7
Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Leverage,
dan Return on Asset ROAberpengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kepemikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Debt to Equity Ratio
DER, dan Return on Asset ROA terhadap Kebijakan Dividenpada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1.
Investor dan Calon Investor Sebagai masukan dalam mengambil keputusan untuk membeli atau
menjual saham sehubungan dengan harapannya terhadap dividen yang dibagikan perusahaan.
2. Perusahaan Emiten
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terhadap kebijakan dividen agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
8 3.
Peneliti Sebagai penambah pengetahuan peneliti pada bidang keuangan khususnya
mengenai kebijakan dividen. 4.
Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan kebijakan dividen.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividenadalah kebijakan mengenai apakah labayang diperoleh perusahaan pada akhirtahun akan dibagi kepada pemegangsaham dalam bentuk
dividen atau akanditahan untuk menambah modal gunapembayaran investasi Martono dan Harjito, 2005 : 253.Brealey, et.al,2008 : 43,mengungkapkan
bahwa kebijakan dividenmenjelaskan bagaimana perusahaanmenetapkan kebijakan pembayaranmereka.
2.1.2 Jenis-jenis Kebijakan Dividen
Menurut Hendy 2008 : 195 dividendapat dibedakan menjadi beberapa jenis,yaitu:
1. Dividen tunai cash dividend
Merupakan dividenyang dibagi kepada pemegang sahamdalam bentuk kas tunai.
2. Dividen saham stock dividend
Merupakan dividen yang dibagi bukan dalambentuk tunai melainkan dalam bentuksaham perusahaan tersebut
3. Property dividend
Merupakan dividen yangdibagikan dalam bentuk aktiva lainselain kas atau saham, misalnya aktivatetap dan surat-surat berharga.
10 4.
Liquidating dividend Merupakandividen yangdiberikan kepada pemegang sahamsebagai akibat
dilikuidasinyaperusahaan.
2.1.3 Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan sehingga dapat dijadikan
pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu. Ada 3 tiga teori tentang kebijakan dividen Brigham dan Houston, 2001: 66:
1. Dividend Irrelevance Theory Dividen Tidak Relevan
Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya
modalnya.Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan maka hal tersebut tidak relevan. Pendukung dari tidak relevannya kebijakan
dividen adalah Modigliani-Miller MM. Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tergantung semata - mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh
aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara deviden dan laba ditahan. Kebijakan dividen tidak relevan karena setiap pemegang saham
dapat menyusun kebijakan dividennya sendiri. Jika para investor dapat membeli dan menjual saham sehingga menciptakan kebijakan devidennya sendiri tanpa
mengeluarkan biaya, kebijakan dividen perusahaan benar – benar tidak relevan. 2.
Teori Bird in The Hand Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon 1963 dan John Lintner
1962 dalam Brigham dan Houston, 2001: 67 yang berpendapat bahwa ekuitas
11 atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan
karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal capital gains yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya
para investor menerima dividen. Gordon dan Litner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari
dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal. MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung pada
kebijakan dividen yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen dengan keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai
kekeliruan bird-in-the-hand, karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam
saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang
hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen.
3. Teori Preferensi Pajak
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang
tinggi, yaitu: 1.
Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan dividen. Untuk itu investor yang kaya yang memiliki sebagian besar saham
mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan
12 kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan
menggantikan dividen yang pajaknya tinggi. 2.
Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu.
3. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali
tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang karena adanya keuntungan- keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan
sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah
daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan dividen menurut Van Horne dan Wachowicsl2002:311 antara lain:
1. Posisi likuiditas perusahaan
Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.
2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang
Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.
3. Rencana perluasan usaha
Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.
4. Pengawasan terhadap perusahaan
13 Kebijakan pembiayaan: untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber
intern antara lainlaba. Dengan pertimbanganapabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok
pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen Sundjaja dan Barlian,2002: 339:
1. Peraturan hukum
a. Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat
dibayar dari laba-laba tahun yang lalu dan laba tahun berjalan. b.
Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para kreditur dengan melarang pembayaran dividen yang berasaldari modal.
c. Peraturan mengenai tidak mampu membayar. Peruahaan boleh tidak
membayar dividen jika tidak mampu bankrut atau jumlah utang lebih banyak daripada jumlah harta.
2. Posisi likuiditas
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun terdahulu sudah
diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang- barang lainnya. Bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu,
suatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak membayar dividen karena keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang
sedang tumbuh biasanya kekurangan dana. Dalam situasi seperti itu
14 mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam
bentuk uang tunai. 3.
Membayar pinjaman Bila perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau
untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi
pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan.
4. Kontrak pinjaman
Kontrak pinjaman apalagi menyangkut pinjaman jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.
5. Pengembangan aktiva
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana
yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan tidak dibayarkan.
6. Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan pemegang saham baik ditanamkan kembali
didalam perusahaan maupun ditempat lain. 7.
Stabilitas keuntungan Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat
memperkirakan bagaimana keuntunngan dikemudian hari. Maka perusahaan
15 seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntunannya dalam
bentuk dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.
8. Pasar modal
Perusahaan besar dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau mudah memperoleh
macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya. 9.
Kendali perusahaan Jika perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern maka
pembayaran dividen akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasa akan
mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh golongan pemegang saham. Selain itu, penjualan saham tambahan akan memperbesar resiko
berfluktuasinya keuntungan bagi para pemegang saham. 10.
Keputusan kebijakan dividen Hampir semua perusahaan ingin mempertahankan dividen per saham pada
tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naiknya keuntungan. Artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika
sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar tampak cukup permanen.
2.2. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio menurut Brigham dan Houston 2001:69 adalah persentase dari laba bersih yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada
16
pemegang saham. Dividend Payout Ratio merupakan perbandingan antara Dividend per Share DPS dengan Earning per Share EPS.
Debt to equity ratio merupakan rasio antara jumlah hutang dengan modal sendiri Syamsuddin, 2013:54.
Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend laba yang dibagikan disebut dividend payout ratio
Riyanto, 2001:266.Menurut Husnan 2001 : 316, perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba
yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan
membagikan modal sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dividend payout ratio merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas dibagi dengan laba
yang tersedia untuk pemegang saham. Semakin tinggi tingkat DPR yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin besar jumlah laba yang dibagikan dalam bentuk
dividen kepada para pemegang saham.
2.3 Struktur Kepemilikan