Latar Belakang Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum 4. Dr. Agusmidah, SH, M.Hum

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reformasi hukum merupakan salah satu amanat penting dalam rangka pelaksanaan agenda reformasi nasional. Di dalamnya tercakup agenda penataan kembali berbagai institusi hukum dan politik mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat pemerintahan desa, pembaharuan berbagai perangkat peraturan perundang- undangan mulai dari Undang-Undang Dasar sampai ke tingkat Peraturan Desa dan pembaruan dalam sikap, cara berpikir dan berbagai aspek perilaku masyarakat hukum kearah kondisi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dengan perkataan lain dalam agenda reformasi hukum telah tercakup pengertian reformasi kelembagaan institutional reform, reformasi perundang-undangan instrumental reform, dan reformasi budaya hukum cultural reform. Reformasi hukum harus pula dimulai dari kondisi pemerintah yang baik. Pemerintahan yang sehat dan tegas akan mendukung apapun langkah reformasi yang diamanatkan. Pemerintah sebagai subjek hukum yang berarti pula dapat melakukan perbuatan hukum, maka pemerintah sangat berpotensi melakukan penyimpangan atau pelanggaran hukum. Mengapa demikian? Menurut James Madison, dalam tulisannya yakni Federalist Papers menyatakan “if men were angels, no government would be Universitas Sumatera Utara necessary. If angels were to govern men neither external nor internal controls on government would be necessary”. 1 Pemerintahan berkenaan dengan sistem, fungsi, cara perbuatan, kegiatan, urusan atau tindakan memerintah yang dilakukan atau diselenggarakan atau dilaksanakan oleh ‘pemerintah’ dalam arti luas semua lembaga Negara maupun dalam arti sempit presiden beserta jajaran atau aparaturnya. Eksekutif adalah cabang kekuasaan Negara yang melaksanakan kebijakan publik kenegaraan dan atau pemerintahan melalui peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif maupun atas inisiatif sendiri. Secara teoritis, Presiden atau Pemerintah memiliki dua kedudukan yaitu sebagai salah satu organ negara dan sebagai administrasi negara. Sebagai organ negara pemerintah bertindak untuk dan atas nama negara. Sedangkan sebagai administrasi negara, pemerintah dapat bertindak baik di lapangan pengaturan regelen maupun dalam lapangan pelayanan bestuuren. 2 ‘Administrasi’ Negara adalah badan atau jabatan dalam lapangan kekuasaan eksekutif yang mempunyai kekuasaan mandiri berdasarkan hukum untuk melakukan tindakan-tindakan pemerintahan baik di lapangan pengaturan, maupun penyelenggaraan administrasi negara. 3 1 Winahyu Erwiningsih, Peranan Hukum Dalam Pertanggungjawaban Perbuatan Pemerintah Bestuurshandeling Suatu Kajian Dalam Pembangunan Hukum, Jakarta: Jurnal Jurisprudence, Vol. 1, No. 2, September 2004, hlm. 138. 2 Iskatrinah, Pelaksanaan Fungsi Hukum Administrasi Negara dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Baik, Jakarta: Litbang Pertahanan Indonesia, Balitbang Departemen Pertahanan, 2004, hlm. 13. 3 Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang istilah pemerintah dan pemerintahan,maka dalam Blacks Law Dictionary, diartikan bahwa : Government, from the Latin Gubernaculum, signifies the instrument, the helm, whereby the ship to which the state was compared , Universitas Sumatera Utara Sejak reformasi keuangan Negara bergulir pada awal tahun 2003, Pemerintah Pusat telah membangun komitmen yang kuat untuk memenuhi prinsip-prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik good governance melalui pengelolaan keuangan yang sehat dan modern sound and modern. 4 Lingkup perubahan yang terjadi sangat mendasar dan bersifat menyeluruh, termasuk di dalamnya adalah pengelolaan aset Negara. International best practices memperlihatkan peran strategis pengelolaan aset negara sebagai salah satu indikator penting pengendali anggaran negara dan upaya perwujudan akuntabilitas tata kelola suatu keuangan negara. Adalah sebuah cita-cita bagi Pemerintah Pusat untuk segera mewujudkan strategic asset management, yaitu integrasi fungsi perencanaan, penganggaran, pengelolaan, dan pertanggungjawaban aset negara yang mengendepankan prinsip “3 Tertib” dan “The highest and best use of assets”. Terminologi “aset negara” dalam penelitian ini memiliki makna yang sama dengan Barang Milik Negara 5 sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 was guided on its course by their “gubernator” or helmsman, and agency of state distinguished as it must be an accurate thought from its scheme and machinery of government. In US Government consist , of the executive, legislative, judicial branches, in addition to administrative agencies. Selanjutnya dikatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘executive’ adalah ‘ as distinguished from the legislative and judicial departments i.e branches of government, the executive departments is that which is changed with details of carrying the laws info effect and securing their due observance’. 