a. Likuiditas
b. Profitabilitas Rentabilitas
c. Solvabilitas
d. Leverage
e. Aktivitas
f. Market based ratio
6. Teknik analisis lain, seperti:
a. Analisis sumber dan penggunaan dana
b. Analisis Break even
c. Analisis gross profit
d. Dupont Analysis
7. Analytical review Transactional Analysis
8. Model Analisis:
a. Bond rating
b. Bankruptcy model
c. Net cash flow prediction model
d. Take off prediction model
e. Take over Model
E. Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan ditinjau dari sisi keuangan sering dikaitkan dengan istilah kegagalan keuangan financial failure, kesulitan keuangan financial distress
maupun kegagalan bisnis business failure sehingga di dalam keuangan pengertian tentang kebangkrutan tidak pernah terlepas dari istilah-istilah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Shim dan Siegel 1994:243 memberikan defenisi kebangrutan adalah pernyataan terakhir dari ketidakmampuan suatu perusahaan untuk melajutkan operasionalnya
kewajiban membayar utang-utang yang ada. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
kebangkrutan adalah suatu kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban financialnya terutama pembayaran cicilan hutang lancar beserta
bunganya pada saat jatuh tempo. Hal-hal yang menyebabkan kebangkrutan suatu usaha bervariasi untuk perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. Berdasarkan
penelitian Dun dan Bradstreet menunjukan beberapa faktor utama penyebab kebangkrutan terdiri dari kelemahan industri dalam persaingan dan lokasi yang tidak
menguntungkan, faktor keuangan dari jumlah yang terlalu besar dan ketidakcukupan modal saja. Secara umum kebangkrutan merupakan kombinasi dari beberapa faktor
tersebut.
Tabel 2.1 Sebab-sebab kebangkrutan
Sebab-sebab kebangkrutan Presentase
Faktor-faktor ekonomi 55,1
Faktor keuangan 36,0
Kecelakaan, kurang serius, korupsi 7,1
Faktor lain 1,8
Sumber : Dun Bradstreet, Inc, Business Failure Record New York: 19901991
F. Analisis Altman Z-Score
Metode altman Z-score adalah suatu model yang terkenal utk memprediksi kebangkrutan atau kesulitan keuangan pada perusahaan. Pada tahun 1968 seseorang
bernama edward altman merupakan peniti awal yang mengkaji pemanfatan analisis
Universitas Sumatera Utara
rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebankrutan. Dalm penelitian nya altman menggunakan sampel 33 pasang perusahaan yang bankrut dan perusahaan
yang tidak bangkrut berjumlah 66 perusahaan dan model yang disusun secara tepat mampu mengidentifikasikan 90 kasus kebangkrutan pada satu tahun sebelum
kebangkurutan terjadi, dengan menggunakan teknik multivariate discriminant analysis. Formula yang dihasilkan pada tahun 1968 dikenal dengan model original.
Berdasarkan formulasi dari Dr. Edward I. Altman untuk melihat kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan usaha dapat digunakan analisis diskriminan.
Altman dalam studinya telah menyeleksi 22 rasio keuangan, Altman menemukan lima rasio dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang sehat dan
bangkrut. Prediksi yang diformulasikan oleh Altman dalam bentuk persamaan yang kemudian dikenal dengan formula Z-Score :
Z = W
1
X
1
+ W
2
X
2
+W
3
X
3
+ W
4
X
4
+ W
5
X
5
Fungsi Z yang ditemukan adalah : Z = 0,012X
1
+ 0,142X
2
+ 0,033X
3
+ 0,006X
4
+ 0,999X
5
Model ini digunakan untuk perusahaan yang go public dan memiliki nilai pasar. Perkembangan selanjutnya banyak individu yang merasa lebih cocok dengan
formula berikut : Z = 1,2X
1
+ 1,4X
2
+ 3,3X
3
+ 0,6X
4
+ 1,0X
5
Formula ini juga digunakan untuk perusahaan yang go public dan industri perbankan. Mengingat bahwa tidak semua perusahaan go public dan memiliki nilai
pasar, maka formula untuk perusahaan yang tidak go public dan tidak memiliki nilai pasar adalah :
Z = 6,56 X
1
+ 3,26X
2
+ 6,72X
3
+ 1,05X
4
Universitas Sumatera Utara
Rasio-rasio tersebut merupakan rasio-rasio yang mendeteksi kondisi keuangan perusahaan yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan.
Adapun rasio-rasio tersebut terdiri dari :
1.
X
1
= Aktiva lancar – hutang lancar Total Aktiva 2.
X
2
= Laba DitahanTotal Aktiva 3.
X
3
= Laba Sebelum Bunga dan PajakEBITTotal Aktiva 4.
X
4
= total Equitas Total Utang 5.
Z = nilai keseluruhan nilai akhir Kriteria penilaian :
Z 2,99 Sehat
1,81Z2,99 Daerah abu-abu
Z 1,81 Bangkrut
Nilai Z yang semakin besar, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak mengalami kegagalan usaha. Hasil penelitian ini, hanya signifikan
untuk prediksi selama dua tahun ke depan. Formula Altman Z-Score merupakan kombinasi dari beberapa rasio keuangan yang dianggap dapat memprediksi kesehatan
dan terjadinya kebangkrutan pada sebuah perusahaan. 1.
