Terlihat bahwa persentase penduduk yang berumur 10 tahun ke atas di Kota Tebing Tinggi yang masih sekolah di tingkat Diploma Sarjana dari tahun ke tahun sedikit
mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa masyarakat mulai menyadari akan arti pentingnya pendidikan sampai ke tingkat perguruan tinggi.
2. Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Kualitas sumber daya manusia dapat digambarkan dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, semakin tinggi tingkat pendidikannya maka bisa dikatakan semakin
tinggi juga kualitas SDM tersebut. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi
jenjang pendidikan seseorang, kemungkinannya untuk memperoleh pekerjaan semakin besar sehingga tingkat kesejahteraannya diharapkan semakin meningkat dan secara tidak
langsung semakin meningkatnya pola pikir masyarakat terutama dalam menerima perubahan dan kemajuan zaman.
Tabel : 8.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun keatas di Kota Tebing Tinggi menurut
Pendidikan Tahun 2004, 2006 dan 2009.
Status Pendidikan 2004
2006 2009
Tidak belum pernah sekolah 1,30
1,51 1,08
Tidak belum tamat SD 11,42
12,36 10,16
SD 25,78
27,65 26,32
SLTP 25,40
25,13 24,22
SLTA 30,78
28,94 32,27
Diploma I, II, III 2,49
1,99 1,95
Diploma IV S1 2,83
2,42 4,00
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tebing Tinggi 2010 Susenas 2004, 2006 dan 2009.
Pendidikan penduduk Kota Tebing Tinggi bisa dikatakan sudah terjadi peningkatan terutama untuk penduduk yang tamat SLTA keatas. Pada tahun 2009 penduduk yang SLTA
dari 28,94 naik menjadi 32,27. Terlihat juga bahwa kesadaran penududuk untuk melanjutkan pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi juga semakin meningkat hal ini di
gambarkan dari penduduk yang tamat Diploma dengan sarjana, kalau pada tahun 2006 hanya sekitar 4,41 pada tahun 2009 meningkat menjadi 5,95.
3. Angka Buta Huruf
Angka buta huruf orang dewasa adalah persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang tidak dapat membaca dan menulis. Sebab-sebab langsung yang
mempengaruhi angka melek huruf dan buta huruf orang dewasa adalah ketersediaan sarana belajar di masyarakat antara lain tersedianya sekolah, koran buku, televisi dan media masa
lainnya serta kelompok belajar yang dapat dijadikan sebagai sarana belajar bagi masyarakat. Sedangkan sebab tidak langsungnya adalah status sosial ekonomi yang rendah
dan kurangnya kesadaran masyarakat akan arti dan makna melek huruf serta kebijakan politis, dan masyarakat.
Hampir semua penduduk di Kota Tebing Tinggi mampu dan mengerti baca tulis, dimana penduduk yang masih buta huruf pada tahun 2009 menjadi 1,23 dari total
penduduk. Namun demikian masih perlu adanya perhatian dari pihak pemerintah untuk mengupayakan supaya nantinya di kota ini tidak ada lagi penduduk yang buta huruf.
Apabila dilihat perbedaan menurut jenis kelamin maka persentase penduduk perempuan yang buta huruf lebih tinggi dari penduduk laki-laki. Hal tersebut dapat
Bab VIII - 19
dimaklumi mengingat kesempatan kaum laki-laki untuk memperoleh pendidikan lebih tinggi dari kaum perempuan. Namun untuk tahun-tahun kedepan kemungkinan perbedaan
ini tidak akan terlihat lagi, karena seiring dengan berjalannya waktu maka kesempatan kaum laki-laki dan perempuan dalam pendidikan akan sama.
Tabel : 8.5 Persentase Penduduk 10 tahun keatas yang Buta Huruf menurut Kelompok, Umur
dan Jenis Kelamin Tahun 2004, 2006 dan 2009
Kota 2004
2006 2009
L P
L+P L
P L+P
L P
L+P
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Tebing Tinggi 0,69
2,35 1,54
0,09 2,79
1,43 0,52
1,93 1,23
Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tebing Tinggi, 2010 Susenas 2004, 2006 dan 2009.
