kecamatan Medan Polonia yang akan menjadi salah satu sentra primer kota Medan kedepannya.
Berangkat dari latar belakang diatas maka penulis merasa perlu melakukan suatu studi penelitian mengenai kajian persepsi masyarakat terhadap perubahan
tata guna lahan di wilayah kecamatan Medan Polonia kedepan dengan harapan dapat menjadi bahan masukan maupun evaluasi untuk seluruh pihak yang
memiliki kepentingan dalam kegiatan perencanaan tata ruang wilayah kota Medan selama ini.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian diatas maka rumusan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah persepsi apa sajakah yang muncul dari masyarakat terhadap perubahan
tata guna lahan di wilayah kecamatan Medan Polonia berdasarkan pendekatan faktor ekonomi yang berorientasikan pada pengembangan modal finansial, faktor
pemenuhan kebutuhan dasar dan keberlangsungan hidup masyarakat umum dan faktor nilai-nilai sosial yang bertumbuh kembang di lokasi masyarakat tinggal.
1.3. Landasan Teori
Menurut Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional , tata guna lahan land use adalah suatu upaya dalam
merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman,
perdagangan, industri, dan lain-lain. Tata guna lahan merupakan salah satu faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan karena keseimbangan antara
kawasan budidaya dan kawasan konservasi merupakan kunci dari pembangunan
Universitas Sumatera Utara
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Di samping itu, pengembangan tata guna lahan yang sesuai akan meningkatkan perekonomian suatu kota atau
wilayah. Perubahan tata guna lahan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi
dalam proses penetapan kebijakan, perencanaan dan pengambilan keputusan yang di seluruh tingkatan. Hal tersebut terjadi karena perubahan tersebut memiliki
kaitan erat dengan permasalahan dan peluang yang muncul pada komunitas perkotaan dan metropolitan meliputi permasalahan terkait pertumbuhan ekonomi,
pekerjaan, permukiman dan kualitas lingkungan. Walaupun demikian, perubahan tata guna lahan tetap menjadi penghubung yang kritis diantara seluruh
permasalahan tersebut Skole. Walaupun menurut Marlia 2000 tidak ada hubungan langsung antara tata
ruang dan ekonomi, akan tetapi keduanya saling mempengaruhi. Penataan ruang mempengaruhi perkembangan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Sebaliknya,
pengaruh dinamika ekonomi terhadap penataan ruang teramati secara kasat mata dalam pemanfaatan ruang. Tata ruang mempengaruhi dinamika ekonomi dan
sebaliknya dinamika ekonomi mempengaruhi perkembangan tata ruang. Tata ruang suatu kota tidak lahir karena maksimalisasi teknologi atau ekonomi akan
tetapi karena suatu pola sosio-kultural. Namun pemilihan pemukiman kota dapat merujuk pada alasan ekonomis. Kaitan ekonomi dengan penataan ruang dapat
digambarkan sebagai berikut: a.
Kandungan sumber daya alam yang bernilai jual tinggi potensi ekonomi di suatu wilayah mempengaruhi perkembangan wilayah bersangkutan;
Universitas Sumatera Utara
b. Semakin besar potensi ekonomi di suatu wilayah, semakin besar pula prospek
perkembangan wilayah bersangkutan; c.
Aktifitas ekonomi di suatu wilayah akan mengundang pemukim yang tentu membutuhkan ruang;
d. Aktifitas ekonomi membutuhkan prasarana dan sarana yang juga
membutuhkan ruang. Menurut Hadjisarosa, secara alami dinamika ekonomi merangsang
perkembangan wilayah, seperti kota yang tumbuh pesat terdorong oleh perkembangan industri. Peranan pemerintah yang dikategorikan sebagai kebijakan
publik, mempengaruhi skala dampak industri terhadap perkembangan suatu wilayah sehingga diperkirakan perekonomian suatu wilayah akan tumbuh sebagai
dampak pemberian kemudahan berupa prasarana dan sarana Marlia, 2000. Konsep ini memperhatikan faktor aksesibilitas pergerakan barang dan jasa,
termasuk modal, di suatu wilayah. Sasarannya adalah pertumbuhan dan pemerataan pembangunan. Dengan membangun sarana dan prasarana di lokasi
yang tepat, tentu pertumbuhan ekonomi akan pesat. Sedangkan dalam hal faktor pemenuhan kebutuhan dasar dan menjaga
keberlangsungan hidup masyarakat umum, kebanyakan perencanaan kota dan lingkungan yang dibuat masih sering menganggap masyarakat sebagai konsumen
yang pasif. Mereka memang diberi tempat untuk aktifitas kehidupan, kerja, rekreasi, belanja dan bermukim, akan tetapi kurang diberi peluang untuk ikut
dalam proses penentuan kebijakan dan perencanaannya. Padahal sebagai mahluk yang berakal dan berbudaya, manusia membutuhkan rasa penguasaan dan
pengawasan a sense of mastery and control terhadap habitat atau
Universitas Sumatera Utara
lingkungannya. Rasa tersebut merupakan faktor mendasar dalam menumbuhkan rasa memiliki untuk kemudian mempertahankan atau melestarikan Budiharjo,
2000.
Persepsi sendiri adalah proses dimana kita menafsirkan dan
mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Setiap individu memiliki
cara yang khas dan berbeda dalam merespon lingkungan. Perbedaan ini kerap kali menjadi penyebab terhambatnya proses komunikasi karena masing-masing
memiliki sudut pandang yang berbeda tentang suatu masalah Atkinson dan Hilgard, 1991. Oleh karena itu, dalam teori komunikasi konsep pokok yang
perlu dipahami tentang bagaimana proses informasi itu terjadi sehingga dapat
diterima dan ditanggapi.
1.4. Tujuan Penelitian