BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang, baik dalam rangka mengembangkan kualitas pribadi maupun dalam rangka menjalani kehidupan
sosialnya. Setiap orang dalam kualitas dan latar belakang apapun membutuhkan informasi sesuai kadarnya. Pada masyarakat tradisional sekalipun, kebutuhan atas
informasi tetap ada dan harus dipenuhi. Informasi itu bisa diperoleh lewat tatap muka dengan orang lain, bisa juga melalui berbagai macam sarana yang tersedia.
Memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik adalah salah satu ciri negara demokratis yang menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Informasi merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap
penyelenggaraan negara dan Badan Publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik.
Pada masyarakat modern, kebutuhan atas informasi semakin banyak dan semakin urgen. Informasi menjadi kebutuhan dasar dalam pengambilan
keputusan-keputusan personal dan sosial. Perkembangan teknologi komunikasi turut mendorong perkembangan informasi, setiap detik, informasi terus menyebar
dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat akibat perkembangan teknologi komunikasi. Setiap hari kita disuguhi informasi dari belahan dunia yang berbeda
nyaris pada saat bersamaan. Batas-batas antar negara seolah menjadi hilang borderless world akibat pesatnya perkembangan informasi. Tidak ada satu pun
Universitas Sumatera Utara
negara yang bisa secara mutlak menghambat pesatnya laju arus informasi.
1
Di era globalisasi sekarang ini suatu informasi merupakan hal yang penting dan praktis, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses segala
macam bentuk informasi. Dengan keterbukaan informasi ini pemerintah Indonesia menyiapkan dan menyelenggarakan suatu aturan keterbukaan informasi publik
yang menyediakan segala macam informasi tentang kepemerintahan agar masyarakat juga mengetahui transparansi dan tanggung jawab pemerintah kepada
publik juga terealisasikan dengan baik.
2
Menurut laporan Freedom Of Information Center yang berpusat di London Inggris, sudah ada 50 negara yang telah mempunyai Undang-undang
kebebasan atas informasi termasuk Indonesia, 30 negara lainnya sedang dalam proses penyusunan.
3
Dari laporan ini dapat diambil kesimpulan bahwa transparansi atas setiap informasi publik membuat masyarakat dapat ikut
berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap langkah dan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah sehingga
penyelenggaraan negara
demokrasi dapat
dipertanggungjawabkan kembali kepada masyarakat.
4
Pada tanggal 3 April 2008, Dewan Perwakilan Rakyat DPR memberikan persetujuan terhadap Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik UU KIP. Dengan persetujuan tersebut maka Indonesia mempunyai peraturan setingkat Undang-undang yang mengatur mengenai jaminan
akses publik terhadap informasi publik yang ada pada penyelenggara negara.
1
Henri Subagiyo dkk, Anotasi Undang-undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik Jakarta: Gajah Hidup Print, 2009, hal. 3 .
2
Luthfi Widagdo Eddyono , Implementasi UU KIP , Majalah Konstitusi, No.24, Agustus September 2008, hal 16
3
Freedom Of Information Center, Right to Know day, 2011
4
Ibid
4
ibid
Universitas Sumatera Utara
UU KIP merupakan usul inisiatif DPR didukung oleh berbagai elemen masyarakat madani yang dimotori oleh Koalisi Masyarakat untuk Kebebasan
Informasi, telah dibahas sejak Tahun 2000. Secara normatif keberadaan Undang- undang
ini mengakhiri “rejim ketertutupan” secrecy government yang dianut oleh pemerintah Orde baru dan masih dirasakan dampaknya hingga saat ini.
Undang-undang No. 14 Tahun 2008 merupakan jaminan keterbukaan informasi publik.
5
Pasal 28F UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi
dan kehidupan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki dan menyimpan informasi dengan menggunakan segala jenis yang tersedia. Untuk itu
diperlukan jaminan bagi semua orang dalam memperoleh informasi.
