INDIKASI RENCANA PROGRAM DAN KEBUTUHAN PENDANAAN UNTUK MEWUJUDKAN MISI KETIGA Permasalahan

8.3 INDIKASI RENCANA PROGRAM DAN KEBUTUHAN PENDANAAN UNTUK MEWUJUDKAN MISI KETIGA

Dalam upaya mewujudkan Misi Ketiga: Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas hidup untuk mewujudkan masyarakat sehat, cerdas dan berkualitas, maka indikasi rencana program dan kebutuhan pendanaan untuk tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut : Agenda Prioritas Kesehatan 1 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Anak, Ibu dan Reproduksi; 2 Penambahan sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit; 3 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan; 4 Peningkatan Ketersediaan Obat Generik dan Perbekalan Kesehatan; 5 Pengembangan kebijakan dan pembinaan kesertaan ber-KB; 6 Menjadikan Rumah Sakit Umum H. dr. Kumpulan Pane Tebing Tinggi sebagai Rumah Sakit rujukan tingkat Regional; 7 Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja KRR; 8 Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender Dan Anak; 9 Pelayanan Kesehatan Rujukan bagi Masyarakat Miskin melalui Jamkesmas dan Jamkesda serta Melanjutkan pemberian Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda sebagai pengembangan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas; 10 Penanggulangan HIVAIDS dan Penyakit menular lainnya; 11 Mengadakan kerjasama dengan Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta baik dalam dan Luar Negeri untuk peningkatan kualitas pelayanan Rumah Sakit; 12 Pencegahan masyarakat dari narkotika dan penanganan kesehatan masyarakat korban narkotika. 13 Pembinaan Standarisasi, Akreditasi dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan; 14 Peningkatan Kesehatan Lansia; 15 Pengelolaan data dan informasi kesehatan; 16 Perbaikan Gizi Masyarakat 17 Program Peningkatan Sumber Daya Manusia 18 Penyehatan Lingkungan 19 Pengaturan, pembinaan, pengawasan, pengembangan system penyediaan air minum serta pengelolaan pengembangan infrastruktur sanitasi dan persampahan

a. Kondisi Umum

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan UUD 1945, yang mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kesehatan yang baik akan menghasilkan kualitas manusia yang lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas masyarakat. Kunci sukses dalam pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh komitmen dari semua pihak, baik dari lingkungan eksekutif, legislatif, masyarakat maupun swasta, serta harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip : 1 Perikemanusian, yang mengandung arti pembangunan kesehatan harus berlandaskan pada prinsip perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Bab VIII - 67 Esa. Tenaga kesehatan perlu berbudi luhur, memegang teguh etika profesi, dan selalu menerapkan prinsip peri kemanusiaan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, 2 Pemberdayaan dan Kemandirian, yang berarti setiap orang dan masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya. Pembangunan kesehatan harus mampu mem-bangkitkan dan mendorong peran aktif masyarakat. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri serta kepribadian bangsa dan semangat solidaritas sosial serta gotong-royong, 3 Adil dan Merata, yang berarti dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonominya, serta 4 Pengutamaan dan Manfaat, yaitu pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan atau golongan dan pembangunan kesehatan diarahkan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut dan keluarga miskin. Derajat kesehatan masyarakat dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kemajuan pembangunan, di mana untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut, pada hakekatnya ada 4 empat faktor yang harus mendapat perhatian dan penanganan secara komprehensif, yaitu : 1. Kualitas pelayanan kesehatan SDM dan saranaprasarana kesehatan, 2. prilaku masyarakat, 3. lingkungan, dan 4. Keturunan. Dengan penanganan yang lebih komprehensif terhadap ke 4 empat faktor tersebut, tujuan pembangunan kesehatan akan dapat lebih mudah untuk diwujudkan. Di Kota Tebing Tinggi, Pembangunan kesehatan selama tahun 2006-2010 telah menunjukkan perkembangan yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari indikator makro kesehatan penduduk yang menunjukkan angka-angka yang semakin baik. Salah satu unsur pembangunan yang paling utama adalah sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang cukup besar yang dimiliki oleh suatu negara adalah merupakan sumber daya yang tak ternilai harganya. Tetapi tidak hanya jumlah penduduk yang besar saja yang diperlukan dalam menunjang tercapainya pembangunan, yang lebih utama adalah tingkat kualitas sumber daya manusianya itu sendiri. Untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, salah satunya diperlukan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan masyarakat dapat diartikan semakin baik kualitas sumber daya manusianya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya derajat kesehatan masyarakat adalah kurangnya sarana pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan yang tidak memadai serta rendahnya konsumsi makanan bergizi, tetapi faktor terpenting dalam upaya peningkatan kesehatan ada pada manusianya sebagai subyek sekaligus obyek dari upaya tersebut. Pembangunan dibidang kesehatan merupakan bagian dari Pembangunan Nasional, karena pembangunan di bidang kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan pemerintah melalui program kesehatannya, seperti memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan menyediakan fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat. Dibawah ini akan dibahas mengenai bagaimana angka kesakitan, penolong kelahiran, pemberian ASI dan Status Gizi Balita, dan Angka Harapan Hidup.