4 Prinsip-prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik good governance dalam hal ini khususnya keterbukaan dan transparansi openness dan transparency, tanggung gugat accountability, superemasi hukum rule of law, profesionalisme dan kompetensi, daya tanggap responsiveness, efisiensi dan efektivitas, dan kemitraan dengan dunia usaha swasta dan pemerintah Disarikan dari 14 prinsip-prinsip tata kelola kepemerintah yang baik, Bappenas 2007. 5 Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBNAPBD atau yang berasal dari peroleh lainnya yang sah. Lihat, Pasal 1 Angka 1 dan 2, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. Universitas Sumatera Utara Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah, namun memiliki makna yang lebih sempit dari “kekayaan negara 6 ” dalam terminologi hukum dan mengandung makna yang lebih luas dari “aset tetap 7 “ yang biasa digunakan dalam terminologi akuntansi. Penggunaan istilah “aset negara” dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mempermudah pengenalan konsep “strategic asset management” mengingat subfungsi di dalam keuangan negara menggunakan peristilahan yang berbeda-beda dari sistem penganggaran, sistem pengelolaan barang milik negara, dan sistem akuntansi, sementara obyek asetnya adalah sama. Pertama, penganggaran membaginya berdasarkan substansi peruntukan belanja, bukan jenis barang. Sebagai ilustrasi, alokasi belanja untuk perolehan aset negara sekurang-kurangnya terdapat pada alokasi “belanja modal”, “belanja barang”, “hibah”, dan “bantuan sosial”. Alokasi lainnya yang masih dapat dimaknai sebagai alokasi untuk perolehan aset negara adalah dana yang dibelanjakan untuk perolehan aset yang berasal dari dana dekonsentrasi, 8 dana tugas pembantuan, 9 dan anggaran pembiayaan dan perhitungan BA APP. 10 6 Kekayaan Negara dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kekayaan yang dimiliki pemerintah domein privat dan kekayaan yang dikuasai negara domein publik. Dalam landasan konstitusional kita mengacu pada Pasal 23 Ayat 1 dan Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945. 7 Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Lihat, Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 8 Dana dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Lihat, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Universitas Sumatera Utara Kedua, di dalam konteks manajemen aset, Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah menggunakan istilah “Barang Milik Negara” selanjutnya disingkat BMN, yaitu segala sesuatu barang berwujud danatau tidak berwujud, sepanjang diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN atau perolehan lain yang sah. Dengan demikian, seluruh jenis alokasi anggaran yang menghasilkan aset, baik untuk digunakan pihak Pemerintah, dikerjasamakan maupun untuk dipindahtangankan kepada pihak lain, dikategorikan sebagai BMN. Ketiga, di dalam konteks akuntansi dan pelaporan, BMN dikenal dengan berbagai jenis akun akuntansi dan dapat berbentuk persediaan, 11 aset tetap, dan aset lain-lain. 12 Dengan demikian, untuk peneliti dapat menampung 3 tiga sudut pandang yang berbeda, maka digunakan istilah “aset negara” untuk menggambarkan barang milik negara atau aset yang diperoleh dari berbagai jenis alokasi anggaran atau persediaan, aset tetap, atau aset lain-lain. 9 Dana tugas pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Lihat, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008. 10 Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan adalah dana APBN yang dialokasikan kepada Menteri KeuanganBendahara Umum Negara sebagai pengguna anggaran selain yang dialokasikan untuk KementerianLembaga yang dalam pelaksanaannya dapat diserahkan kepada Kementerian LembagaPihak Lain sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. 11 Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual danatau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. 