6
Undang-undang ini diharapkan merubah paradigma budaya pangreh praja bergeser menjadi budaya pelayanan terhadap masyarakat sebagai pemegang
kedaulatan negara. Para aparatur negara tidak dapat lagi berlindung dibalik jubah kebesarannya selaku pamong praja. Slogan
L’etat c’ moi yang mewarnai wajah birokrasi Indonesia diharapkan terkikis habis karena masyarakat dapat memaksa
aparatur negara untuk mempertanggungjawabkan kebijakan yang diambilnya.
7
Setiap badan publik mempunyai kewajiban untuk membuka akses atas informasi publik yang berkaitan dengan Badan Publik tersebut untuk masyarakat
luas. Lingkup Badan Publik dalam Undang-undang ini meliputi lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif serta penyelenggaraan negara lainnya yang
mendapatkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraAPBN Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD dan mencakup pula organisasi non
5
Undang-undang No. 14 Tahun 2008
6
UUD negara RI Tahun 1945, hasil amandemen kedua , Pasal 28F
7
www. Komisi informasi.go.id diakses tanggal 26 Maret 2015
Universitas Sumatera Utara
pemerintah, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, seperti lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan serta organisasi lainnya yang
mengelola dan menggunakan dana sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBNAPBD, sumbangan masyarakat danatau luar negeri.
Informasi bisa disampaikan oleh banyak media baik media sosial maupun media cetak sehingga semakin banyak alternatif yang bisa dipillih oleh
masyarakat . Kemampuan suatu negara mengelola informasi dan menghasilkan informasi publik yang berkualitas menjadi salah satu faktor keberhasilan negara.
Tiga isu besar yang mendorong lahirnya kesadaran atas kebutuhan informasi adalah upaya pemberantasan korupsi, upaya penegakan hak asasi manusia, dan
tata kelola pemerintah yang baik good governance. Salah satu kasus riil adalah produk susu yang mengandung bakteri berkaitan dengan hak publik dalam
mengkonsumsi suatu produk.
8
Berangkat dari diskusi-diskusi kecil, beberapa aktivis lembaga swadaya masyarakat pada masa awal awal reformasi membentuk Koalisi Masyarakat Sipil
untuk memperoleh Kebebasan Informasi Publik. Gagasan akan kebebasan masyarakat untuk memperoleh informasi publik perlu dijamin karena bagian tidak
terpisahkan dari penataan dan reformasi di berbagai sektor kehidupan, serta kebebasan mengakses informasi merupakan syarat bagi penyelenggara tata
pemerintahan yang baik menjadi dasar gagasannya. Negara yang melakukan tata kelola pemerintahan yang baik akan
menghasilkan kebijakan publik yang baik. Kebijakan publik yang baik akan menghasilkan kesejahteraan terhadap masyarakat. Untuk dapat menghasilkan
8
ibid
Universitas Sumatera Utara
kebijakan publik yang baik dibutuhkan partisipasi masyarakat. Untuk dapat mendorong partisipasi masyarakat dibutuhkan suatu keterbukaan informasi
publik. Dengan demikian keberadaan UU KIP mempunyai korelasi yang erat dengan kesejahteraan masyarakat.
UU KIP itu sendiri mengatur tentang siapa yang diberi kewajiban untuk memenuhi hak masyarakat atas informasi, yang selanjutnya disebut badan publik.
Definisi badan publik dalam UU KIP mencakup:
9
1. Lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif;
2. Badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara danatau anggaran
pendapatan dan belanja daerah; atau 3.
Organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara danatau anggaran
pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, danatau luar negeri.
Pengundangan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik UU KIP pada Tahun 2008 telah menempatkan Indonesia
sebagai negara yang secara resmi mengadopsi prinsip-prinsip keterbukaan informasi. Pengundangan UU KIP secara riil juga merupakan sarana mendorong
terwujudnya tata pemerintahan yang baik. Menurut UU KIP Badan Publik wajib membuka informasi publik.
9
Undang-undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pasal 1 angka 3.