1. Angka Kesakitan Morbidity Rate

Bab VIII - 68 Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan karena dengan penduduk yang sehat, pembangunan diharapkan dapat berjalan dengan lancar. Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan penduduk adalah Angka Kesakitan Morbidity Rate yang bisa dilihat dari besarnya penduduk yang mengalami gangguan kesehatan dan juga lamanya mengalami gangguan kesehatan. Tabel : 8.8 Persentase Penduduk menurut jenis keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang lalu Tahun 2004, 2006 dan 2009 Jenis Keluhan 2004 2006 2009 1. Panas 6,25 4,43 7,23 2. Batuk 9,27 5,72 6,46 3. Pilek 9,50 6,38 30,20 4. Asma 0,85 0,69 2,04 5. Diare 0,66 0,75 5,19 6. Sakit Kepala 3,70 1,81 11,32 7. Sakit Gigi 1,05 0,52 2,50 8. Lainnya 4,03 2,73 35,05 Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tebing Tinggi, 2010 Susenas 2004, 2006 dan 2009. Dari tabel di atas terlihat bahwa keluhan kesehatan yang banyak diderita oleh penduduk Kota Tebing Tinggi dalam kurun waktu 2004, 2006 dan 2009 adalah penyakit pilek, sakit kepala dan batuk. Tabel : 8.9 Persentase Penduduk Kota Tebing Tinggi yang mempunyai keluhan kesehatan menurut Jenis Kelamin Tahun 2004, 2006 dan 2009 Tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan 1 2 3 4 2004 16,57 17,31 16,95 2006 15,37 18,30 16,80 2009 26,83 25,40 26,11 Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tebing Tinggi, 2010 Susenas 2004, 2006 dan 2009. Keluhan Kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis, kecelakaan, kriminal atau lain- lain. Berdasarkan hasil sasaran tahun 2009, persentase penduduk kota Tebing Tinggi yang mempunyai keluhan kesehatan sebesar 26,11. Hal ini mengalami kenaikan dibanding dengan tahun sebelumnya, dimana tahun 2006 sebanyak 16,80. Jika dilihat menurut jenis kelamin, ternyata persentase penduduk perempuan yang mempunyai keluhan kesehatan relatif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Dimana untuk penduduk Bab VIII - 69 laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan pada tahun 2009 sebanyak 26,83 sedangkan untuk penduduk perempuan sebanyak 25,40.

2. Penolong Kelahiran

Penolong Kelahiran bayi dapat dijadikan sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat kesehatan masyarakat terutama derajat kesehatan ibu dan bayi. Dilihat dari kesehatan ibu, persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis seperti dokter dan bidan dapat dianggap lebih baik dibanding penolong kelahiran yang lain. Penolong Persalinan Pertama oleh tenaga medis Dokter, Bidan, Perawat dan Tenaga Kesehatan lainnya berkaitan erat dengan terjaminnya proses kelahiran bayi secara aman, baik bagi ibu maupun bayinya. Bayi yang lahir dengan kondisi kesehatan yang baik akan berpengaruh positif pada proses tumbuh kembang selanjutnya secara optimal. Tabel : 8.10 Persentase Balita di Kota Tebing Tinggi menurut penolong kelahiran Tahun 2004, 2006 dan 2009 Penolong Kelahiran 2004 2006 2009 1 2 3 4 Dokter 8,22 3,20 11,56 Bidan 90,91 96,33 88,03 Tenaga Medis 0,00 0,00 0,00 Dukun 0,87 0,46 0,41 Lainnya 0,01 0,00 0,00 Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tebing Tinggi, 2010 Susenas 2004, 2006 dan 2009. Dari hasil SUSENAS tahun 2009, untuk Kota Tebing Tinggi sudah seluruhnya penolong persalinan bayi adalah dokter dan bidan, dimana 88,30 kelahiran bayi ditolong oleh bidan dan 11,56 kelahiran bayi ditolong oleh Dokter. Meningkatnya persentase penolong kelahiran oleh bidan dan dokter menunjukkan semakin baiknya kemampuan dan pola pikir masyarakat terhadap keberadaan bidan dan dokter.

