kajian topografi dalam kegiatan ini adalah melakukan pengamatan topografi baik itu pengamatan situasi maupun elevasi untuk mengetahui elevasi permukaan tanah di daerah studi. Dalam hal ini survey topografi dilaksanakan di beberapa lokasi sungai, yang berada di wilayah Kota Tebing Tinggi, yaitu pada Sungai Padang sebagai induk beserta anak anak sungai lainnya. Berdasarkan hasil studi, diketahui daerah-daerah yang bertopografi rendah antara lain Kampung Semut Kurnia atau Kampung Mandailing. Lokasi ini memiliki harga garis kontur yani lebih rendah dari daerah lain, sehingga konsekwensinya adalah ketika banjir terjadi, aliran air akan mengarah daerah ini. Lokasi yang rendah selanjutnya adalah Kecamatan Bajenis, yaitu di Kelurahan Padang Merbau Kampung Semut, Kelurahan Bandar Utama, Kelurahan Badak Bejuang dan Kelurahan Tebing Tinggi Lama; Kecamatan Padang Hilir, yaitu di Kelurahan Tambangan Hulu dan Kelurahan Tambangan. Dari analisa topografi tersebut dan ditambah dengan tidak mendukungnya prasarana penanggulangan banjir yang ada, maka dapat dipastikan daerah-daerah yang bertopografi rendah tersebut merupakan arah aliran sekaligus tempat terakumulasi air limpasan, hal inilah yang menyebabkan potensi terjadinya banjir semakin besar. Seperti dijelaskan pada bab-bab sebelumnya dengan kurang mendukungnya sistem drainase yang ada, tidak tersedianya pintu air, tidak berfungsinya bendungan yang ada, ditambah perilaku sebahagian masyarakat yang masih suka membuang sampah pada badan sungai dan got, semua hal ini menambah besar terjadinya potensi banjir. Manajemen bencana ini bertujuan untuk 1 mencegah kehilangan jiwa; 2 mengurangi penderitaan manusia; 3 memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta 4 mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis. Selama ini, di dalam praktek penanggulangan bencana masih ditekankan pada saat serta pasca terjadi bencana. Sementara itu, pada tahap pra bencana masih sangat terbatas pada tahap pencegahan. Kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. Kegiatan pada tahap sebelum terjadinya bencana, dikenal dengan istilah Mitigasi atau penjinakanperedaman. Menurut UU No. 242007 tentang Penanggulangan Bencana, pasal 1, ayat 9, “Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan Bab VIII - 189 menghadapi ancaman bencana” Secara umum, dalam prakteknya mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam mitigasi struktural dan mitigasi non struktural berhubungan dengan usaha – usaha pembangunan konstruksi fisik, sementara mitigasi non struktural antara lain meliputi perencanaan tata guna lahan disesuaikan dengan kerentanan wilayahnya dan memberlakukan peraturan law enfocement pembangunan. Upaya mitigasi dan tindakan-tindakan antisipasinya adalah syarat mutlak untuk dapat hidup berdampingan dengan bencana yang sering terjadi di Kota Tebing tinggi seperti Bencana Alam Natural disaster, Bencana Non-Alam Manmade disaster, dan Wilayah Penyakit Menular. Dengan upaya mitigasi terhadap bencana-bencana tersebut dapat mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Data dan Informasi kejadian bencana di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2008 adalah sebagai berikut : 1. Bencana Alam Banjir Volume kejadian sebanyak 3 kali. Jumlah korban sebanyak 637 jiwa. 2. Bencana Non-Alam Bencana lain yang kadang terjadi di Kota Tebing Tinggi adalah kebakaran. Data statistik untuk peristiwa kebakaran, baik kebakaran tunggal maupun kebakaran massal di Kota Tebing Tinggi selama periode 2006-2010 di daerah permukiman di pusat kota cukup tinggi. Gambaran umum bencana kebakaran ini dapat dilihat pada tabel 5.15 di bawah ini. Tabel : 8.39 Rekapitulasi Laporan Kebakaran di Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 Tahun Bulan Banyaknya Banyaknya Kebakaran Perkiraan Kerugian Victim of Fire Material Rp.000.- YearMonth Kebakaran Meninggal Luka-luka Suffer a Material Loss Fire Death Injury 1 2 3 4 5 2006 6 - - 475.000.000 2007 6 - 1 651.000.000 2008 6 - 1 563.000.000 2009 5 1 - 692.000.000 2010 11 - 1 1.761.500.000 Sumber : Badan Kesbang dan Linmas Secara umum faktor utama penyebab terjadinya bencana kebakaran adalah listrik, kompor, lampu, rokok, obat nyamuk dan lain-lain sebagai kelalaian ataupun hal-hal yang tidak dapat diperkirakan. Tantangan penanggulangan kejadian kebakaran adalah prasarana dan sarana pemadam kebakaran yang relatif masih terbatas, dan Bab VIII - 190 struktur bangunan dan jaringan jalan yang padat sehingga mempersulit jangkauan ke lokasi kebakaran secara tepat waktu. 3. Wabah Penyakit Menular Disamping potensi mitigasi bencana alam yang telah dijelaskan diatas, juga kejadian bencana luar biasa lainnya yang bisa ditimbulkan oleh sumber penular lainnya, yang berasal dari hewan seperti nyamuk Aides Agepty, lalat . Penyakit menular ini dapat terjadi akibat kepadatan dan kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik akibat kurang kesadaran dan budaya bersih yang belum melekat pada masyarakat sehingga menimbulkan berbagai penyakit, seperti demam berdarah dan diare, dan lain lain.

a. Demam Berdarah dan Diare