Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat saat ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar bangsa dalam berbagai bidang kehidupan. Guna menghadapi persaingan tersebut maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Sumber daya berkualitas tinggi adalah sumber daya manusia yang dapat mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu usaha untuk menciptakan sumber daya berkualitas tersebut adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan www.pdii.lipi.go.id. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa: “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya” www.menkokesra.go.id. Pendidikan yang dilakukan di sekolah termasuk kedalam pendidikan formal. Siswa dituntut untuk mempunyai kecakapan dan kemampuan yang memadai sehingga ilmu yang diperoleh di sekolah dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri, masyarakat dan negara, serta untuk mempersiapkan siswa di dunia kerja. Pada dasarnya proses belajar seseorang tidak lepas dari motivasi orang yang bersangkutan. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual yang peranannya khas dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar Sadirman, 2009:75. Oleh karena itu motivasi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses belajar seseorang. Seorang siswa dapat belajar secara efisien jika ia memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi belajar sesungguhnya dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa. Perubahan lingkungan yang terjadi dapat mengakibatkan motivasi belajar siswa yang juga akan berubah. Maka dari itu motivasi belajar yang timbul dari dalam dan luar diri Universitas Sumatera Utara harus berjalan dengan seimbang dan saling melengkapi, sehingga motivasi siswa untuk belajar dan kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan. Terkait dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah, komunikasi yang baik akan mampu memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada anak didik tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik anak didik tersebut melakukan apa yang seharusnya menjadi tugas dan tanggung jawabnya sehingga akan tercipta anak-anak bangsa yang handal dalam mengisi pembangunan di masa yang akan datang nantinya. Siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan bukan menjadi satu masalah bagi guru, karena di dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi instrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran diri sendiri memperhatikan dengan seksama penjelasan dari guru. Selain itu, rasa ingin tahunya besar terhadap materi pelajaran yang diberikan sehingga saat proses belajar mengajar ia aktif bertanya di dalam kelas dan memberikan kritikan atau pendapat www.repository.upi.edu Tetapi, realita di lapangan menunjukan bahwa banyak siswa yang tidak memiliki kemauan belajar yang tinggi. Motivasi siswa di dalam belajar sangat rendah. Banyak siswa “ogah-ogahan” di dalam kelas, tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mereka. Siswa masih mengganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain di luar konteks belajar seperti menonton televisi, sms, dan bergaul dengan teman sebaya. Rendahnya motivasi belajar siswa ini akan membuat mereka tertarik pada hal-hal yang negatif. Maraknya perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Penggunaan narkoba, tawuran pelajar, pornografi, geng motor, dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan seperti: kasus bolos, perkelahian, mencontek, bullying, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja, semua itu Universitas Sumatera Utara membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangannya. Disinilah peran guru sebagai orangtua kedua bagi para siswa dituntut untuk dapat mendidik, mengarahkan dan mengingatkan siswanya melalui komunikasi yang positif dengan siswanya sehingga dapat memberikan rasa kenyamanan kepada para siswa. Ramadhani 2006:32 menyatakan: “Komunikasi positif adalah komunikasi yang mendorong seseorang berkembang secara optimal, baik secara fisik maupun psikis, yang memiliki ciri-ciri empatik, responsif, mengandung pesan positif, terbuka dan terpercaya, mendengarkan secara aktif, mendorong optimisme, dan tidak menghakimi”. Komunikasi positif antara guru dan siswa memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar maupun di luar proses belajar mengajar. Komunikasi yang positif antara guru dengan siswa akan menghasilkan individu yang senantiasa mempunyai semangat yang positif dalam belajar dan menimbulkan rasa kepercayaan diri dalam diri para siswa. Siswa yang berhasil tidak terlepas dari peran guru yang aktif dalam berkomunikasi positif kepada siswanya. Guru harus selalu berkomunikasi dengan cara memberikan nasihat-nasihat, memperhatikan siswa, memantau siswa dalam melakukan kegiatanaktifitas di lingkungan sekolah dan lain-lain. Guru harus dapat merasakan apa yang dirasakan siswanya sehingga ia dapat menjadi tempat memecahkan persoalan siswa. Jika sudah seperti ini, maka seorang guru akan lebih mudah untuk memotivasi siswa, mengarahkan siswa pada kondisi pembelajaran yang diharapkan guru. Pelajar yang termotivasi dengan baik akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan. Mereka akan menunjukkan ketekunan belajar yang tinggi dan variasi aktivitas belajar mereka akan lebih banyak, sehingga mereka kurang menyukai tingkah laku yang negatif yang dapat menimbulkan masalah. Tetapi, guru terkadang lupa arti penting dari komunikasi positif yang terjalin dengan para siswa. Guru masih sangat kurang dalam berkomunikasi terhadap siswanya. Biasanya guru hanya datang ke sekolah dan memberikan