3. Pemberian ASI dan Status Gizi Balita

Kesehatan anak berumur di bawah lima tahun Balita merupakan salah satu indikator yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Balita yang sehat merupakan aset yang besar dalam kelangsungan masa depan bangsa. Tingkat kecerdasan anak dipengaruhi oleh kualitas makanan yang diberikan pada saat anak berusia balita dan pemberian Air Susu Ibu ASI sewaktu bayi. Pola dan lama pemberian ASI memberikan pengaruh yang sangat positif pada kondisi kesehatan dan proses tumbuh kembang anak balita secara optimal. ASI mengandung zat yang mempunyai berbagai fungsi yang belum dapat dihasilkan sendiri oleh bayi. Enzim dalam ASI membantu pertumbuhan otak, pembentukan tulang serta mencegah penyakit dan infeksi pada bayi. ASI eksklusif dianjurkan oleh para ahli kesehatan karena dipercaya mempunyai manfaat yang sangat besar baik bagi ibu sebagai suatu bentuk perwujudan kasih sayang maupun bagi bayi untuk kesehatannya kelak. Sejauh mana pemberian ASI pada balita di Kota Tebing Tinggi dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel : 8.11 Bab VIII - 70 Persentase Balita menurut lamanya disusui di Kota Tebing Tinggi Tahun 2004, 2006 dan 2009 Lama disusui bulan 2004 2006 2009 1 2 3 4 0,00 0,00 11,14 1-5 15,28 1,55 12,82 6-11 19,44 12,40 14,47 12-17 36,11 41,86 30,55 18-23 13,43 22,48 14,06 23 15,74 21,71 16,93 Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tebing Tinggi 2010 Susenas 2004, 2006 dan 2009.

