Azas-Azas Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah Organisasi Kepanitiaan

Namun demikian, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 adalah mengatur mengenai pokok-pokok pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah. Agar pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah tersebut lebih operasional tentunya masih diperlukan aturan yang lebih teknis sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah dimaksud, baik berupa Peraturan Menteri Keuangan PMK ataupun berupa peraturan pelaksanaan lainnya.

2. Azas-Azas Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah

Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah dilaksanakan dengan memperhatikan azas-azas sebagai berikut : a. Azas fungsional Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah dibidang pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah dilaksanakan oleh pengelola danatau pengguna Barang Milik NegaraDaerah sesuai fungsi, wewenang, dan tangung jawab masing-masing. b. Azas kepastian hukum Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan, serta azas kepatutan dan keadilan. c. Azas transparansi keterbukaan Penyelenggaraan pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah harus transparan dan membuka diri terhadap hak dan peran serta masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar dan keikutsertaannya dalam mengamankan Barang Milik NegaraDaerah. Universitas Sumatera Utara d. Efisiensi Penggunaan Barang Milik NegaraDaerah diarahkan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal. e. Akuntanbilitas publik Setiap kegiatan pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara. f. Kepastian nilai Pendayagunaan Barang Milik NegaraDaerah harus didukung adanya akurasi jumlah dan nominal Barang Milik NegaraDaerah. Kepastian nilai merupakan salah satu dasar dalam penyusunan neraca pemerintah dan pemindahtanganan Barang Milik NegaraDaerah.