Melestarikan budaya local, kearifan local Local Wisdom dan budaya bangsa melalui pertunjukan seni dan budaya bangsa;
Ruang lingkup peningkatan kualitas budaya dan pengembangan inovasi daerah terdiri atas : 1 Memelihara dan mengembangkan warisan budaya lokal, 2 Mengembangkan
kelembagaan terpadu pengelolaan cagar budaya dan kawasan bersejarah, 3 Meningkatkan sarana pengembangan, pendalaman, dan pagelaran seni budaya, 4 Meningkatkan minat
dan budaya gemar membaca masyarakat, 5 Meningkatkan jati diri masyarakat berbasis keragaman budaya, dan 6 Meningkatkan dialog budaya. Ruang lingkup peningkatan
kualitas budaya dan pengembangan inovasi daerah tersebut dapat dijabarkan dalam uraian berikut :
1 Memelihara dan mengembangkan warisan budaya local
Penduduk Kota Tebing Tinggi yang dihuni oleh berbagai etnis budaya, suku dan agama yang beraneka ragam maka Fungsi tersebut menyebabkan Kota Tebing Tinggi
menjadi tempat berkumpulnya beragam suku etnis dan agama. Keberagaman etnis dan agama masyarakat yang sangat pluralis tersebut tentunya
berdampak terhadap berkembangnya keberagaman nilai-nilai budaya. Hal tersebut sangat menguntungkan, sebab tidak satupun kebudayaan yang ada berciri menghambat kemajuan
moderenisasi. Sebaliknya, dengan tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan pembangunan
kepariwisataan yang muncul dalam tarian daerah, alat musik, adat istiadat, kelezatan kuliner, bangunan fisik dan sebagainya.
Segenap kekayaan budaya tersebut tentunya sangat penting untuk dilestarikan dan dikembangkan, karena daya saing suatu daerah
sangat ditentukan oleh keberadaan khazanah budaya yang ada.
2 Meningkatkan sarana pengembangan, pendalaman, dan pagelaran seni budaya
Pengembangan jati diri masyarakat sangat relevan dalam peningkatan daya saing daerah. Seni dan budaya adalah refleksi dari karakter masyarakat yang perlu terus
dipelihara dan dikembangkan. Untuk itu dibutuhkan sarana dan prasarana untuk pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Bab VIII - 20
3 Meningkatkan minat dan budaya gemar membaca masyarakat.
Berdasarkan hasil local21 Unesco, minat baca masyarakat Indonesia paling rendah di Asean. Sementara, menurut local21 yang dilakukan terhadap 39 negara di dunia, Indonesia
menempati posisi ke-38. Hal tersebut dibuktikan juga dengan tingkat kunjungan masyarakat ke perpustakaan daerah yang hanya 0,83. Oleh karenanya permasalahan
utama dalam penyelenggaraan urusan perpustakaan dalam 5 tahun ke depan adalah terkait dengan peningkatan minat baca masyarakat. Minat baca sangat menentukan inovasi dan
kreatifitas masyarakat khususnya anak-anak sekolah dan mahasiswa sehingga memudahkan mereka untuk memiliki wawasan pengetahuan yang lebih luas dan cinta budaya daerah.
Adapun kegiatan yang dapat dilakukan guna merangsang minat baca masyarakat, antara lain dengan menyelenggarakan Lomba Bercerita Cerita Rakyat, Lomba Penulisan Artikel,
dan lain sebagainya serta dilengkapinya koleksi perpustakaan dengan buku-buku yang up to date sesuai dengan perkembangan teknologi dan informasi.