4. Angka Harapan Hidup AHH

Angka Harapan Hidup secara umum dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan penduduk,dan sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam masyarakat, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara keseluruhan. Kebijaksanaan peningkatan kesehatan antara lain adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membiasakan diri menuju hidup sehat, diperkirakan sangat membantu memperpanjang harapan hidup penduduk. Kemudian adanya peningkatan taraf sosial ekonomi masyarakat memungkinkan penduduk untuk memperoleh perawatan kesehatan yang lebih baik sehingga dapat memperpanjang usia. Sejalan dengan hal Angka Harapan Hidup tersebut, menurut hasil perhitungan tahun 2004 ada sebesar 70,1, sementara tahun 2006 sebesar 70,3 dan tahun 2009 menjadi 71,2 Kecenderungan meningkatnya angka harapan hidup ini adalah karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan semakin meningkatnya pula kondisi sosial ekonomi, yang sangat memungkinkan memberikan jalan bagi perbaikan gizi serta kesehatan dilingkungan masyarakat itu sendiri maka angka harapan hidup naik. Bila dilihat Angka Harapan Hidup AHH tahun 2009 dimasing masing kota di Propinsi Sumatera Utara, dimana Kota Tebing Tinggi menduduki urutan ke-4 71,2 setelah Kota Binjai. Tabel : 8.12 Bab VIII - 71 Angka Harapan Hidup di masing masing Kota di Propinsi Sumatera UtaraTahun 2004, 2006 dan 2009 Kota Harapan hidup 2004 2006 2009 1 2 3 4 1. Sibolga 69,0 69,2 70,1 2. Tanjung Balai 68,1 68,9 70,0 3. Pematangsiantar 71,0 71,4 72,0 4. Tebing Tinggi 70,1 70,3 71,2 5. M e d a n 69,9 70,7 71,7 6. B i n j a i 70,1 70,5 71,6 7. Padangsidimpuan 68,1 68,8 69,4 Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara. Tabel 8.13 Indikator Kesehatan Masyarakat Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 No Jenis Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 I Mortalitas 1. Angka Kematian Bayi AKB Permil Per 1000 kelahiran hidup 3,73 6,83 3,83 5,70 61000 LH 2. Angka Kematian Balita AKABA Permil 14,91 18,96 14,01 15,2 Tdk ada data 3. Angka Kematian Ibu Melahirkan AKI Per 100.000 Kelahiran Hidup 37,98 151,62 159,24 129,91 119,52 4. Angka Harapan Hidup AHH Tahun 70,5 69 70,3 70,9 71,07 II Morbiditas 1. Angka kesembuhan penderita TB paru atau BTA + 82,2 83,12 86,16 99,42 94,57 2. Angka kesakitan DBD Per 100.000 penduduk 290,41 127,57 126,25 163,05 381 3. Prevalensi HIV Tdk ditemuka n kasus Tdk ditemuka n kasus Tdk ditemuka n kasus 0,003 0,007 4. Angka Accut Flaccid Paralysis AFP Polio pada anak 15 tahun. Per 100.000 anak Tdk ditemuka n kasus Tdk ditemuka n kasus Tdk ditemuka n kasus 2,45 Tidak ditemukan kasus III Status Gizi 1. Prevalensi Berat badan bayi lahir rendah. 4,29 4,03 0,38 0,19 0,12 2. Balita gizi kurang 3,39 2,95 1,96 1,72 1,62 3. Persentasi kecamatan bebas rawan gizi. 100 100 100 100 100 4. Prevalensi ibu hamil kurang energy kronis KEK. 9,87 17,22 12,64 17,82 3,94 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi, 2010 Dari tabel 8.13 di atas, terlihat bahwa angka kematian bayi pada tahun 2010 sudah mulai menurun dimana pada tahun 2009 angka kematian bayi 9 orang per 1000 kelahiran Bab VIII - 72 total sedangkan pada tahun 2010 menjadi 6 per 1000 kelahiran total. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya jumlah dokter dan bidan yang menolong persalinan serta tingkat pengetahuan dan kesadaran ibu melahirkan sudah mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan menurunnya juga jumlah angka ibu yang mati pada saat melahirkan yaitu pada tahun 2009 dan tahun 2010 tidak ditemukan kasus ibu yang mati pada saat melahirkan serta semakin menurunnya prevalensi ibu hamil kurang energy kronis KEK karena tingkat kesadaran ibu melahirkan semakin meningkat dan telah rutin memeriksakan kehamilannya pada bidan atau dokter yang ada di puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, dan rumah sakit. Dan angka kematian balita pada tahun 2010 tidak ada, hal ini juga menunjukkan semakin baiknya tingkat kesehatan masyarakat. Sedangkan Angka Harapan Hidup AHH pada tahun 2010 adalah 71,3 Tahun, hal ini menunjukkan semakin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Begitu juga dengan kondisi penduduk yang menderita TB. Paru mulai menurun, hal ini menunjukkan semakin tingginya tingkat derajat kesehatan masyarakat dan perilaku hidup bersih. Ditinjau dari status gizi masyarakat sudah sangat membaik, dan pada tahun 2010 tidak ditemukannya status kerawanan gizi, dan semakin menurunnya balita gizi kurang dan prevalensi Berat badan bayi lahir rendah yaitu pada tahun 2010 hanya 0,12 persen. Indikator-indikator di atas menunjukkan adanya perbaikan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. indikator kesehatan tersebut di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : pelayanan kesehatan, kondisi kesehatan, prilaku masyarakat, lingkungan, perumahan, pendidikan, penghasilan, dan keturunan. Pada hakekatnya keberhasilan pemerintah kota dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut tidak terlepas dari dukung masyarakat dan dunia usaha melalui 3 tiga upaya pokok, yaitu : 1 Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat melalui upaya promotif dan preventif yang dipadukan secara seimbang dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Sasaran utama upaya ini adalah seluruh masyarakat di 35 Kelurahan agar berperilaku hidup bersih dan sehat, serta seluruh keluarga agar sadar gizi. 2 Meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran utamanya adalah : setiap penduduk miskin mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, setiap bayi, anak, ibu dan kelompok masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit, di setiap Kelurahan tersedia SDM kesehatan yang kompeten, di setiap Kelurahan tersedia cukup obat esensial dan alat kesehatan dasar, setiap Puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya memenuhi standar mutu. 3 Meningkatkan manajemen dan pembiayaan kesehatan. Sasaran utama dari upaya ini adalah : pembangunan