3. Landasan Pemikiran Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah

Landasan-landasan pemikiran yang digunakan dalam pengaturan pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah meliputi : a. Landasan Filosofi Hakekat Barang Milik NegaraDaerah merupakan salah satu unsur penting penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mencapai cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara Universitas Sumatera Utara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah perlu dilakukan dengan mendasarkan pada perturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjamin tercapainya cita-cita dan tujuan dimaksud. b. Landasan Operasional Landasan Operasional Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah lebih berkaitan dengan kewenangan institusi atau Lembaga PengelolaPengguna Barang Milik NegaraDaerah, yang dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Pengelolaan Kekayaan Negara yang bersumber pada Pasal 33 Ayat 3 Undang- Undang Dasar Tahun 1945 adalah Negara. Badan penguasa atas barang negara dengan hak menguasai dan bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Instansi pengelolanya adalah Instansi Pemerintah DepartemenLPND yang diberikan wewenang untuk itu. Tanah oleh Badan Pertanahan Nasional, Tambang oleh Departemen Sumber Daya Mineral dan energi, laut dan kekayaannya oleh Departemen Kelautan dan sebagainya. Pengaturan atas pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah dalam ruang lingkup ini telah diatur dalam berbagai undang-undang. 2. Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah yang bersumber pada Pasal 23 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 adalah Negara sebagai Pemerintah Republik Indonesia yang dapat memiliki barang atau sesuatu sebagai aset kekayaan pemerintah dengan tujuan untuk menjalankan roda pemerintahan. Universitas Sumatera Utara Instansi pengelola adalah Presiden yang didelegasikan kepada Menteri Keuangan dan instansi pengguna adalah kementerian negaralembaga. c. Landasan Yuridis Acuan dasar dalam pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, khususnya Bab VII dan Bab VIII Pasal 42 sampai dengan Pasal 50. Untuk itu seluruh Peraturan Perundang-undangan yang ada perlu dikaji kembali termasuk penerapannya untuk disesuaikan dengan acuan tersebut di atas. 4. Pengaturan Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah Dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara mengamanatkan pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Adapun pokok-pokok pengaturan pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah sesuai Undang-undang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Adanya pemisahan peran antara pengelola dan pengguna Pasal 42, 43, dan 44 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, yang selanjutnya perlu pengaturan yang jelas mengenai hak dan kewajiban antara pengelola dan pengguna; Universitas Sumatera Utara b. Barang Milik NegaraDaerah yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan negaradaerah tidak dapat dipindahkan Pasal 45 Ayat 1 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. Dengan demikian, pemanfaatan Barang Milik NegaraDaerah oleh pengguna diarahkan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi masing-masing; c. Pemindahtanganan Barang Milik NegaraDaerah dilakukan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal Pemerintah setelah mendapat persetujuan DPR Pasal 45 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara; d. Persetujuan DPR sebagaimana dimaksud pada Butir 3 di atas adalah untuk pemindahtanganan Barang Milik NegaraDaerah yang berupa tanah dan bangunan, dengan beberapa pengecualian. Persetujuan DPR juga diperlukan untuk pemindahtanganan Barang Milik NegaraDaerah diluar tanah dan bangunan yang bernilai lebih dari Rp100.000.000.000,00 seratus miliar rupiah. Sedangkan pemindahtanganan Barang Milik NegaraDaerah diluar tanah dan bangunan yang bernilai Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah sampai dengan Rp100.000.000.000,00 seratus miliar rupiah dilakukan setelah mendapatkan persetujuan Presiden, dan yang bernilai sampai dengan Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah dilakukan setelah mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara; Universitas Sumatera Utara e. Penjualan Barang Milik NegaraDaerah prinsipnya dilakukan dengan cara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu yang pengaturan lebih lanjut diatur dalam peraturan pemerintah Pasal 48 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara; f. Barang Milik NegaraDaerah yang berupa tanah yang dikuasai Pemerintah Pusat harus disertifikatkan atas nama pemerintah Republik Indonesia yang bersangkutan Pasal 49 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. Dalam kaitannya dengan sertifikasi tanah dalam Penjelasan Pasal 49 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara diamanatkan perlunya pengaturan pelaksanaan oleh Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara berkoordinasi dengan lembaga yang bertanggungjawab di bidang pertanahan; g. Bangunan Milik NegaraDaerah harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan dengan tertib Pasal 49 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara; h. Khusus untuk tanah dan bangunan Pasal 49 Ayat 3 apabila tidak dimanfaatkan untuk menunjang tugas pokok dan fungsi wajib diserahkan kepada Menteri Keuangan; i. Barang Milik NegaraDaerah dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan kepada pemerintah pusat atau pemerintah daerah, dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman, dan Universitas Sumatera Utara dilarang untuk dilakukan penyitaan Pasal 49 Ayat 4 dan 5 serta Pasal 50 huruf c dan d Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara; j. Ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasi pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah diatur dengan Peraturan Pemerintah Pasal 49 Ayat 6 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. 5. Pengaturan Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah Adapun batasan pengertian dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah adalah 61 : a. Negara Pengertian atau batasan ”Negara” dalam kata ”Barang Milik Negara” adalah Pemerintah RI, dalam arti kementerian negaralembaga. Pengertian lembaga adalah sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 6 Ayat 2 Huruf b Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, yaitu lembaga negara dan lembaga pemerintah nonkementerian negara. b. Barang Milik Negara Yang dimaksud Barang Milik Negara sesuai dengan Pasal 1 Butir 10 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara adalah semua 61 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah. Universitas Sumatera Utara barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Barang Milik Negara dimaksud dapat berada di semua tempat, tidak terbatas hanya yang ada pada kementerianlembaga, namun juga yang berada pada Perusahaan Negara dan Badan Hukum Milik Negara atau bentuk- bentuk kelembagaan lainnya yang belum ditetapkan statusnya menjadi kekayaan negara yang dipisahkan. Sedangkan terhadap Barang Milik Negara yang statusnya sudah ditetapkan menjadi kekayaan Negara yang dipisahkan diatur secara terpisah dari ketentuan ini. Untuk barang-barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN dapat lebih mudah identifikasinya sebagai bagian dari Barang Milik Negara. Sedangkan untuk barang-barang yang berasal dari perolehan yang sah perlu adanya batasan yang lebih jelas, mana yang termasuk sebagai Barang Milik Negara. Dalam hal ini, batasan pengertian barang-barang yang berasal dari perolehan yang sah adalah barang-barang yang menurut ketentuan perundang- undangan, ketetapan pengadilan, danatau perikatan yang sah ditetapkan sebagai Barang Milik Negara. c. Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah Sesuai Pasal 48 Ayat 2 dan Penjelasan atas Pasal 49 Ayat 6 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, ruang lingkup pengaturan pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah dalam Peraturan Pemerintah meliputi penjualan barang melalui pelelangan dan pengecualiannya, perencanaan kebutuhan, tata cara penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan, Universitas Sumatera Utara penilaian, penghapusan dan pemindahtanganan. Rumusan tersebut merupakan siklus minimal atas seluruh mata rantai siklus pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah asset management cycle.