Universitas Sumatera Utara
Asas pada UU KIP itu sendiri pada dasarnya terletak Pasal 2 UU KIP memuat beberapa asas atau prinsip. Ada yang relevan dengan prinsip yang
berlaku secara universal yaitu : 1.
Pada dasarnya setiap informasi bersifat terbuka dan dapat diakses kecuali yang dibatasi oleh Undang-undang
2. Informasi bisa diperoleh dengan cepat, tepat waktu, murah dan prosedur
sederhana 3.
Kerahasiaan informasi didasarkan pada aturan Undang-undang, kepatutan, kepentingan umum setelah melalui uji konsekuensi. Kepentingan yang
lebih besar didahulukan. Tujuan dari UU KIP sendiri adalah :
1. Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan
kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik.
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan
publik. 3.
Meningkatkan peran aktif masyarakat dan pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan badan publik yang baik.
4. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan,
efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan 5.
Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak.
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa
danatau
Universitas Sumatera Utara
7. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan badan
publik yang menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
10
Mengenai Komisi Informasi, Komisi Informasi Publik adalah lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik disingkat UU KIP. Tepatnya pada Bab VII UU KIP menyatakan bahwa Komisi Informasi mempunyai fungsi untuk
menjalankan UU KIP, tugas dan wewenang serta tanggung jawab Komisi Informasi, serta tata cara pembentukan , proses rekruitmen Komisi Informasi dari
tingkat Pusat hingga Provinsi dan KabupatenKota di seluruh wilayah Republik Indonesia, menetapkan standar layanan informasi publik dan menyelesaikan
sengketa informasi publik melalui mediasi danatau ajudikasi non litigasi. Secara normatif UU KIP mengamanatkan Komisi Informasi untuk melakukan segala
sesuatu yang menurut peraturan perundang-undangan boleh dilakukan untuk mencapai tujuan UU KIP. Sebagai lembaga negara non struktural auxiliary state
body Komisi Informasi termasuk ranah campuran dari fungsi eksekutif, fungsi quasi yudikatif dan fungsi quasi legislatif .
11
Komisi Informasi terdiri atas Komisi Informasi Pusat, Komisi Informasi Provinsi dan jika dibutuhkan Komisi Informasi Kabupaten Kota. Berdasarkan
ketentuan UU KIP bahwa ketentuan pembentukan Komisi Informasi tingkat pusat harus sudah terbentuk satu tahun semenjak diundangkan UU KIP yaitu tahun
2009 sedangkan untuk tingkat Provinsi dan KabupatenKota paling lama sudah harus terbentuk 2 Tahun semenjak diundangkan UU KIP pada 30 April 2010.
10
Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan informasi Publik Pasal 3
11
www.komisiinformasi.go.id diakses pada tanggal 12 Mei 2015
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat sebagai konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk, harus mengetahui suatu produk itu aman dan mengandung apa saja juga komposisi apa
yang dibuat dalam pembuatan suatu produk makanan. Disini dibutuhkan keterbukaan informasi terkait barang yang akan diproduksi dan akan dikonsumsi
karena menyangkut kepentingan publik. Perkembangan modernisasi mencakup dalam bidang kesehatan yang dapat
menghasilkan kepuasan hidup serta kegairahan dalam meningkatkan produktivitas masyarakat. Dalam menghadapi tantangan bagi bangsa Indonesia pada jangka
panjang kedua adalah meningkatkan kesejahteraan agar dapat mewujudkan keadilan, kemajuan, kemakmuran dan kemandirian bagi masyarakat. Selain itu
masyarakat Indonesia mempunyai tujuan untuk membangun manusia seutuhnya, yakni terpenuhinya seluruh kebutuhan bangsa Indonesia, baik kebutuhan jasmani
maupun rohani juga kesehatan. Untuk mencapai tujuan itu maka segala kegiatan pembangunan yang dilakukan di negara ini harus transparan. Transparansi itu
akan memacu setiap orang untuk bersaing secara kuat dan sehat. Transparansi itu juga akan memberikan begitu banyak tantangan, tantangan bagi konsumen,
produsen, pengusaha ataupun sebagai pemerintah. Perlindungan konsumen merupakan masalah kepentingan manusia, oleh
karenanya menjadi harapan bagi semua bangsa di dunia untuk dapat mewujudkannya. Mewujudkan perlindungan konsumen adalah mewujudkan
hubungan berbagai dimensi yang satu dengan yang lainnya mempunyai keterkaitan dan saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha dan
pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Undang-undang RI No. 8 Tahun 1999, yang dimaksud perlindungan konsumen a
dalah “ segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen” sedangkan yang
dimaksud dengan konsumen adalah “ setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan “.