kesehatan memperoleh prioritas penganggaran pemerintah kota, anggaran kesehatan diutamakan untuk pencegahan dan promosi kesehatan, dan terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi penduduk miskin. Dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, kewajiban pokok Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam penyelenggaraan urusan wajib kesehatan adalah memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, terutama bagi ibu dan anak, serta penduduk miskin. Di samping itu, dari sisi anggaran, Pemerintah Kota juga wajib mengalokasikan anggaran kesehatan yang memadai minimal 10 dari APBD setiap tahunnya guna menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat. Pembangunan kesehatan di Kota Tebing Tinggi ke depan harus diarahkan pada upaya peningkatan promotif dan preventif disamping peningkatan akses pelayanan Bab VIII - 73 kesehatan bagi masyarakat, utamanya kesehatan ibu, anak dan penduduk miskin. Disamping itu, reformasi pembangunan kesehatan perlu juga dilakukan dengan mengubah paradigma masyarakat terhadap kesehatan yang selama ini diartikan pengobatan kuratif, diubah menjadi “sehat itu indah, dan sehat itu gratis”. Sakit secara gratis itu hanya ditujukan bagi penduduk yang tidak mampu, miskin, dan sangat miskin. Hal ini ditunjukkan semakin tingginya tingkat respon dan kepedulian Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui upaya pemberian pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin melalui pemberian Kartu Jamkesmas dan Jamkesda, yang direncanakan pada tahun 2012 akan menampung peserta Jamkesda sebanyak 15.000 orang dan diharapkan sampai dengan tahun 2016 lebih meningkat lagi diatas 15.000 sehingga semakin terjaganya tingkat kesehatan masyarakat Kota Tebing Tinggi. Pembangunan kesehatan di Kota Tebing Tinggi ke depan harus dirancang dengan berwawasan kepada “Pembangunan Kesehatan Berbasis Prilaku”. Wawasan pembangunan kesehatan tersebut mengandung arti bahwa pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan sustainable development. Disamping itu, untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian MDGs pada tahun 2015 dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat secara keseluruhan seperti yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Secara umum sasaran pokok penyelenggaraan kesehatan di Kota Tebing Tinggi yaitu : Meningkatkan kualitas hidup masyarakat mulai dari bayi-balita sampai dewasa serta terselenggaranya pelayanan kesehatan yang mudah, murah, berkualitas dan dimilikinya kualitas lingkungan hidup yang nyaman dan terjaga; Peningkatan kesadaran masyarakat untuk untuk hidup bersih dan sehat melalui upaya promotif dan preventif didukung oleh komitmen Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui peningkatan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, seperti peningkatan status Rumah Sakit Umum Dr. H. kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi dari status B menjadi status pelayanannya Badan Layanan Umum Daerah BLUD. Serta meningkatnya jumlah pelayanan kesehatan yang ditandai dengan jumlah puskesmas ada sebanyak 9 unit dan peningkatan status puskesmas yang mempunyai pelayanan kesehatan unggulan 9 unit, puskesmas pembantu ada sebanyak 14 unit, puskesmas keliling 5 unit, apotik 14 .unit, toko obat sehat 13 unit yang tersebar di wilayah pemerintah kota Tebing Tinggi, serta perbaikan kualitas sarana dan prasarana PuskesmasPustu, dan dibentuknya Kelurahan siaga di 35 Kelurahan. Di samping peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat terkait dengan akses, mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. Akses, mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan menjadi sangat penting karena berhubungan langsung dengan kualitas kesehatan masyarakat. Ada 4 empat indikator yang menunjukkan bahwa akses, mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan telah diimplementasikan di masyarakat, yaitu : 1 pemanfaatan masyarakat terhadap layanan Puskesmas dan jaringannya, 2 pemanfaatan masyarakat terhadap pelayanan Rumah Sakit, 3 perbandingan antara Rumah Sakit dengan laboratorium kesehatan, dan 4 kemampuan Rumah Sakit memberikan 4 jenis pelayanan dokter spesialis dasar, serta tersedianya obat generik dan non generik. Khusus sarana kesehatan Pemerintah Kota Tebing tinggi untuk pelayanan dasar di Kota Tebing Tinggi memiliki 9 puskesmas dengan rasio terhadap penduduk tahun 2010 menunjukkan 1 :15.670 penduduk dan didukung oleh puskesmas pembantu 14 unit dan 1 unit Balai Pengobatan. Rasio Pustu terhadap penduduk mencapai 1 : 10.000 penduduk dan Bab VIII - 74 apabila dibandingkan dengan jumlah Kelurahan maka rasio Pustu terhadap Kelurahan 1:2,5. Sarana pelayanan rujukan terdiri dari Rumah Sakit dr. H. Kumpulan Pane, Sri Pamela, Bhayangkara, RSU Herna dan Kesuma Indah. Dengan total Jumlah Tempat tidur 403 buah. Rasio Sarana Kesehatan rujukan rumah sakit terhadap penduduk adalah 1 : 27.882 sedangkan rasio tempat tidur terhadap jumlah penduduk adalah 1 : 346. Sarana Kesehatan selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel : 8.14 SaranaPrasarana dan Tenaga Kesehatan Tahun 2010 No Sarana dan SDM Kesehatan Jumlah 1. Rumah Sakit Umum Pemerintah 1 2. Rumah Sakit BUMN 1 3. Rumah Sakit ABRI 1 4. Rumah Sakit Khusus 5. Rumah Sakit Swasta 2 6. Puskesmas 9 7. Puskesmas Pembantu 14 8. Balai Pengobatan Pemerintah 1 9. Gudang Farmasi Kota 1 10. Praktel Dokter 45 11. Praktek Bidan 52 12. Laboratorium Klinik Pemerintah 1 13. Laboratorium Klinik Swasta 3 14 Laboratorium Kualitas Air Pemerintah 1 15. BKIA Swasta 16. Rumah Bersalin Swasta 6 17. Optical 6 18. Apotik 14 19. Toko Obat Berizin 13 20. Pos Kesehatan Kelurahan 25 21. Posyandu 125 22. Pengobatan Tradisional 8 22. Posyandu Lansia 35 Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Dari tabel diatas terlihat bahwa disamping sarana kesehatan pemerintah dan swasta, terdapat sarana kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu, pos lansia, dan pos kelurahan siaga yang difasilitasi oleh pemerintah sebagaimana