C. Penghapusan Barang Milik Negara

Penghapusan Barang Milik Negara adalah Proses tindak lanjut dari siklus pengelolaan Barang Milik Negara dengan maksud dan tujuan untuk membebaskan pengurusan Barang Milik Negara dari pertanggungjawaban administratif dan fisik barang yang ada dalam pengelolaan Bendaharaan BarangPengurus Barang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam kata lain, Penghapusan adalah proses terakhir dari perjalanan hidup Barang Milik Negara. Jika dianalogikan dalam karir manusia, penghapusan dapat didefinisikan sebagai Tahap Pensiun seseorang dari suatu PerusahaanInstansi. Penghapusan barang inventaris pada tingkat nasional adalah Presiden RI yang secara fungsional dilakukan oleh Menteri Keuangan RI Cq. Direktur Jenderal Kekayaan Negara sebagai Pengelola Barang Milik Negara. Pada tingkat DepartemenInstansi adalah MenteriPimpinan Instansi yang secara fungsional dikuasakan kepada Sekretaris JenderalPejabat yang menjalankan fungsi fasilitatif sebagai Pengguna Barang Milik Negara setelah mendapatkan persetujuan dari pengelola Barang Milik Negara. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya penghapusan Barang Milik Negara tidak terikat dengan waktu. Secara umum penghapusan Barang Milik Negara dilakukan jika memenuhi pertimbangan baik Teknis maupun Ekonomis atau pertimbangan lain yang tidak merugikan Negara serta tidak mengganggu pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari Departemeninstansi tersebut, namun untuk beberapa jenis Barang Milik Negara terdapat pengaturan usia minimal. Penentuan pertimbangan penghapusan yaitu 62 : 1. Untuk Barang Bergerak: a. Pertimbangan Teknis • Secara fisik barang tidak dapat dipergunakanrusak dan tidak ekonomis bila diperbaiki; • Tidak dapat dipergunakan lagi akibat modernisasi; • Telah melampaui batas penggunaankadaluarsa; • Mengalami perubahan dalam spesifikasi Terkikis, Rusak, dan Aus; • Selisih kurang dalam timbanganukuran karena penggunaansusut dalam penggunaanpemanfaatan. b. Pertimbangan Ekonomis : • Berlebih Surplus atau Ekses; • Lebih Menguntungkan bagi Negara bila dihapus. c. HilangKekuranganKerugian Karena : • Kesalahan atau Kelalaian Bendaharawan BarangPengurus Barang; • Force Majeure; • Mati, bagi Tanaman atau HewanTernak. 2. Untuk Barang Tidak bergerak : a. Rusak Berat, Terkena Bencana Alam Force Majeure ; b. Terkena Planologi Kotatidak sesuai dengan tata ruang; c. Kebutuhan Organisasi; d. Penyatuan Lokasi untuk Efisiensi dan Memudahkan Koordinasi; e. Pertimbangan dalam rangka rencana strategis pertahanan. 3. Untuk Pertimbangan Penghapusan Kendaraan a. Minimal berumur 10 tahun dari tahun pengadaan; b. Sudah ada penggantinya; dan c. Tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas apabila dihapus. 62 Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Modul Diklat Jarak Jauh Manajemen Perlengkapan, Jakarta, 2005, hlm. 140. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya penyebab Barang Milik Negara dihapuskan adalah 63 : 1. Penghapusan Karena Penyerahan Barang Milik Negara Kepada Menteri Keuangan Pengelola Barang. Dalam hal ini penghapusan dikarenakan pembubaran instansi pemerintah, karena berakhirnya jangka waktu yang ditugaskan kepada instansi tersebut. Sebagai contoh adalah berakhirnya Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias BRR Aceh-Nias. Setelah pembubaran BRR Aceh- Nias, seluruh BMN yang dipergunakan dan dibangun BRR dihapusakan