12 Termasuk dalam kelompok aset lain-lain adalah aset tak berwujud, aset eks BPPN, aset barang sitaan, dan barang-barang rusak berat yang belum dihapuskan. Universitas Sumatera Utara Jumlah, nilai value, dan potensi kekayaanaset negara yang begitu besar dirasakan masih belum dapat mewujudkan optimalisasi penerimaan, efisiensi pengeluaran, dan efektivitas pengelolaan kekayaanaset negara. Hal ini dapat disebabkan oleh: 1 keberagaman kekayaanaset negara secara jenis dan letak geografis, 2 adanya keragaman kepentingan interest yang melekat, 3 adanya pihak yang secara langsung atau tidak langsung menguasai, 4 inefisiensi alokasi, 5 belum adanya unifikasi regulasi, 6 koordinasi dan pengawasan lemah, dan 7 yang sangat penting yaitu belum terwujudnya basis data data base dalam suatu sistem informasi modern terintegrasi sehingga tidak diketahuinya secara pasti dan real time berapa jumlah, nilai, dan potensi serta bagaimana pola penggunaan tertinggi dan terbaiknya highest and best use. Akumulasi dari hal-hal tersebut melahirkan kompleksitas dan kerap tumpah tindih dalam pelaksanaan dan penanganan kekayaan negara yang pada gilirannya telah dan terus merugikan negara. 13 13 Lihat Majalah Anggaran, Laporan Utama : Banyak Instansi Tidak Mengamankan Kekayaan Negara. Edisi Nomor 77 Tahun 2001 dan Buletin Pemeriksa-BPK dalam artikel yang ditulis Yasmadi Yoedodibroto, Masalah Barang Inventaris Milik Negara Terus Berkembang, Edisi 88, BPK 2003 antara lain disebutkan masalah terkait kekayaan negara seperti : 1. Para penanggung jawab atau fungsi-fungsi organisasi dalam pengelolaan dan penatausahaan barang pada lembagadepartemen beserta jajarannya tidak berjalan secara optimal seperti pembina barang inventaris, unit pengurus barang, dan pemakai barang. 2. Ketidaklengkapan dokumen pembukuan dan pelaporan. 3. Kurangnya pengetahuan keterampilan petugas pelaksana pengelola barang. 4. Terdapatnya unit-unit tertentu yang kelebihan peralatan dan perlengkapan sedangkan di unit lain kekurangan. 5. Tidak diketahuinya dengan pasti nilai kekayaan negara baik secara keseluruhan maupun per departemenlembaga ataupun instansi pemerintah. 6. Laporan tahunan inventariskekayaan negara tidakbelum menggambarkan data yang benar wajar dari instansi departemen lembaga bila dicocokan data pendukungnya seperti sertifikat. 7. Ribuan hektar tanah milik negara tanpa bukti kepemilikan yang sah dan tidak bersertifikat. 8. Penggunaan rumah dan gedung yang sudah dibangun tidak terurus tanpa penghuni atau tidak dimanfaatkan. 9. Rumah-rumah dinas dihuni oleh orang-orang yang tidak berhak. Universitas Sumatera Utara Eksistensi kekayaan negara sangatlah penting dan memiliki kedudukan yang strategis dalam rangka mendukung perwujudan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pendataan kekayaan negara secara komprehensif dan akurat di satu sisi dan pengetahuan tentang nilai terkininya existing value di sisi lain ibarat satu mata uang dengan dua sisi yang merupakan prakondisi dalam rangka optimalisasi pengelolaan kekayaan negara. Sampai saat ini, walaupun relatif telah dilakukan pendataaninventarisasi, namun masih sangat terbatas, sehingga memerlukan waktu untuk mewujudkan neraca pemerintah pusat seperti yang diharapkan. Di level pemerintah daerah, beberapa daerah telah mempunyai estimasi jumlah, nilai, dan potensi kekayaan daerahnya yang tertuang dalam neraca daerah. Namun elemen- elemen yang tersaji pada neraca-neraca tersebut masih perlu dipertanyakan apakah telah mencerminkan kondisi faktual berdasarkan market value. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah memberikan sebagian besar kewenangan untuk mengelola potensi dan sumber daya daerah sepenuhnya kepada daerah dimana dengan kebijakan 10. Tanah dan rumah dinas ataupun gedung berubah status kepemilikan menjadi milik pribadi, yayasan, swasta tanpa diketahui proses perubahan atau tanpa melalui prosedur yang sah. 11. Berhektar-hektar tanah milik negara terbengkalai tidak terurus oleh instansi yang bersangkutan karena berubahnya struktur organisasi atau karena perubahanmutasi pegawai tanpa menyerahkan dokumen kepemilikan suatu instansi kepada pegawai atau petugas yang baru. 12. Barang inventaris yang tidak diberikan kode berpindahtangan menjadi milik pribadi. 13. Pemanfaatan kekayaan negara berupa tanah dan gedung oleh koperasi departemen lembaga dan beberapa perusahaan swasta untuk tujuan pure bisnis seperti toko, department store, ruko, bank, hotel, restoran, perkantoran, ruang konvensi, ruang resepsi dan sebagainya dimana secara umum hasilnya sedikit masuk ke kas negara. 