materi sesuai kurikulum tanpa melihat kondisi atau kendala siswa yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar biasanya disebabkan oleh kurangnya keberanian untuk berkomunikasi dengan gurunya. Siswa merasa kurang banyak tahu selain yang diinformasikan guru di Universitas Sumatera Utara depan kelas. Oleh sebab itu siswa merasa tidak percaya diri dalam mengisi sistem komunikasi yang dibangun karena pesimis akan informasi yang dimilikinya. Selain itu, mereka segan untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi karena takut dimarahi oleh guru. Seharusnya siswa menghargai guru dan bukan takut kepada guru, dan sebaliknya guru harus mampu memahami anak didiknya karena dalam komunikasi tersebut terjadi tukar menukar pengalaman dan pengetahuan. Sekolah negeri maupun swasta memiliki karakteristik sendiri, sehingga dengan karakteristik tersebut masing-masing akan menampilkan perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Di sekolah negeri, guru tidak dapat memperhatikan tiap muridnya secara baik, sehingga apabila ada murid yang mempunyai masalah dalam memahami pelajaran maka hal ini tidak dapat diakomodir oleh guru yang bersangkutan dengan baik. Hal ini disebabkan karena pada umumnya jumlah peserta didik dalam satu kelasnya di sekolah negeri jauh lebih banyak daripada di sekolah swasta sehingga semua peserta didik di sekolah negeri mendapatkan perlakuan yang sama tanpa memperhatikan minat dan bakatnya. Sementara di sekolah swasta perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan prestasi peserta didik lebih menonjol. Hal inilah yang terjadi di sekolah SMP Negeri 29 Medan. SMP Negeri 29 Medan merupakan salah satu sekolah menengah pertama negeri di Medan yang didirikan pada tahun 1984 dengan akreditasi B Baik. Terletak di pemukiman penduduk membuat sekolah ini cukup populer meski hanya untuk di daerahnya. Namun, berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat melakukan pra riset, jumlah murid di setiap kelasnya yang rata-rata 40 orang membuat guru kurang memperhatikan tiap muridnya dengan baik. Komunikasi yang terjalin antara guru dengan siswa masih kurang. Ini terlihat dari siswa yang kurang berani bertanya pada guru apabila mengalami kesulitan dalam pelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar masih didominasi oleh guru. Sebagian besar waktu yang digunakan untuk belajar digunakan siswa untuk mendengar, sikap siswa cenderung menunggu dan mendapatkan pengetahuan dari guru tanpa memanfaatkan kesempatan untuk bertanya dan bertukar pikiran dengan guru tersebut. Di sisi lain guru juga tidak berusaha untuk mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki siswa dalam mengikuti pelajaran. Ketika jam istirahat Universitas Sumatera Utara berlangsung atau ada waktu luangkosong, jarang ada sebagian guru yang memanggil siswanya ke ruangan guru untuk bercerita secara lebih dekat dan mendalam, yang mungkin disebabkan karena guru melihat siswanya menghadapi masalah baik itu persoalan menyangkut masalah ekonomi maupun masalah yang berkaitan dengan prestasi belajarnya. Di saat seperti inilah, biasanya guru memberikan nasehat dan dukungan serta memberi dan meningkatkan motivasi belajar ke anak didiknya, karena tugas guru bukan hanya menyampaikan materi pelajaran saja, tapi juga harus berperan sebagai motivator yang mampu mengubah sikap dan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Masalah tersebut didukung dengan perolehan data pada saat melakukan wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran yang menunjukkan rendahnya tingkat hasil nilai ulangan tengah semester UTS siswa pada beberapa mata pelajaran yaitu dengan nilai Matematika rata-rata 60.7, nilai Bahasa Inggris rata- rata 65, nilai Bahasa Indonesia rata-rata 68.5, dan nilai IPA rata-rata 65. Dengan standar Kriteria Ketuntasan Minimal KKM sebesar 70.00, menunjukkan bahwa siswa belum dapat mencapai batas standar KKM yang berlaku sesuai dengan kurikulum sekolah. Berangkat dari latar belakang tersebut, maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara komunikasi positif guru dan motivasi belajar siswa SMP Negeri 29 Medan.

I. 2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut: “Sejauhmanakah hubungan antara komunikasi positif guru dengan motivasi belajar siswa SMP Negeri 29 Medan?”

I.3 Pembatasan Masalah

Dokumen yang terkait

Pemberitaan Mobil Esemka Dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional tentang Pengaruh Pemberitaan Mobil Esemka di TV One Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 2 Medan)

0 28 91

Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar (Studi Korelasional Tentang berjudul Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar Siswa-siswi SMU HARAPAN 3 Medan Johor).

17 120 115

Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa Dan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tantang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK 1 TD Pardede Foundation)

14 103 130

Komunikasi Antar Pribadi Dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 7 Medan)

0 61 128

Komunikasi Antarpribadi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tentang Komunikasi Antarpribadi Guru – Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 8 Medan)

8 70 93

Hubungan kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa di MA Darunnajah Cipinang Bogor

0 26 64

Peran komunikasi guru dan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang

0 9 72

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 0 6

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 1 12

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 0 30