dari daftar BMN BRR untuk diserahkan kepada Menteri Keuangan sebagai Pengelola BMN. Untuk selanjutnya BMN tersebut didistribusikan kepada KementerianLembaga Negara Lain Pengguna Barang Lain melalui perubahan status penggunaan, dihibahkan kepada Pemerintah daerah atau Lembaga Sosial dan Korban Bencana. Hal lain, Penghapusan ini juga dapat berkaitan dengan Penghapusan Karena Pengalihan Status Penggunaan Barang Milik Negara Kepada KementerianLembaga Negara Lain Pengguna Barang Lain. 2. Penghapusan Karena Pengalihan Status Penggunaan Barang Milik Negara Kepada KementerianLembaga Negara Lain Pengguna Barang Lain. Dalam hal ini penghapusan dikarenakan BMN pada suatu intansi dinilai berlebih dan tidak dipergunakan. Sehingga dikembalikan kepada Menteri Keuangan Pengelola BMN guna dioptimalkan penggunaannya atau didistribusikan kepada instansi lain yang dinilai membutuhkan. Sebagai contoh adalah penghapusan BMN berupa tanah idle suatu Departemen untuk dipergunakan oleh Departemeninstansi lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 3. Penghapusan Karena Pemindahtanganan Barang Milik Negara. Dalam hal ini Penghapusan dilakukan karena BMN beralih kepemilikannya dan tidak lagi menjadi Barang Milik Negara. Adapun cara pemindahtanganannya, yaitu melalui : a. Penjualan Lelang; b. Tukar Menukar Ruilslag; c. Hibah; d. Penyertaan Modal Pemerintah. 4. Penghapusan karena hal-hal yang mengharuskan dilakukannya pemusnahan. Dalam hal ini Penghapusan dilakukan karena BMN dinilai sudah tidak dapat digunakan maupun dipindahtangankan karena pertimbangan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai contoh BMN yang melah melampaui batas penggunaankadaluarsa, mengalami perubahan dalam spesifikasi menyusut, terkikis, rusak, aus, dan lain-lain, Selisih kurang dalam timbanganukuran karena penggunaansusut dalam penggunaanpemanfaatan, mati bagi 63 Ibid., hlm. 153-154. Universitas Sumatera Utara Tanaman atau HewanTernak. Hal lain, penghapusan ini juga dapat berkaitan dengan penghapusan karena adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya atau penghapusan untuk menjalankan ketentuan undang-undang. 5. Penghapusan karena adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya atau penghapusan untuk menjalankan ketentuan undang-undang. Dalam hal ini Penghapusan dilakukan karena putusan pengadilan atau penghapusan dilakukan karena ketentuan undang-undang mewajibkan dilakukan penghapusan. Sebagai contoh adalah BMN berupa tanah yang digugatdisengketakan, dan setelah ada putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap dinyatakan bukan sebagai Milik Negara. Sedangkan contoh penghapusan untuk menjalankan ketentuan undang-undang adalah penghapusan BMN karena terbitnya Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur pemisahan Barang Milik Negara menjadi Barang Milik Daerah. 6. Penghapusan karena sebab-sebab lain Dalam hal ini Penghapusan dilakukan berdasar Pertimbangan Force Majeure, Pertimbangan dalam rangka rencana strategis pertahanan, Pertimbangan HilangKekuranganKerugian baik karena kelalaian BendaharaPengelola maupun kelalaian Pegawaipengguna. Untuk BMN yang hilangrusak karena kelalaian penggunapengurus barang selain dilaksanakan proses penghapusan BMN, juga dilaksanakan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi TGR. Universitas Sumatera Utara BAB III PELAKSANAAN PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM SUMATERA UTARA

A. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Penghapusan Barang Milik Negara

Sebagai bagian yang inti dari proses manajemen perlengkapan maka penghapusan memiliki kaitan yang erat dari segi fungsi dengan bagian-bagian kegiatan inti manajemen perlengkapan lainnya yaitu pengadaan, penyimpanan, dan inventarisasi. Fungsi pengadaan adalah memenuhi kebutuhan unit-unit dalam organisasi dalam hal barang-barang perlengkapan yang digunakan guna mendukung terlaksanannya pekerjaan dan fungsi unit-unit tersebut. 64 Jadi hal yang mendasari pengadaan adalah kebutuhan. Selanjutnya aktivitas manajemen penyimpanan memiliki banyak fungsi, yang intinya adalah mengupayakan barang yang dibutuhkan tersebut ada pada saat dibutuhkan dan dapat menghambat biaya-biaya yang dibutuhkan guna proses penyimpanan. Proses inventarisasi memiliki fungsi untuk mengetahui kondisi persediaan barang-barang perlengkapan pada saat ini. selanjutnya barang-barang perlengkapan yang sudah dimiliki oleh organisasi yang sebagian besar sudah 64 Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia, Manajemen Perlengkapan, Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia, 2005, hlm. 136. Universitas Sumatera Utara digunakan tentunya mengalami siklus pemanfaatan dan kemudian pada akhirnya tidak lagi dirasakan manfaatnya, oleh karena itu butuh penghapusan. 65 Barang-barang perlengkapan yang tidak dapat dimanfaatkan lagi jika belum dilakukan penghapusan maka masih tetap menjadi tanggung jawab Bendaharawan barangPengurus Barang dan penundaan proses penghapusan akan menimbulkan kerugian-kerugian bagi Negara karena harus menanggung biaya-biaya penyimpanan yang semakin tinggi. Sementara itu, nilai barang-barang tersebut akan semakin berkurang dan upaya yang dilakukan terhadap barang tersebut tidak seimbang dengan biaya pengurusannya. Selain itu, dengan semakin berkurang nilai barang, maka jika kita menunda-nunda keputusan penghapusan, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan nilai lebih dari penjualan barang-barang tersebut. Faktor-faktor atau kondisi dimana terhadap suatu barang dapat digunakan penghapusan antara lain 66 : 1. Barang perlengkapan yang akan dihapus sudah sangat tua dan rusak. Perlengkapan ini perlu disingkirkan dengan beberapa alasan yaitu : a. Apabila perlengkapan tersebut digunakan terus dapat membahayakan keselamatan pemakai perlengkapan ini. b. Kualitas maupun kuantitas output yang dihasilkan sudah tidak dapat mencapai tingkat yang optimal, apalagi dibandingkan biaya operasional yang relatif 65 Ibid., hlm. 137. 66 Ibid. Universitas Sumatera Utara tinggi. Dengan demikian, apabila perlengkapan ini dioperasikan terus, jelas akan menimbulkan inefektivitas dan inefisiensi organisasi. 2. Barang perlengkapan melampaui batas waktu penggunaan kadaluarsa Terdapat jenis-jenis barang tertentu yang memiliki umur pemakaian sehingga jika barang tersebut telah melampaui suatu waktu tertentu baik dipakai maupun tidak, maka barang tersebut akan rusak. Barang yang sudah melampaui kadaluarsa dan rusak ini tentunya sudah tidak ada manfaatnya lagi sehingga tentunya sudah harus dilakukan penghapusan. 3. Telah ada penggantinya substitusi Ada jenis barang-barang dengan teknologi tertentu yang dengan cepat mengalami perubahan teknologi dan teknologi yang baru menawarkan nilai tambah yang jauh lebih besar daripada teknologi yang lama. Jenis barang tersebut biasanya adalah barang berteknologi komputer microchip, sehingga meskipun belum rusak atau masih memiliki manfaat, akan tetapi substitusi dari barang tersebut menawarkan manfaat yang jauh lebih besar sehingga jika tidak diikuti maka organisasi akan tertinggal. Contohnya adalah teknologi penyimpan data digital yang dulunya mengunakan floppy disk digantikan dengan CD-Room dan Flash Disk. 4. Barang tersebut mengalami rusak berat sehingga biaya perbaikan pemeliharaannya terlalu tinggi. Seringkali terjadi pada beberapa barang terjadi kerusakan dan untuk memperbaikinya harus mengganti satubeberapa komponen yang jika Universitas Sumatera Utara dipertimbangkan harga perbaikannya melampaui harga pembelian baru barang tersebut. Kondisi lain yang dapat terjadi adalah barang yang mengalami kerusakan berat atau sudah terlalu tua usianya sehingga menuntut biaya perawatan yang besar. Terhadap barang-barang tersebut jelas menyebabkan pengeluaran ekstra bagi organisasi sehingga perlu dihapus. 