dijelaskan diatas. Sedangkan kebutuhan Tenaga Kesehatan, ditinjau dari sumberdaya kesehatan, bahwa sampai dengan akhir tahun 2010, hampir semua tenaga kesehatan belum memadai menurut Stándar Kesehatan Rasio per 100.000 Penduduk, seperti terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel : 8.15 Kebutuhan Tenaga Kesehatan berdasarkan Rasio terhadap 100.000 Penduduk Bab VIII - 75 di Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 No Sarana dan SDM Kesehatan Jumlah 1. Dokter 10 2. Dokter Spesialis 2 3. Dokter Gigi 2 4. Apoteker dan Farmasi 6 5. Bidan 8 6. Perawat 31 7. Ahli Gizi 7 8. Ahli Sanitasi 42 9. Ahli Kesehatan Masyarakat 40 Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Dari tabel 8.15 di atas terlihat bahwa saranaprasarana dan tenaga kesehatan di Kota Tebing Tinggi jumlahnya sudah cukup memadai, hanya saja kebutuhan dokter spesialis masih sangat terbatas. Dan upaya pemerintah dalam meningkatkan sumberdaya melalui pengiriman tenaga dokter umum untuk mengambil dokter spesialis. Namun yang menjadi permasalahan adalah masih terbatasnya tenaga medis dan paramedis yang mampu mengoperasikan sarana dan prasarana kesehatan yang disediakan misalnya salah satunya pembacaan status foto rontgen bagian radiologi. Proporsi tenaga kesehatan menurut unit pelayanan kesehatan tahun 2010 di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi menunjukkan bahwa dari 670 pegawai, rinciannya terdiri dari 277 pegawai 41.34 diantaranya bertugas di Puskesmas, 324 Pegawai 48,35 ditempatkan di Rumah Sakit Umum, 69 Pegawai 14.32 di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi, khusus tenaga di lingkungan Dinas Kesehatan. Dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan kesehatan di Kota Tebing Tinggi, pemerintah kota harus mempunyai komitmen yang kuat dalam pengelolaan manajemen dan pembiayaan kesehatan dan harus mendukung Undang-Undang pembiayaan kesehatan yang baru, yang mensyaratkan KabKota menyediakan anggaran kesehatan 10 dari APBD dan 5 dari APBN. Salah satu langkah awal yang harus dilakukan pemerintah kota adalah pembenahan dan penguatan manajemen dan pembiayaan kesehatan. Penguatan manajemen dan pembiayaan kesehatan tersebut diharapkan dapat mengarahkan pembangunan kesehatan menjadi salah satu prioritas penganggaran dari pemerintah kota, dimana anggaran kesehatan tersebut diutamakan untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan, serta untuk menciptakan sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi kesehatan ibu dan anak serta warga miskin. Tabel : 8.16 Alokasi Anggaran Kesehatan Dalam APBD Kota Tebing Tinggi Tahun 2007-2011 No Belanja langsung BTL 2007 000 2008 000 2009 000 2010 000 2011 000 1. Belanja Tidak Langsung 9.907.149.000 17.782.073.000 19.445.349.000 22.034.876.306 27.922.993.117 2. Belanja Langsung 17.733.697.450 23.397.842.240 31.455.216.500 18.576.914.300 36.541.886.700 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Dari tabel 8.16 di atas terlihat bahwa anggaran pembangunan kesehatan menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun, tapi disadari bahwa anggaran tersebut belum sepenuhnya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau kepada Bab VIII - 76 seluruh masyarakat. Dukungan pembiayaan dari berbagi pihak masih sangat dibutuhkan, terutama dari pemerintah provinsi, pemerintah pusat, masyarakat, dan dunia usaha. Sedangkan dalam pelayanan Keluarga Berencana terutama bagi keluarga kurang mampu, maka Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum dr. H. Kumpulan Pane, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB, serta Puskesmas yang ada senantiasa memberiklan pelayanan KB kepada masyarakat. Secara khusus adalah menjadi tugas pokok dan fungsi Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Tebing Tinggi, dimana pelayanan yang diberikan didalam Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera adalah : 1 Akses dan Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana terutama bagi Keluarga Kurang Mampu Sementara itu, guna mewujudkan norma keluarga kecil sejahtera, pembangunan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan kota yang berkelanjutan. Hal ini diselenggarakan melalui pengendalian kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas insani serta sumber daya manusia melalui keluarga berencana dan keluarga sejahtera. Sejalan dengan itu, Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Pembangunan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, menyatakan bahwa pembangunan keluarga berencana dan keluarga sejahtera, adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera dapat diukur dengan pengklasifikasian sebagai berikut:  Keluarga Pra Sejahtera. Yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya basic needs secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan dasar bagi anak usia sekolah.  Keluarga Sejahtera Tahap I. Yaitu keluarga-keluarga yang baru dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya socio psychological needs, seperti kebutuhan akan agamaibadah, kualitas makanan, pakaian, papan, penghasilan, pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana.  Keluarga Sejahtera Tahap II. Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembangannya developmental needs, seperti kebutuhan untuk peningkatan pengetahuan agama, interaksi dengan anggota keluarga dan lingkungannya, serta akses kebutuhan memperoleh informasi.  Keluarga Sejahtera Tahap III. Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, seperti memberikan sumbangan kontribusi secara teratur kepada masyarakat, dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan, serta berperan serta secara aktif, seperti menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan dan sebagainya.  Keluarga Sejahtera Tahap III Plus. Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, yaitu kebutuhan dasar, sosial psikologis, pengembangan serta aktualisasi diri, terutama Bab VIII - 77 dalam memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Sampai dengan akhir Tahun 2011, angka keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera diperkirakan mencapai 7614 KK atau 21,05 dari 36171 KK. Perkembangan keluarga menurut tahapan keluarga sejahtera di Kota Tebing Tinggi selama periode 2008-2010 adalah sebagai berikut: Tabel : 8.17 Perkembangan Keluarga Menurut Tahapan KS Periode 2007-2009 TAHUN URAIAN KEPALA KELUARGA PRA-S KS I KS II KS III KS III + 2008 JUMLAH KK 34.742 358 7.475 11.473 12.622 2.814 2009 JUMLAH KK 35.702 355 7.305 11.856 13.085 3.101 2010 JUMLAH KK 37.046 286 7.430 12.938 12.993 3.399 Sumber: Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB Sasaran yang ingin dicapai pada Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera pada tahun 2010 adalah: 1. Tercapainya Tingkat Pertumbuhan Penduduk yang Proporsional. 2. Meningkatnya Kualitas dan Kesejahteraan Keluarga. Untuk menunjang keberhasilan pencapaian sasaran ini program utama yang dilaksanakan adalah : 1. Keluarga Berencana. 2. Kesehatan Reproduksi Remaja KRR. 3. Pelayanan Kontrasepsi. 4. Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga. Indikator yang menunjukkan keberhasilan dan kegagalan sasaran tercapainya tingkat pertumbuhan penduduk yang proporsional dan meningkatnya kualitas dan kesejahteraan keluarga, target dan capaiannya adalah sebagai berikut: Tabel : 8.18 Indikator yang menunjukkan keberhasilan dan kegagalan Pencapaian Sasaran Tahun 2009-2010 Bab VIII - 78 No . Indikator Sasaran Satuan Realisasi Tahun 2009 Kondisi Tahun 2010 Ket. Target Realisas i Persentase Pencapaia n Target 1. Laju Pertumbuhan Penduduk. 1,66 1,48 1,48 150 Capil 2. Angka Kelahiran Jumlah Penduduk yang Tercatat Kelahirannya. 2,04 2,01 - - Capil 3. Jumlah Pasangan Usia Subur. PUS 24,908 25,243 25,950 102 K.Pemberdayaan Perempuan dan KB 4. Pasangan Usia Subur PUS menjadi peserta aktif Keluarga Berencana. PUS 17,954 17,232 18,370 106 K.Pemberdayaan Perempuan dan KB 5. Angka Partisipasi Keluarga Berencana. 72,08 78,2 70,78 30,51 K.Pemberdayaan Perempuan dan KB 6. Proporasi Kepesertaan KB Pria. 6,53 5,32 101 23,59 K.Pemberdayaan Perempuan dan KB 7. Jumlah Kelompok Pendamping Bina Keluarga. Kelomp ok 41 35 35 - K.Pemberdayaan Perempuan dan KB 8. Keluarga yang telah Mendapatkan Bina Keluarga Balita. Keluarga 1.358 1644 1.686 103 K.Pemberdayaan Perempuan dan KB 9. Keluarga yang telah Mendapatkan Bina Keluarga Remaja. Keluarga 1.025 1.351 870 64 K.Pemberdayaan Perempuan dan KB 10. Keluarga yang telah mendapatkan Bina Keluarga Lansia. Keluarga 1.083 565 898 159 K.Pemberdayaan Perempuan dan KB 11. Jumlah UUPPKS Kelomp ok 22 22 21 70 K.Pemberdayaan Perempuan dan KB Sumber: Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa indikator yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran: 1. Tercapainya tingkat pertumbuhan penduduk yang proporsional antara lain: a. Laju pertumbuhan penduduk kota Tebing Tinggi pada tahun 2009 sebesar 1,66 sedangkan tahun 2010 laju pertumbuhan sebesar 1,48 terjadi penurunan sebesar 0,18. b. Angka kelahiran jumlah penduduk tercatat kelahirannya. Jumlah penduduk yang tercatat kelahirannya pada tahun 2009 2.04, sedangkan pada tahun 2010 tidak ada data. c. Jumlah pasangan usia subur pada tahun 2010 ditargetkan sebanyak 25.243 PUS pasangan usia subur dan terealisasi sebanyak 25.950 PUS, jika dibandingkan pada tahun 2009 sebanyak 24.908 PUS mengalami peningkatan sebanyak 1.042 PUS 4,18, hal ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat kota Tebing Tinggi untuk menjadi Pasangan Usia Subur PUS cukup tinggi. d. Pasangan Usia Subur PUS menjadi peserta aktif keluarga berencana pada tahun 2010 ditargetkan pasangan usia subur PUS menjadi peserta aktif Keluarga Berencana sebanyak 17.232 PUS dan terealisasi sebanyak 18.370 PUS jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 17.954 PUS maka mengalami Bab VIII - 79 peningkatan sebanyak 416 PUS 2,32, hal ini dikarenakan tingkat kesadaran pasangan usia subur PUS untuk ikut menjadi Keluarga Berencana bertambah. e. Angka partisipasi keluarga berencana pada tahun 2010 ditargetkan angka partisipasi keluarga berencana sebesar 68,26 dan terealisasi sebesar 78,2 dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 72,08 persentasenya mengalami peningkatan sebesar 6,12, hal ini menunjukkan masyarakat kota Tebing Tinggi telah memahami pentingnya Keluarga Berencana. f. Proporsi kepesertaan KB pria pada tahun 2010 realisasinya sebesar 101 mengalami peningkatan sebesar 94,47 jika dibandingkan tahun 2009 sebesar 6,53. 2. Meningkatnya Kualitas dan Kesejahteraan Keluarga antara lain: a. Jumlah kelompok pendamping Bina Keluarga pada tahun 2010, jumlah kelompok pendamping Bina Keluarga ditargetkan sebanyak 35 kelompok dan terealisasi sebanyak 35 kelompok jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 41 kelompok hal ini menunjukkan adanya penurunan sebanyak 6 kelompok. b. Keluarga yang telah mendapatkan Bina Keluarga Balita pada tahun 2010, keluarga yang telah mendapatkan Bina Keluarga Balita ditargetkan 1.644 keluarga dan terealisasi sebesar 1.686 keluarga 103. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 1.358 keluarga terjadi kenaikan sebanyak 328 keluarga. c. Keluarga yang telah mendapatkan Bina Keluarga Remaja pada tahun 2010, keluarga yang telah mendapatkkan Bina Keluarga Remaja ditargetkan sebesar 1.351 keluarga dan terealisasi sebesar 870 keluarga dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 1.025 keluarga mengalami penurunan sebesar 155 keluarga, ini disebabkan sudah banyak yang mendapatkan Bina Keluarga Remaja. d. Keluarga yang telah mendapatkan Bina Keluarga Lansia pada tahun 2010, keluarga yang telah mendapatkan Bina Keluarga Lansia ditargetkan sebesar 565 keluarga mengalami penurunan sebesar 185 keluarga, yang disebabkan sudah banyaknya keluarga telah mendapatkan Bina Keluarga Lansia. e. Jumlah UPPKS pada tahun 2010, jumlah UPPKS ditargetkan sebesar 30 kelompok dan terealisasi sebesar 21 kelompok, jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 22 kelompok, terjadi penurunan sebanyak 1 kelompok.