12
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun yang didirikan atau berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan
usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
13
Menurut buk u “Menggeser Neraca Kekuatan panduan latihan pendidikan
konsumen terbitan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, YLKI 1990 ada empat hal yang harus diperhatikan konsumen, yaitu
14
Pertama dari aspek ekonomi mikro. Disini ada beberapa pertanyaan seperti :
1. Berapa harga suatu produk ?
2. Apakah harga itu wajar jika dibandingkan dengan barang yang sama mutu
dan jumlahnya ? 3.
Apakah ada barang pengganti sejenis yang lebih murah, lebih sehat, dan dapat diperoleh di tempat yang sama?
12
Undang Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
13
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen Pasal 1 ayat 3
14
YLKI, Menggeser Neraca Kekuatan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia,1990
Universitas Sumatera Utara
Kedua, dari aspek lingkungan. 1.
Apakah kemasan, baik berupa botol atau kaleng produk tercemar secara kimia atau biologis atau tidak ?
2. Apakah kemasan produk tersebut menggunakan secara boros bahan baku
yang langka dan merusak hidup ? Ketiga, dari aspek hukum. Ada sejumlah pertanyaan :
1. Soal legalitas produk tersebut. Artinya apakah produk tersebut sudah
terdaftar pada instansi terkait ? 2.
Jika konsumen tidak puas dengan produk tersebut, dapatkah dikembalikan kepada penjual produsen ?
3. Jika isinya kurang dari yang seharusnya, sudikah produsen penjual
membayar ganti rugi kepada konsumen ? 4.
Apakah pelabelan dan iklan produk tersebut sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku ?
Keempat, dari aspek kesehatan dan keamanan 1.
Seperti apakah produk tersebut ? 2.
Mengandung bahan berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan konsumen ?
Dari sisi kepentingan konsumen, keempat sudut pandang tersebut apabila dipraktekkan, sudah memberi proteksi yang memadai bagi konsumen. Namun,
dalam perkembangan gerakan konsumen global, konsumen dituntut tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
secara mandiri dapat melindungi diri, tetapi secara internal peduli terhadap masalah yang lebih luas.
15
Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat
kesehatan. Dengan menggunakan teknologi modern, industri-industri tersebut kini mampu memproduksi dalam skala yang sangat besar mencakup berbagai produk
dengan range yang sangat luas. Dengan dukungan kemajuan teknologi transportasi dan entry barrier yang
makin tipis dalam perdagangan internasional, maka produk-produk tersebut dalam waktu yang amat singkat dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan
distribusi yang sangat luas dan mampu menjangkau seluruh strata masyarakat.
16
Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk termaksud cenderung terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola
konsumsinya. Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Di
lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional.
17
Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan implikasi
yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub
15
Sudaryatno, hukum dan advokasi konsumen, Bandung : Citra Aditia Bakti, 1999 hal. 1
16
http: www.POM.go.idnewindex.phpview
diakses pada tanggal 12 Maret 2015
17
ibid
Universitas Sumatera Utara
standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas serta berlangsung secara amat cepat.
18
Untuk itu Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan Makanan SisPOM yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah
dan mengawasi produk-produk termaksud untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di luar negeri.
Untuk itu telah dibentuk Badan POM yang memiliki jaringan nasional dan internasional serta kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilitas
profesional yang tinggi.