5. Musibah dan bencana force majeure Contoh yang masih hangat saat ini adalah bencana Tsunami di Aceh pada akhir tahun 2004 yang lalu. Bencana alam tersebut telah memporak-porandakan banyak sekali barang-barang kekayaan milik negara. Walaupun secara fisik barang tersebut telah tidak ada atau rusak berat, akan tetapi mungkin seara administrasi barang tersebut masih tersimpan sehingga perlu dilakukan penghapusan. 6. Perlengkapan yang sudah ketinggalan zaman out of date Mungkin sekali perlengkapan yang sudah ketinggalan zaman merupakan perlengkapan yang belum rusak. Namun demikian perlengkapan semacam ini perlu disingkirkan atau dihapus dengan pertimbangan, perlengkapan ini dipandang memerlukan dan menghabiskan biaya cost yang relatif tinggi, baik berkaitan dengan bahan, tenaga, waktu, maupun output, baik ditinjau dari sisi kuantitas maupun kualitas apabila dibandingkan dengan menggunakan perlengkapan yang relatif baru. Universitas Sumatera Utara 7. Perlengkapan yang berlebihan Perlengkapan yang berlebihan mungkin sekali relatif belum rusak dan tidak ketinggalan zaman. Perlengkapan ini perlu dihapuskan dengan beberapa alasan: a. Suatu organisasi tidak mungkin menggunakan seluruh perlengkapannya dalam waktu yang bersama dan yang sekiranya memang perlengkapan tersebut tidak perlu digunakan secara bersamaan. b. Apabila perlengkapan yang sifatnya berlebihan tersebut tidak disingkirkan tentunya membutuhkan biaya, baik biaya perawatan maupun biaya gaji untuk personel yang merawat barang. c. Perlengkapan tersebut membutuhkan tempat penyimpanan, sehingga bila perlengkapan tersebut tidak disingkirkan juga akan boros tempat. d. Apabila perlengkapan tersebut akan digunakan di masa mendatang, mungkin sekali perlengkapan tersebut sudah merupakan perlengkapan yang ketinggalan zaman out of date. 8. Perlengkapan yang hilang Secara administrasi, perlengkapan yang hilang harus disingkirkan. Hal ini penting dilakukan, selain sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban pemakai, pengambilan keputusan dan tindakan sebagai konsekuensi atas hilangnya perlengkapan tersebut juga untuk pengambilan keputusan maupun tindakan Universitas Sumatera Utara manajemen perlengkapan berikutnya, khususnya pengadaan perlengkapan guna menghindari gangguan ataupun stagnasi kegiatan suatu unit kerja. Faktof-faktor tersebut di atas dapat dikategorikan menurut cara menganalisisnya atau pertimbangan dalam melakukan penghapusan. Ada dua pertimbangan dilakukannya penghapusan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, yaitu pertimbangan teknis dan pertimbangan ekonomi. Secara teknis, yang menjadi pertimbangan dalam melakukan penghapusan adalah hal-hal yang berkaitan dengan efektifivitas penggunaan barang-barang tersebut. Pertimbangan teknis antara lain sebagai berikut 67 : 1. Secara fisik barang tidak dapat diperbaiki karena rusak dan tidak ekonomi bila diperbaiki. 2. Secara teknis tidak dapat digunakan lagi akibat moderenisasi kemajuan teknologi 3. Telah melampaui batas waktu kegunaankadaluarsa 4. Karena dalam penggunaannya mengalami perubahan dalam spesifikasi, seperti terkikis, rusak, aus dan lain-lain. 5. Selisih kurang dalam timbanganukuran disebabkan penggunaansusut dalam penyimpanganpengangkutan. Sementara itu pertimbangan ekonomi lebih melihat bahwa penghapusan diperlukan oleh karena alasan-alasan efisiensi. 67 Ibid., hlm. 140 Universitas Sumatera Utara Pertimbangan-pertimbangan ekonomi antara lain 68 : 1 Karena berlebih surplus atau ekses; 2 Secara ekonomi lebih menguntungkan bagi negara apabila dihapus karena biaya operasional dan pemeliharaannya lebih besar dan manfaat yang diperoleh; 3 Hilangkekurangan perbendaharaan atau kerugian yang disebabkan : a Kesalahan atau kelalaian Bendaharawan barangpengurus barang; b Di luar kesalahankelalaian Bendaharawan barangpengurus barang, misalnya karena kecelakaan atau atasan tak terduga force majeure; c Mati, bagi tanaman atau hewanternak. Berdasarkan barang tidak bergerak milikkekayaan negara dilakukan berdasarkan pertimbanganalasan-alasan sebagai berikut 69 : 1 Rusak berat, terkena bencana alam force majeure, tidak dapat dimanfaatkan secara optimal idle; 2 Terkena planologi kota; 3 Kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas; 4 Penyatuan lokasi dalam rangka pelaksanaan strategi Hankam. 68 Ibid., hlm. 140. 69 Ibid. Universitas Sumatera Utara