Modal KerjaTotal Aktiva X
1
Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja netto, dimana modal kerja diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan
hutang lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-indikator kebangkrutan, maka indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat
likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti: ketidakcukupan kas, hutang dagang membengkak, utilitas modal harta kekayaan menurun, penambahan
hutang yang tak terkendali, dan beberapa indikator lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan mengalami kesulitan keuangan pada umumnya modal kerjanya akan turun lebih cepat daripada total aktiva menyebabkan rasio ini turun Sawir,
2005:25. Selisih bersih antara sumber dana dan penggunaan dana akan menunjukkan modal kerja perusahaan itu bertambah atau berkurang. Jika terjadi sumber dana lebih
besar daripada penggunaan dana, maka terjadi surplus yang berarti modal kerja bertambah, demikian pula sebaliknya akan terjadi defisit modal kerja berkurang
apabila sumber dana lebih kecil daripada penggunaan dana. Modal kerja bertambah karena penjualan aktiva tetap, bertambahnya hutang jangka panjang, dan modal
sendiri. Modal kerja berkurang karena pembelian aktiva tetap, hutang jangka panjang, dan modal sendiri.
2. Laba DitahanTotal Aktiva X
2
Merupakan rasio-rasio profitabilitas yang mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio Laba DitahanTotal Aktiva akan mengukur
besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba dibandingkan
dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai awal laba ditahan mulai turun. Bagi banyak
perusahaan, nilai dari rasio Laba DitahanTotal Aktiva akan menjadi negatif Sawir, 2005:25.
3. Laba Sebelum Bunga dan PajakTotal Aktiva X
3
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor
termasuk pemegang saham dan obligasi. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan
diantaranya adalah: piutang dagang meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa semester, pendapatan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas
Universitas Sumatera Utara
perusahaan berkurang, serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.
Rasio ini dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktifitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar daripada rata-rata tingkat
bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga pinjaman Sawir, 2005:25.
4. Nilai Pasar Modal Sendiri Modal SendiriTotal Hutang X
4
Merupakan rasio yang mengukur aktivitas perusahaan. Rasio ini sering juga digunakan dalam bentuk persamaan Net WorthTotal Debt. Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. Umumnya perusahaan-perusahaan yang gagal adalah perusahaan
yang mengkonsumsi lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan
menjadi lebih tinggi . Rasio ini kebalikan dari Debt Equity Ratio yang dikenal di dalam rasio keuangan Sawir, 2005:25.
5. PenjualanTotal Aktiva X
5
Rasio PenjualanTotal Aktiva merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode
tertentu. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan
revenue. Semakin besar perputaran total aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan berpengaruh pada rasio-rasio tersebut
di atas adalah : pangsa pasar menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada
Universitas Sumatera Utara
pesaing, modal kerja menurun, kepercayaan konsumen berkurang, dan beberapa indikator lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman Z-Score tidak hanya terfokus pada bagian-bagian keuangan
perusahaan saja tetapi juga dapat dikorelasikan dengan beberapa indikator yang mungkin dapat mempengaruhi rasio-rasio tersebut. Hal ini berarti bahwa
implementasi metode Altman Z-Score pada sebuah perusahaan di samping akan mendeteksi terjadinya kemungkinan kebangkrutan, juga akan mengarahkan
perusahaan yang sedang mengalami masalah dengan memperhatikan beberapa indikator yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan.
Metode Altman Z-Score pertama kali dikembangkan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya tujuan perhitungan nilai Z adalah untuk
mengingatkan akan masalah keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan menyediakan petunjuk untuk bertindak. Bila nilai Z perusahaan lebih rendah
daripada yang dikehendaki manajemen, maka harus diamati laporan keuangan untuk mencari penyebab mengapa terjadi begitu. Hal yang menarik mengenai Altman Z-
Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun perusahaan sangat makmur, tapi bila nilai Z mulai
turun dengan tajam, perusahaan harus segera waspada dan mengambil langkah tepat untuk memperbaiki kinerjanya.
Pengamatan dimulai dengan menghitung nilai Z dari periode-periode sebelumnya dan dibandingkan dengan nilai Z sekarang. Bila kecendrungan menurun,
cobalah pahami apa yang telah berubah sehingga menghasilkan rasio-rasio yang menyebabkan skor jatuh. Memantau kecendrungan nilai Z akan membantu
mengevaluasi perubahan keuangan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Weston dan CopelandBenjamin,2005:125 menyebutkan sebab-sebab terjadinya ketidaksehatan suatu perusahaan yang berujung pada kondisi kegagalan
perusahaan tersebut. Kondisi itu dapat berupa : 1.
Kegagalan ekonomi yang diartikan : a.
Ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. b.
Biaya modal perusahaan lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi.
c. Realisasi laba yang diterima perusahaan tidak dapat menututup biaya.
2. Kegagalan bisnis yaitu :
a. Jika perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo dan
perusahaan dinyatakan pailit. b.
Jika total kewajiban melebihi nilai wajar dari total aktivanya. c.
Modal atau networth perusahaan adalah negatif. Pada umumnya, jauh sebelum perusahaan mengalami kegagalan, tanda-tanda
awal yang menunjukkan ke arah kecendrungan yang kurang menguntungkan itu telah kelihatan, tetapi sering kali manajemen mengindahkan bahkan tidak memperhatikan
sama sekali. Manajemen juga terkadang menganggap bahwa tanda-tanda yang menunjukkan tidak sehatnya perusahaan merupakan gejala sementara yang akan
hilang dengan sendirinya, tanpa perlu ada campur tangan manajemen. Anggapan ini mengakibatkan pihak manajemen terlambat melakukan tindakan antisipasi maupun
proses perbaikan terhadap kinerja perusahaan. Menurut Adnan dan Kuniasih 2001 rasio tingkat kesehatan perusahaan
dengan rasio-rasio dalam potensi kebangkrutan mempunyai hubungan yang sangat kuat dalam menentukan kondisi keuangan perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
G. Analisis Economic Value Added EVA