Untuk mengukur tingkat capaian kinerja pada local21tor jumlah pengunjung perpustakaan di Kota Tebing Tinggi digunakan rasio antara jumlah kunjungan ke
perpustakaan selama 1 tahun dengan jumlah orang dalam populasi yang harus dilayani. Pada tahun 2010 dari target jumlah pengunjung ke perpustakaan daerah di Kota Tebing
Tinggi sebanyak 80.000 orang dalam 1 satu tahun yang terealisasi sebanyak 58.818 orang atau 52 persen. Dan jumlah pengunjung pada tahun 2011 ditargetkan sebanyak 80.000
orang dalam setahun. Sedangkan jumlah rumah baca yang ada di kelurahan rata-rata hanya dikunjungi masyarakat pada tahun 2010 sebesar 40 persen saja.
Dengan demikian, tingkat capaian kinerja untuk local21tor jumlah pengunjung perpustakaan di Kota Tebing Tinggi masih sangat minim, yaitu sekitar 52 persen.
Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Tebing Tinggi masih belum menyadari sepenuhnya akan pentingnya keberadaan sebuah perpustakaan umum dan masih rendahnya
minat baca di kalangan siswa sekolah. Untuk mengatasi fenomena tersebut, berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Tebing Tinggi adalah kegiatan supervisi pembinaan
dan stimulasi perpustakaan di 35 kelurahan, melakukan penyuluhan minat dan kebiasaan membaca pada siswai SLTP dan SLTA di 17 sekolah di Kota Tebing Tinggi, melakukan
publikasi dan sosialisasi minat dan budaya baca melalui layanan perpustakaan keliling bagi masyarakat dan sekolah dan melakukan layanan fasilitasi internet.
4 Meningkatkan dialog budaya,
Dialog budaya merupakan forum yang diharapkan dapat mengungkapkan berbagai potensi dan problematika kebudayaan di suatu wilayah, serta membahas kemungkinan-
kemungkinan yang bisa dilakukan bersama atau kerjasama sinergis antar seniman maupun kelompok etnis di wilayah tersebut.
Sampai saat ini pelaksanaan kegiatan dialog budaya masih belum maksimal dan perlu terus digalakkan pada masa yang akan datang. Dialog budaya ini perlu dilaksanakan secara
rutin di Kota Tebing Tinggi, guna menghindari pluralisme SARA suku, agama ras antar golongan. Berdasarkan keamanan beragama, berbudaya dan bersuku bangsa belum pernah
terjadi adanya konflik SARA yang terjadi, akan tetapi pada masa yang akan dating perlu diwaspadai keamanan didalam menghindari kemungkinan adanya konflik SARA terkait
dengan banyaknya suku pendatang yang mengadu nasib di Kota Tebing Tinggi didalam mencari nafkah. Dengan dialog budaya diharapkan dapat mengeleminasi konflik terbuka di
masyarakat yang kerap berujung pada kekerasan, akibat adanya perbedaan latar belakang etnik dan agama.
Dialog juga budaya akan membangun kesadaran bersama di antara pendukung budaya etnik yang berbeda-beda dan meyakinkan masing-masing pihak bahwa perbedaan yang
muncul merupakan suatu kelebihan. Dengan demikian, melalui dialog budaya akan
Bab VIII - 21
ditemukan kebenaran bersama. Dengan melakukan dialog budaya selain akan membangun kesadaran bersama di antara etnik yang nantinya dapat mengeleminasi konflik akibat
berbedaan tradisi, juga dapat menciptakan kehidupan yang harmonis antar pendukung budaya yang berbeda.
Selain Urusan wajib Pendidikan maka untuk menunjang keberhasilan pencapaian sasaran ”Meningkatnya kualitas organisasi kepemudaan dan meningkatnya prestasi olah
raga”, pada Urusan Wajib Pemuda dan Olah Raga program yang dilaksanakan pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:
1.
Peningkatan Peran serta Kepemudaan. 2.
Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda.
3. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.
4. Pembinaan dan Permasyarakatan Olah Raga.
5. Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga.
Indikator yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan atas pencapaian sasaran. ”Meningkatnya Kualitas Organisasi Kepemudaan dan Meningkatnya Prestasi Olah Raga”,
berikut target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Tabel : 8.6 Indikator yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan
Urusan Wajib Pemuda dan Olah Raga Tahun 2009 dan 2010
N0. Indikator Sasaran
Satuan Realisasi
Tahun 2009 Kondisi Tahun 2010
Target Realisasi
Persentase Pencapaian
Target Ket.