B. Berbagai Cara Dalam Penghapusan Perlengkapan Secara Fisik

Ada beberapa alternatif untuk melakukan penghapusan perlengkapan pada umumnya, dan beberapa alternatif tersebut adalah sebagai berikut 70 : 1. Dijual atau dilelang Dengan cara ini berarti organisasi akan memperoleh sejumlah kontaprestasi berupa uang hasil penjualan perlengkapan. 2. Ditukarkan dengan perlengkapan lain yang dibutuhkan oleh institusi Dengan cara ini berarti organisasi akan menukarkan perlengkapan yang dimiliki dengan beberapa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan perlengkapan yang dibutuhkan oleh organisasi. Dengan cara ini harus mempertimbangkan dan mengacu pada prinsip-prinsip pengadaan perlengkapan dengan cara menukarkan, antara lain perlengkapan yang ditukarkan harus benar- benar sudah tidak dibutuhkan institusi nilai perlengkapan yang dipertukarkan harus sepadan, dan saling menguntungkan kedua belah pihak. 3. Dipindahkan Penghapusan dengan cara dipindahkan adalah secara fisik perlengkapan yang sudah tidak dibutuhkan dimutasikan ke unit kerja lain ataupun kantorinstitusi cabang. Dengan demikian, pemusnahan perlengkapan ini sifatnya masih dalam ruang lingkup organisasi internal. 70 Ibid., hlm. 141. Universitas Sumatera Utara 4. Dihibahkan Penghapusan perlengkapan dengan cara dihibahkan berarti organisasi memberikan secara cuma-cuma kepada pihakorganisasi lain yang membutuhkan perlengkapan yang dihapuskan tersebut. 5. Pemanfaatan kembali recycle Penghapusan dengan cara pemanfaatan kembali ini berarti barang yang dihapus kemudian diubah menjadi barang lain yang memiliki fungsi dan kegunaan berbeda dari fungsi dan kegunaan barang semula. 6. Dimusnahkan Penghapusan perlengkapan dengan cara dimusnahkan adalah perlengkapan benar- benar dihilangkandimusnahkan, dan hal ini dilakukan apabila cara penghapusan perlengkapan yang lain sudah tidak mungkin untuk diimplementasikan Ada pun cara penghapusan yang dilakukan, penanggung jawab dalam pengelolaan perlengkapan harus meneliti, mengecek kebenaran alasan penghapusan, dan membuat Berita Acara Penghapusan Perlengkapan yang ditandatangani oleh penanggung jawab pengelola perlengkapan, pihak yang menyetujui, maupun yang menerima perlengkapan bila ada. Universitas Sumatera Utara

C. Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara Pada Kantor Wilayah

Kementerian Hukum Dan HAM Sumatera Utara Setelah penjelasan mengenai penghapusan secara umum atau prinsip di atas, selanjutnya akan dibahas mengenai tata cara penghapusan yang berlaku khusus spesifik di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, di antaranya akan dibahas mengenai pengorganisasian dan kepanitian proses penghapusan, prosedur dalam mengajukan dan kepanitiaan proses penghapusan, prosedur dalam mengajukan usulan penghapusan, dan tindak lanjut dari penghapusan. 1. Pengorganisasian dan Kepanitiaan Dalam Rangka Penghapusan Dalam upaya meningkatkan tertib administrasi pengelola barang milikkekayaan negara diperlukan adanya kesamaan dan kesatuan sistem pengelolaannya. Hal tersebut dapat dilaksanakan apabila sudah ada kelembagaanorganisasi yang jelas wewenang dan tanggung jawabnya serta prosedur pelaksanaannya yang mudah dipahami. Untuk memahami proses organisasi dan kepanitiaan dalam rangka penghapusan, maka perlu diketahui istilah-istilah berikut ini yang akan digunakan di dalam prosedur penghapusan. a. Kuasa Pembina Barang Inventaris Kuasa PEBIN Adalah Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI sebagai pelaksana operasinya pembinaan pengelolaan inventaris. Dalam Universitas Sumatera Utara melaksanakan tugas sehari-hari Kuasa Pembina dibantu Pelaksana Hukum yang secara fungsional dijabat oleh Kepala Biro Perlengkapan. b. Penguasa Barang Inventaris PBI Adalah Sekretaris Jenderal sebagai Pejabat Struktural Satuan Organisasi Eselon I yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan umum pengelola barang milikkekayaan negara di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. c. Pembantu Penguasa Barang Inventaris PPBI Adalah pejabat yang mendapat pelimpahan wewenang dari PBI yang bertanggung jawab secara operasional dalam pengelolaan barang milikkekayaan negara yang secara fungsional dijabat oleh Pejabat Struktural Eselon II. d. Unit Pengurus Barang UPB Adalah organisasi inventaris barang tingkat kantorsatuan kerja yang menguasai, menggunakan dan mengurus barang dengan penanngung jawab kepala kantorsatuan kerja.