14. Kasus tukar guling ruilslag yang tidak menguntungkan bagi negara. Universitas Sumatera Utara tersebut diharapkan tercapai optimalisasi pembangunan daerah sesuai dengan kebijakan yang dilakukan pada masing-masing daerah. Peran pemerintah pusat harus tetap ada untuk mensinergikan pemanfaatan dan pengelolaan kekayaan negara demi kepentingan nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 bahwa kekayaan negaranasional harus dipergunakan setinggi-tingginya untuk kemakmuran masyarakat dan bangsa Indonesia. Sehingga pemerintah harus mempunyai blue print strategi yang jelas dan komprehensif dalam melakukan pengelolaan kekayaan negara secara langsung dan tidak langsung melalui pembinaan. 14 Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara sebagai salah satu instansi vertikal di daerah berpendapat bahwa pengelolaan barang milikkekayaan negara mengandung pokok-pokok pengertian pembinaan logistik yang siklusnya berawal dengan tahap perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, pendistribusian, pemeliharaan dan inventarisasi dan pada tahap akhirnya adalah penghapusan. Untuk dapat mewujudkan tertib penghapusan barang perlengkapan milikkekayaan negara, pemahaman setiap tahapan dalam siklus logistik merupakan suatu keharusan demi terciptanya tertib administrasi perlengkapan. 14 Lihat ruang lingkup Keuangan Negara dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan lihat Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005. Departemen Keuangan selaku elemen Pemerintah Pusat mempunyai tugas pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara, menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan bidang keuangan negara dan kekayaan negara, dan menyelenggarakan fungsi pengelolaan barang milikkekayaan negara yang menjadi tanggungjawabnya. Universitas Sumatera Utara Secara umum penghapusan barang perlengkapan didefinisikan sebagai kegiatan pembebasan barang dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan Surat Keputusan dari Pejabat yang berwenang, secara lebih operasional, penghapusan perlengkapan merupakan pengakhiran fungsi perlengkapan dengan pertimbangan-pertimbangan dan argumentasi-argumentasi tertentu yang dapat dipertanggungjawabakan. Dengan demikian, dalam kegiatan penghapusan perlengkapan harus mempertimbangkan alasan normative tertentu. Muara berbagai pertimbangan tersebut tidak lain adalah demi efektivitas dan efesiensi kegiatan organisasi. 15 Bertitik tolak dari uraian-uraian dan berdasarkan permasalahan- permasalahan di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas dan menelitinya dengan judul Analisis Yuridis Penghapusan Barang Milik Negara Pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, sebagai berikut : 1. Bagaimana hubungan antara penghapusan barang milik negara dengan pengelolaan barang milik negara? 15 Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Modul Diklat Jarak Jauh Manajemen Perlengkapan, Jakarta, 2005, hlm. 136 Universitas Sumatera Utara 2. Bagaimana pelaksanaan penghapusan barang milik negara pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum HAM Sumatera Utara? 3. Apa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan penghapusan barang milik negara pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum HAM Sumatera Utara serta upaya apa yang dilakukan?

C. Tujuan Penelitian

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ulos Batak (Studi pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara)

1 33 94

HARMONISASI MATERI MUATAN HAK ASASI MANUSIA DALAM PERATURAN DAERAH OLEH KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA.

0 1 17

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ulos Batak (Studi pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara)

2 6 8

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ulos Batak (Studi pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara)

0 0 1

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ulos Batak (Studi pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara)

0 0 17

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ulos Batak (Studi pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara)

0 0 19

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ulos Batak (Studi pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara)

0 0 4

Peranan Kepemimpinan dalam Meningkatkan Kinerja dan Disiplin Karyawan pada Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KEMENKUMHAM) Wilayah Sumatera Utara

0 0 1

Peranan Kepemimpinan dalam Meningkatkan Kinerja dan Disiplin Karyawan pada Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KEMENKUMHAM) Wilayah Sumatera Utara

1 1 21

Peranan Kepemimpinan dalam Meningkatkan Kinerja dan Disiplin Karyawan pada Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KEMENKUMHAM) Wilayah Sumatera Utara

0 0 8