19
Sesuai Pasal 69 Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001, Badan POM memiliki kewenangan :
20
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.
2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan
secara makro. 3.
Penetapan sistem informasi di bidangnya. 4.
Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan zat aditif tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman peredaran Obat dan Makanan.
5. Pemberi izin dan pengawasan peredaran Obat serta pengawasan industri
farmasi. Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan dan
pengawasan tanaman obat.Banyaknya produk makanan yang berbahaya untuk dikonsumsi dalam jangka panjang seringkali ditemukan. Konsumen tidak
18
ibid
19
ibid
20
KEPPRES No. 103 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja lembaga pemerintah non departemen
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan komposisi yang terkandung di dalam produk makanan tersebut. Konsumen bahkan tidak mengetahui dengan jelas informasi suatu produk
makanan dan apa saja yang terkandung didalamnya. Konsumen terkadang sering melalaikan hak dan kewajibannya sebagai konsumen. Dalam hal ini pemenuhan
hak terkait informasi masih sering diabaikan oleh konsumen itu sendiri tanpa memikirkan akibat apa yang akan ditimbulkan apabila ia tidak mengetahui
komposisi suatu produk makanan yang dikonsumsinya. Konsumen berhak atas informasi yang terkandung didalamnya yang diumumkan oleh BPOM sehingga
masyarakat tidak ragu dan merasa aman dalam mengkonsumsi suatu produk. Kontrol masyarakat terhadap produsen makanan, obat-obatan maupun
produk lainnya akan menjadi cambukan terhadap produsen nakal dalam membuat suatu produk makanan. Sehingga produsen harus lebih berhati-hati dalam
membuat campuran makanan yaitu dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang tidak berbahaya dan tidak menimbulkan efek samping pada jangka pendek
maupun jangka panjang. Dalam perjalanan kasus-kasus yang ditemukan sekarang banyak produk
makanan yang ternyata mengandung bahan yang tidak layak dikonsumsi yang pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan kita baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Sebagai contoh, kasus susu formula untuk bayi yang mengandung bakteri berbahaya, kasus oreo yang didalamnya mengandung melamin, dan obat
kumur Oral B yang ternyata mengandung bakteri Burkholderia anthina yang bisa menjangkiti pertahanan tubuh lemah. Maka, diperlukan peranan BPOM dalam
membenahi sistem pengontrolan terhadap hal keterbukaan informasi suatu produk. Oleh karena itu, keterbukaan informasi publik mulai digulirkan tahun 2008 dalam
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang No. 14 tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang bersamaan dengan itu pemerintah juga menggulirkan Komisi Informasi Publik sebagai
pemegang penuh regulasi Undang-undang No. 14 Tahun 2008 sebagai bentuk penegasan dan pengawasan terhadap sirkulasi informasi kegiatan suatu produk.
Pengejawantahan daripada regulasi keterbukaan informasi publik, masih belum dapat dirasakan sampai dengan masyarakat bawah karna mengingat sistem
birokrasi yang ada masih jauh dari sempurna. Pada tahun 2010 pemerintah menyadari siapa yang seharusnya bertanggung jawab sehingga menggulirkan
regulasi, dan menetapkan di setiap badan publik perlu ada Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi.
21
Yang menjadi sengketa informasi publik adalah sengketa yang terjadi antara badan publik dan pengguna informasi publik yang
berkaitan dengan hak memperoleh dan menggunakan informasi berdasarkan perundang-undangan.
22
Berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik,
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Standar Layanan Informasi Publik,
Badan pengawasan Obat dan Makanan BPOM sebagai salah satu badan publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2008 mempunyai
kewajiban untuk memberikan layanan informasi yang dapat diakses oleh publik atau msyarakat khususnya pemangku kepentingan di bidang pengawasan obat dan
makanan.
21
ibid
22
Undang-undang No. 14 Tahun 2008 trntang Keterbukaan Informasi Publik Pasal 1 ayat 5
Universitas Sumatera Utara
B. Rumusan Masalah