2. Organisasi Kepanitiaan

Organisasi penghapusan barang milikkekayaan negara pada dasarnya tidak ada perbedaan dengan organisasi pengelolaan barang inventaris yang ada di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI. Universitas Sumatera Utara Adapun organisasi penghapusan yaitu 71 : a. Organisasi penghapusan barang inventaris pada tingkat nasional adalah Presiden Republik Indonesia yang secara fungsional dilakukan Menteri Keuangan RI yang memberi kuasa kepada Direktur Jenderal Anggaran. b. Unit Organisasi Penghapusan pada tingkat Kementerian adalah Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia yang secara fungsional dikuasakan kepada Sekretris Jenderal dalam pelaksanaan sehari-hari oleh Kepala Biro Perlengkapan. c. Unit Organisasi Penghapusan pada tingkat eselon I di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia yang bertanggungjawab dan berwenang: 1. Sektretaris Jenderal 2. Inspektur Jenderal 3. Direktorat Jenderal 4. Badan d. Unit Organisasi Penghapusan pada tingkat propinsi atau wilayah adalah Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM yang dikuasakan kepada Kepala Divisi Administrasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dan pelaksanaanya oleh Kepala Bagian Umum pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM. 71 Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Modul Diklat Jarak Jauh Manajemen Perlengkapan, Ibid., hlm. 142-143. Universitas Sumatera Utara e. Unit Pengurus Barang UPB yang bertanggungjawabberwenang adalah : 1. Unit Eselon I sebagai UPB 2. Kantor Wilayah sebagai UPB 3. Pusdiklat Pegawai 4. Puslitbang 5. Kantor LAPASRUTAN dan RUPBASAN 6. Cabang RUTAN 7. BAPAS 8. Kantor Imigrasi 9. AKIP Pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara, Unit Pelaksana Teknis UPT yang hendak melakukan penghapusan Barang Milik Negara mengajukan usulan pembentukan panitia penghapusan ke Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara selaku Unit Pengurus Barang UPB. Setelah itu, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara mengeluarkan Keputusan Pembentukan Panitia Penghapusan Barang Milik Negara pada Unit Pelaksana Teknis UPT yang mengusulkan dan ditandatangani oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara. 72 72 Hasil Wawancara dengan Salman Daidi, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tebing Tinggi pada tanggal 13 Juli 2010. Universitas Sumatera Utara

3. Tugas dan Wewenang Kepanitiaan

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ulos Batak (Studi pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara)

1 33 94

HARMONISASI MATERI MUATAN HAK ASASI MANUSIA DALAM PERATURAN DAERAH OLEH KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA.

0 1 17

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ulos Batak (Studi pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara)

2 6 8

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ulos Batak (Studi pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara)

0 0 1

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ulos Batak (Studi pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara)

0 0 17

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ulos Batak (Studi pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara)

0 0 19

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ulos Batak (Studi pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara)

0 0 4

Peranan Kepemimpinan dalam Meningkatkan Kinerja dan Disiplin Karyawan pada Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KEMENKUMHAM) Wilayah Sumatera Utara

0 0 1

Peranan Kepemimpinan dalam Meningkatkan Kinerja dan Disiplin Karyawan pada Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KEMENKUMHAM) Wilayah Sumatera Utara

1 1 21

Peranan Kepemimpinan dalam Meningkatkan Kinerja dan Disiplin Karyawan pada Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KEMENKUMHAM) Wilayah Sumatera Utara

0 0 8