1. Organisasi pemuda yang
terdaftar dan aktif menjalankan kegiatan
organisasi. 63
63 69,23
109,83 Badan
Kesbang Linmas
2. Partisipasi pemuda dan
organisasi kepemudaan dalam kegiatan pemerintah
daerah. 100
100 60
60 Badan
Kesbang Linmas
Disporabudpar
3. Jumlah anggota pramuka.
Orang 2.050
2.050 2.050
100 Disporabud
par
4. Anggota kepemudaan.
Orang 1.050
1.150 1.150
100 Disporabud
par
5. Cabang olah raga yang
berprestasi ditingkat PropinsiNasional juara I
atau II, atau III. Cabang
Olah raga
8 8
8 100
Disporabud par
6. Atlet olah raga yang
berprestasi di tingkat propinsi Nasional Juara I
atau II atau III. Orang
- 62
- -
Dinas Pendidikan
Dari local diatas dapat dilihat bahwa local22tor yang menujukan keberhasilan atau kegagalan atas pencapaian sasaran antara lain :
1. Organisasi pemuda terdaftar dan aktif menjalankan kegiatan organisasi. Pada tahun 2009 organisasi pemuda terdaftar dan aktif menjalankan kegiatan adalah sebesar 63,
sedangkan pada tahun 2010 sebesar 69,23, naik sekitar 6,23 jika dibandingkan dengan tahun 2009.
2. Partisipasi pemuda dan organisasi kepemudaan dalam kegiatan pemerintah daerah. Pada tahun 2009 sebesar 100 sedangkan pada tahun 2010 tetap 100, tidak terjadi
peningkatan. 3. Jumlah anggota pramuka.
Bab VIII - 22
Pada tahun 2009 jumlah anggota pramuka sebanyak 2.050 orang, tahun 2010 juga tetap sebanyak 2.050 orang, maka tidak terjadi peningkatan.
4. Anggota kepemudaan.
Anggota kepemudaan pada tahun 2009 sebanyak 1.050, sedangkan tahun 2010 menjadi sebanyak 1.150 orang, terjadi peningkatan 100 orang 9,52 jika dibandingkan
dengan tahun 2009.
5. Cabang olah raga yang berprestasi di tingkat propinsi nasional juara I,atau II atau III, tahun 2009 cabang sebanyak 8 cabang olah raga sedangkan tahun 2010 tetap 8 cabang
olah raga tidak ada peningkatan. 6. Atlet olah raga yang berprestasi ditingkat propinsi nasional juara I, atau II atau III
tidak terealisasi. Dengan melihat berbagai hasil indikator pencapaian sasaran, meningkatnya kualitas
organisasi kepemudaan dan meningkatnya prestasi olah raga dapat disimpulkan hasil pencapaian sasaran ini cukup baik namun belum menampilkan kinerja seperti yang
diharapkan karena ada beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain : 1.
Sulitnya membina kemitraan, mendata dan melakukan koordinasi program pemerintah bidang pemuda dengan Okp dalam pengembangan dan pemberdayaan
pemuda Kota Tebing Tinggi. 2.
Sulitnya mencari data-data yang putus sekolah dan pengangguran untuk diberikan pelatihan keterampilan sebagai modal usaha.
3. Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan kepemudaan di
tiap kelurahan. Untuk mengatasi permasalahan ini perlu kiranya :
1. Mempertegas keberadaan sekretariat organisasi sehingga mempermudah hubungan
baik dalam penyampaian dan kerja sama dengan program kepemudaan. 2.
Kerja sama dengan kantor kelurahan dan para kepala lingkungan dalam mendata para pemuda yang belum memiliki pekerjaan tetap dan aktifitas pemuda di kelurahan.
3. Perlunya pengadaan gedung pemuda sebagai pusat aktifitas pemuda Kota Tebing
Tinggi untuk menghindari kenakalan pemuda.
b. Permasalahan