Sengketa Informasi Publik Penyelesaian Sengketa oleh Komisi Informasi atas Informasi yang Diberikan BPOM Terkait Keselamatan Konsumen dalam Mengkonsumsi Suatu Produk

Mekanisme Permohonan Informasi Publik di Kementerian Komunikasi dan Informatika. 67

C. Sengketa Informasi Publik

Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara Badan Publik dan Pemohon Informasi Publik berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat 1 Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pemohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang adalah orang perseorangan warga negara Indonesia, kelompok orang Indonesia, atau badan hukum Indonesia yang mengajukan permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik kepada Komisi Informasi. Termohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang adalah Badan Publik yang diwakili oleh atasan PPID. 67 www.ppid.kominfo.go.id diakses tanggal 5 Maret Universitas Sumatera Utara Mediasi adalah penyelesaian Sengketa Informasi Publik antara para pihak melalui bantuan mediator komisi informasi. Ajudikasi adalah proses penyelesaian Sengketa Informasi Publik antara para pihak yang diputus oleh Komisi Informasi. 68 Panitera adalah pejabat sekretariat Komisi Informasi yang bertanggungjawab mengelola administrasi permohonan Sengketa Informasi Publik, membuat Berita Acara Persidangan, membantu Majelis Komisioner dalam persidangan, menyusun laporan hasil pemeriksaan, dan menyusun Putusan Komisi Informasi. 69 Pasal 1 angka 5 Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik UU KIP mendefinisikan sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara Badan Publik dan Pengguna Informasi Publik berkaitan dengan hak memperoleh dan menggunakan informasi menurut ketentuan yang diatur dalam UU KIP. Memperhatikan ketentuan Pasal 1 angka 5 UU KIP maka dapat ditafsirkan bahwa dalam mengatur mekanisme penyelesaian sengketa dalam dua jenis skema atau model yang berbeda. Pertama adalah Sengketa Informasi Publik dalam hal menyangkut hak untuk memperoleh informasi yang selanjutnya disebut dengan tipe I dan yang kedua sengketa Informasi yang menyangkut hak untuk menggunakan informasi selanjutnya disebut dengan tipe II. Untuk skema pertama sengketa yang terjadi adalah sebagai akibat adanya permintaan Informasi yang dilakukan oleh Pemohon Informasi. Hal ini diperkuat dengan Pasal 22 UU KIP dan dilanjutkan dengan mekanisme keberatan pada Pasal 68 ibid 69 ibid Universitas Sumatera Utara 35 UU KIP. Sedangkan, untuk skema kedua yaitu hak menggunakan informasi, tanpa adanya permintaan atau permohonan informasi maka bisa terjadi sengketa informasi dimana pengguna informasi langsung mengajukan keberatan terhadap Badan Publik terkait dengan hak menggunakan informasi yang sudah disediakan oleh Badan Publik yang bersangkutan. Hal ini diatur dalam Pasal 35 ayat 1 huruf b UU KIP dan dipertegas pada Pasal 8 ayat 2 PERKI 22010 PPSIP. Sejak diberlakukannya UU KIP, praktek penyelesaian sengketa informasi yang dilakukan oleh Komisi Informasi Pusat tidak merujuk pada definisi Sengketa Informasi Publik sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 5 UU KIP. Komisi Informasi menggunakan tafsir PERKI No. 1 Tahun 2010 dimana sengketa informasi selalu dikaitkan dengan rezim permohonan informasi. Akibatnya tafsir yang dianut dalam praktek penyelesaian sengketa informasi di Komisi Informasi saat ini adalah bahwa sengketa Informasi harus ada pemohon atau tipe I. Doktrin ini berkembang menjadi doktrin ‘no requester nocases’ . Tafsir ini seperti mengakibatkan dalam hal terjadi permohonan penyelesaian sengketa dimana pemohon penyelesaian sengketa tanpa adanya permintaanpermohonan informasi maka penyelesaian sengketa informasi seperti itu tidak dikategorikan sebagai tipe II. Selanjutnya dengan diberlakukannya Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik PERKI 12013 PPSIP maka terjadi beberapa perubahan yang menyangkut permohonan informasi. Namun, mazhab yang dianut dalam PERKI 12013 tersebut yaitu masih sama menganut tipe I tanpa memberi ruang untuk tipe II. Universitas Sumatera Utara Bahkan PERKI ini mempunyai potensi untuk mengurangi hak konstitusional pemohon informasi dengan adanya aturan tentang pemohon yang beritikad baik vexatious request. Unsur kepentingan merupakan unsur essensial yang merupakan salah satu syarat formal mengajukan Permohonan Informasi Publik atas dokumen-dokumen yang diminta oleh Pemohon dan hal tersebut adalah sesuai prinsip hukum yang menyatakan no interest no action. Dilihat dari unsur kepentingannya antara tipe I dan II, maka tipe II lebih dapat dirasakan manfaat atas pemberian akses informasi terhadap hak konstutisionalnya daripada tipe I setelah memperoleh informasi tindak lanjut atas informasi yang didapat kurang maksimal dan tidak tepat sasaran. Oleh karnanya perlu ada mekanisme yang mengatur agar ruang bagi tipe II dapat lebih dieksplorasi. Pengaturan mekanisme penyelesaian sengketa informasi Publik untuk tipe II diharapkan dapat mendorong Badan Publik untuk lebih aktif untuk menyediakan informasi- informasi yang berada dibawah pengawasannya walaupun tidak ada permohonan lebih dahulu diatasnya.Sepanjang Komisi Informasi daerah belum terbentuk, maka pengajuan penyelesaian sengketa diajukan ke Komisi Informasi Pusat. Putusan Komisi Informasi dapat dibedakan menjadi atas kesepakatan pihak yang bersengketa. Putusan yang dihasilkan melalui proses adjudikasi. Dalam hal ini maka pihak yang bersengketa yang tidak dapat menerima putusan Komisi Informasi dapat mengajukan gugatan ke pengadilan. Gugatan diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN apabila Badan Publik yang digugat adalah Badan Publik negara dan diajukan ke Pengadilan Negeri PN apabila Badan Publik yang digugat adalah Badan Publik non-negara. Universitas Sumatera Utara

D. Penyelesaian Sengketa Informasi Publik