Keterbukaan Informasi Publik menurut Hukum di Indonesia

B. Keterbukaan Informasi Publik menurut Hukum di Indonesia

Undang-undang No. 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik adalah salah satu produk hukum di Indonesia yang dikeluarkan tahun 2008 dan diundangkan pada 30 April 2008 dan mulai berlaku setelah dua tahun diundangkan. Undang-undang yang terdiri dari 64 Pasal ini pada intinya memberikan kewajiban kepada setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik, kecuali beberapa informasi tertentu. 43 Terbitnya Undang-undang ini merupakan bentuk dorongan partisipasi aktif keterlibatan masyarakat dan pemerintah guna mewujudkan komitmen hak dasar publik atas kebutuhan layanan informasi. Dalam konteks keterbukaan Informasi Publik, maka kehadiran Undang-undang ini membuka akses publik untuk melakukan monitoring dan pengawasan. Keterbukaan Informasi Publik dalam praktik penyelenggaraan negara secara terbuka kini juga digiatkan secara global. Salah satu inisiatif internasional yang dibangun untuk mewujudkan keterbukaan informasi adalah Open Governance Partnership OGP dimana Indonesia sebagai salah satu negara yang telah berkomitmen terhadap inisisatif OGP bertanggung jawab untuk menjalankan berbagai inisiatif guna mendorong keterbukaan informasi di dalam negeri. Rencana strategi yang telah disusun di tingkat Open Governance Indonesia OGI untuk optimalisasi implementasi UU KIP adalah mendorong percepatan penetapan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi PPID di seluruh Pemerintah Daerah. Implementasi kebijakan mendorong prmbentukan PPID 43 http:id.m.wikipedia.orgwikiUndang-undang_keterbukaan_informasi_publik diakses tanggal 4 April 2015 Universitas Sumatera Utara Pemerintah Daerah ini dilaksanakan oleh Kementrian Dalam Negeri yang memiliki fungsi koordinasi,pembinaan dan pengawasan Pemerintah Daerah. Agar Keterbukaan Informasi Publik tidak sekedar menjadi konsep, maka substansinya diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah PP No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU KIP, sedangkan untuk tataran yang lebih implementatif Kementrian Dalam Negri telah menerbitkan Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi. UU KIP sendiri hadir untuk menjamin : a. Hak setiap orang untuk memperoleh Informasi Publik termasuk hak untuk mengajukan banding bila menemui hambatan dalam mengakses informasi publik ; b. Kewajiban Badan Publik menyediakan dan melayani permohonan Informasi Publik secara cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana; c. Pengecualian Informasi Publik bersifat ketat dan terbatas; d. Kewajiban Badan Publik untuk membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan Informasi Publik; e. Sanksi apabila terdapat pelanggaran; f. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa terkait dengan jaminan hak atas informasi. Menjadi penting dari pemberlakuan UU KIP itu sendiri adalah berlakunya UU KIP bertujuan membawa perubahan paradigma Badan Publik dalam mengelola informasi. Sebelum UU KIP berlaku, pengelolaan informasi dilakukan adalah tertutup, kecuali yang diizinkan terbuka. Namun, setelah diundangkan, Universitas Sumatera Utara paradigma pengelolaan informasi bergeser menjadi pengelolaan informasi secara publik, artinya seluruh informasi adalah terbuka informasi publik, kecuali yang dikecualikan. Dalam kaitannya dengan pengecualian informasi, arti penting dari pemberlakuan UU KIP adalah bahwa sebelum UU KIP berlaku, pengecualian informasi tidak memiliki parameter yang pasti. Pengecualian informasi memperluas parameter dengan alasan birokrasi maupun politis. Sedangkan setelah UU KIP berlaku, UU KIP memberikan parameter yang pasti mengenai pengecualian informasi, yaitu dengan mensyaratkan bahwa pengecualian harus didasarkan pada: a. Konsekuensi berdasarkan Pasal 17 UU KIP, dan b. Pengujian kepentingan publik, serta c. Hanya berlaku sesuai dengan jangka waktu tertentu masa retensi. PPID merupakan pelaksasna utama pengelola informasi dan dokumentasi yang bertanggungjawab dan mewujudkan pelayanan informasi secara cepat, tepat dan sederhana. PPID ditunjuk dan ditetapkan oleh Badan Publik. PPID melekat pada pejabat struktural yang membidangi tugas dan fungsi pelayanan informasi serta memiliki kompetensi dan mengelola informasi dan dokumentasi. 44 Mengingat informasi publik yang bersifat terbuka dan dapat diakses setiap pengguna informasi publik, Maka badan Publik harus menyediakan akses dan sarana infrasruktur yang dapat dijangkau oleh masyarakat, seperti termaktub 44 http:www.ppid.kominfo.go.id diakses pada tanggal 22 February 15 Universitas Sumatera Utara dalam Pasal 21 UU KIP bahwa mekanisme untuk memperoleh informasi didasarkan pada prinsip cepat, tepat waktu dan biaya ringan. 45

C. Standar Layanan Informasi Publik