Pembatasan dan Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

Platform Indonesia Kita mask The Language of Indonesian Politics . 14 Politik Nur cholish Madjid: Analisis Semiotik terhadap “Membangun Kembali Indonesia”. Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dengan judul tertulis di atas, penulis merumuskan permasalaha n pokok penelitian ini adalah bagaimana makna pesan politik NCM yang ditulisnya secara tekstual menjadi agenda dasar “Membangun Kembali Indonesia” dalam buku yang diterbitkan oleh Universitas Paramadina, Cetakan ketiga, Maret 2004. Permasalahan pokok itu kemudian penulis uraikan dalam beberapa permasalahan terkait sebagai berikut: 1. Bagaimana makna pesan politik NCM dalam sepuluh agenda dasar “Membangun Kembali Indonesia” dilihat berdasarkan lingkungan teks dan dialog dengan teks lainnya intertekstualitas? 2. Bagaimana makna struktur bahasa politik NCM makna pembentukan unsur - unsur teks dan bagaimana NCM menyusun dan memaknai nilai - nilai ajaran Islam dalam politik makna teks berdasarkan latar belakang pemroduksi teks seperti yang ditulisnya secara tekstual dalam sepuluh agenda dasar politik “Membangun Kembali Indonesia” ? Penelitian ini lebih lanjut akan memperkuat bantahan Mochtar Pabottingi terhadap tesis Anderson bah wa bahasa Indonesia sudah kehilangan etos “revolusioner” - nya, karena tertimpa proses penghalusan sehingga dinamika yang semula menandainya ini tak ada lagi. Ia sudah mengalami proses kramanisasi. Ia sudah terperangkap dalam “imaji orang Jawa tentang politik” dimana topeng punya peranan penting dalam tulisannya yang terkenal , tahun 1966 dan ”Cartoons and Monuments: The Evolutions of Political Communications under the New Order,” tahun 1978 Tesis serupa dikemukakan pula oleh James Siegel dalam ”Solo in the New Order: Language and Hierarchy in an Indonesian City”, New Jersey: Princeton University Press, 1986, bahwa komunitas bahasa Jawa “memperlakukan bahasa lain seolah - olah semuanya itu

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

15 termasuk bahasa “ ” dan komunitas ini memperkenankan “para pelaku bahasa - bahasa tersebut kedalam komunitas wacana yang dirumuskan sebagai bahasa .” 32 Hasil penelitian ini pun membantah tesis Siegel tersebut. Almarhum NCM sebagai seorang cendikiawan muslim terkemuka tidak menggunakan bahasa Indonesia sebagai topeng dengan cara penghalusan kata berupa gaya bahasa eufemisme seperti tertulis dalam “Membangun Kembali Indonesia”. Penelitian ini bertujuan merumuskan konsep bagaimana bahasa politik NCM yang ditulisnya secara tekstual dalam agenda d asar “Membangun Kembali Indonesia” dan telah dipublikasikan kepada masyarakat Indonesia. Di samping itu penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui makna bahasa politik NCM seperti yang ditulis nya secara tekstual menjadi sepuluh agenda dasar “ Membangun Kembali Indonesia” ; 2. Mengungkap bagaimana makna intertekstualitas pesan politik NCM dan menjelaskan makna nilai - nilai ajaran Islam dalam politik seperti yang ditulis oleh NCM secara tekstual menjadi sepuluh agenda dasar “Membangun Kembali Indon esia”; Penelitian tentang bahasa politik NCM ini dapat memberikan kontribusi sbb.: 1. Secara teoritis Penelitian ini menambah khazanah ilmiah dalam konsep komunikasi pilitik di Indonesia berupa bukti - bukti empiris sosialisasi penerap an nilai - nilai Isl a m dalam sistem demokrasi politik Indonesia modern; 2. Secara praktis 32 Mochtar Pabottingi, ” Bahasa, Kramanisasi, dan Kerakyatan , ” dalam Yudi Lati f dan Idi Subandi Ibrahim, ed. 154. Bahasa Politik Nurcholish Madjid ngoko krama platform

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

Peranan Pers dalam Politik di Indonesia , Komunikasi Politik Nahdlatul Ulama Pergulatan Pemikira Politik Radikal dan Akomodatif Komunikasi Politik Indonesia dinamika Peranan Pers dalam Politik Komunikasi Politik Nahdlatul Ulama Pergulatan Pemikiran Politik Radikal dan Akomodatif 16 Penelitian ini dapat menjadi bahan kajian mendalam bagi partai- partai politik di Indonesia dalam rangka melaksana kan pembangunan nasional berdasarkan karakter nilai -n ilai keindonesiaan dan keislaman . Penelitian tentang komunikasi politik sesungguhnya sejak dini telah menjadi subjek yang menarik perhatian tokoh - tokoh pertama ilmu komunikasi di Indonesia, seperti terlihat dalam disertasi Astrid S. Susanto Sunario tentang pengaruh kekuatan politik di lik pendirian Dewan Pers di Inggris – “Die Politischen Krafte hinter der Enstehung des Britischen Presserates” tahun 1964 dan disertasi M. Alwi Dahlan berjudul “Anonymous Disclosure of Goverment Information as a Form of Political Communication,” di University of Il inois tahun 1967. Harsono Suwardi pada t ahu n 1993 menulis buku berjudul Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, membahas bagaimana kontribusi media massa dalam proses kehidupan politik bagi para pembaca pada Pemilui 1987 1992 di Indonesia. Menurutnya komunikasi politik adalah setiap bentuk penyampaian pesan politik, baik berupa lambang, kata-kata terucapkan, atau tertulis, ataupun melalui pesan - pesan visual, baik secara langsung ataupun tidak kepada sejumlah sasarannya. 33 Pada tahun 2004 Asep Saeful Muhtadi menulis buku berjudul , Jakarta, LP3ES, Cetakan I, membahas bagaimana Nahdlatul Ulama meneruskan informasi politik dari penguasa kepada ummat dan mengemukakan kepentingan ummat ke pihak penguasa. 34 Empat tahun kemudian, pada tahun 2008 Asep Saeful Muhtadi pun menulis buku berjudul 33 Harsono Suwardi, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, Cetakan I, 1993, 44. 34 Asep Saeful Muhtadi, Jakarta, LP3ES, Cetaka n I, 2004, 8.

E. Tinjauan Kepustakaan