b. Permasalahan

Berdasarkan kondisi umum penyelenggaraan urusan kesehatan sampai tahun 2010, berbagai permasalahan pokok penyelenggaraan kesehatan di Kota Tebing Tinggi dapat disajikan sebagai berikut : 1. Masih ditemukannya kasus DBD dan TB Paru; 2. Masih ditemukannya balita gizi kurang; 3. Masih kurangnya dokter spesialis, bidan dan perawat; 4. Masih kurangnya sarana prasarana kesehatan; Beberapa upaya pokok yang diperkirakan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk untuk hidup bersih dan sehat, anatara lain adalah :  Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi KIE. Bab VIII - 80  Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat, seperti pos pelayanan terpadu, rumahklinik bersalin, usaha kesehatan sekolah, Kelurahan Siaga dan generasi muda.  Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.  Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat miskin.  Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan.  Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan, dan  Pengembangan lingkunganwilayah sehat. Permasalahan utama dalam upaya peningkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan, antara lain adalah masih relatif rendahnya kualitas tenaga kesehatan, belum optimalnya pelaksanaan pelayanan rujukan dan belum sepenuhnya memenuhi harapan masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Beberapa upaya pokok yang diperkirakan dapat meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan, antara lain :  Meningkatkan SDM dokter, khususnya tenaga spesialis dan paramedis  Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya.  Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya.  Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial.  Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar.  Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan.  Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin  Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit.  Pengadaan obat dan perbekalan rumah sakit.  Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan.  Peningkatan peran serta sektor swasta dalam upaya kesehatan. Permasalahan utama dalam upaya meningkatkan manajemen dan pembiayaan kesehatan, antara lain ditandai dengan relatif masih lemahnya manajemen kesehatan terutama pada tingkat Puskesmas dan Rumah Sakit. Lemahnya manajemen kesehatan ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya masyarakat Kota Tebing Tinggi yang berobat keluar negeri terutama ke MalaysiaPenang. Beberapa upaya pokok yang dianggap dapat meningkatkan manajemen dan pembiayaan kesehatan di Kota Tebing Tinggi antara lain:  Pengkajian dan penyusunan kebijakan.  Pengembangan sistem perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum kesehatan.  Pengembangan sistem informasi kesehatan.  Pengembangan sistem kesehatan daerah.  Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan masyarakat secara kapitasi dan praupaya terutama bagi penduduk miskin yang berkelanjutan.  Penelitian dan pengembangan kesehatan. Bab VIII - 81  Pengembangan tenaga peneliti, sarana dan prasarana penelitian.  Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan.  Meningkatkan perencanaan penganggaran kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan, dimana diharapkan dengan perencanaan yang baik, anggaran kesehatan dapat lebih efisien dan efektif dalam menunjang pembangunan kesehatan.  Mendorong meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembiayaan kesehatan.

c. Sasaran