Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Tata Guna Lahan Kecamatan Medan Polonia

Tingginya jumlah penduduk yang lama bermukim lebih dari 25 tahun menurut Nainggolan, salah satu warga masyarakat kelurahan Polonia lebih dikarenakan sudah nyamannya masyarakat dengan lingkungan sekitar sedangkan menurut Burhanuddin salah satu tokoh masyarakat kelurahan Anggrung lebih dikarenakan para penghuni menggunakan tempat tinggalnya masing-masing secara turun temurun sehingga ikatan emosional atas rumah tersebut sangat tinggi. Sedangkan karakteristik sosial responden berdasarkan status rumah tinggal dapat dilihat pada tabel 5.11. dimana tingkat perbandingan kepemilikan rumah tingga antara milik dan sewa adalah 69 berbanding 31. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor kepemilikan rumah tinggal sangat tinggi akibat keasadaran pemenuhan kebutuhan papan serta kemungkinan penggunaan rumah tinggal secara turun temurun. Tabel 5.11. Karakteristik Ekonomi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah Tinggal Status Kepemilikan Frekuensi Persentase Sewa 62 31,0 Milik 138 69,0 Total 200 100,0 Sumber : Analisis SPSS

5.2. Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Tata Guna Lahan Kecamatan Medan Polonia

5.2.1. Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Tata Guna Lahan Di Kecamatan Medan Polonia Terkait Dengan Faktor Ekonomi Yang Berorientasikan Pada Pengembangan Modal Finansial Profit Making Values Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil identifikasi variabel yang dilakukan sebelumnya maka lingkup penjaringan persepsi dilakukan pada beberapa aspek dibawah ini; a. Persepsi Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Rencana Perubahan Tata Guna Lahan Kedepannya Secara umum tingkat pemahaman masyarakat terhadap rencana perubahan tata guna lahan dengan menggunakan variabel jenis pekerjaan dan lokasi kelurahan dimana responden tiunggal adalah cukup yaitu mencapai 53,5 . Dari segi jenis pekerjaan, persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan PNSBUMNTNIPolri sebesar 82,35. Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan lain-lain sebesar 40,38 lihat tabel 5.12. Tabel 5.12. Tingkat Pemahaman Masyarakat Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ya Tidak Tahu Responden Pekerjaan PNSBUMNTNIPolri 14 - 3 17 7,00 82,35 Pegawai Swasta 18 4 10 32 9,00 56,25 Wiraswasta 48 5 34 87 24,00 55,17 Lain-Lain 21 4 27 52 10,50 40,38 Rumah Tangga 6 - 6 12 3,00 50,00 Jumlah 107 13 80 200 53,50 Sumber : Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence atau kadang Universitas Sumatera Utara disebut dengan Contigency-Table Analysis yang digunakan untuk menguji apakah dua Variabel kategorik bersifat independen tidak tergantung atau dua Variabel kategorik mempunyai asosiasi Uyanto, 2006. Dengan menggunakan nilai = 0,05, bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat pemahaman masyarakat terhadap rencana perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden. H 1: Persepsi tingkat pemahaman masyarakat terhadap rencana perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tergantung dengan jenis pekerjaan responden. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan hasil X 2 = 11,787 dengan derajat kebebasan = r-1 c-1 = 3-1 5-1 = 8 dan p-value = 0,161 lihat lampiran 1. Karena p-value = 0,161 lebih besar dari = 0,05, maka : H 0: Persepsi tingkat pemahaman masyarakat terhadap rencana perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden. tidak dapat ditolak. Sehingga persepsi tingkat pemahaman masyarakat terhadap rencana perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden. Sedangkan dari segi lokasi kelurahan dimana responden tinggal, tingkat persentase pilihan tertinggi dari responden yang tinggal di Universitas Sumatera Utara wilayah kelurahan Sukadamai sebesar 80,95 . Sedangkan dan terendah muncul dari responden yang tinggal di wilayah kelurahan Madras Hulu sebesar 0 atau sama sekali tidak memahami rencana perubahan tata guna lahan kedepannya. lihat tabel 5.13. Tabel 5.13. Tingkat Pemahaman Masyarakat Berdasarkan Lokasi Kelurahan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Lokasi Kelurahan Ya Tidak Tahu Responden Kelurahan Anggrung 6 - 5 11 3,00 54,55 Polonia 27 12 41 80 13,50 33,75 Sarirejo 57 - 14 71 28,50 80,28 Sukadamai 17 - 4 21 8,50 80,95 Madras Hulu - 1 16 17 - - Jumlah 107 13 80 200 53,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan Variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat pemahaman masyarakat terhadap rencana perubahan tata guna lahan Kec. Medan Polonia kedepannya tidak tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. H 1: Persepsi tingkat pemahaman masyarakat terhadap rencana perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. Universitas Sumatera Utara Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan hasil X 2 = 67,670 dengan derajat kebebasan = r-1 c-1 = 3-1 5-1 = 8 dan p-value = 0,000 lihat lampiran 1. Karena p-value = 0,000 lebih kecil dari = 0,05, maka : H 0: Persepsi tingkat pemahaman masyarakat terhadap rencana perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tidak tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. dapat ditolak. Sehingga persepsi tingkat pemahaman masyarakat terhadap rencana perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. Tingkat pemahaman masyarakat yang cukup terhadap rencana perubahan tata guna lahan yang hanya mencapai mencapai 53,5 menunjukkan bahwa teori yang disampaikan oleh Hardiansah 2008, bahwa belum menjadi dokumen populisnya rencana tata ruang yang dibuat secara internal di kalangan masyarakat dapat diterima, karena memang dirasakan baru sebatas wacana publik dan belum mampu ditransformasikan sebagai sebuah action plan bersama elemen masyarakat untuk mewujudkan kondisi ruang yang baik dapat diterima. Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian terlihat bahwa tingkat pemahaman yang tinggi datang dari responden dengan mata pencaharian PNSBUMNTNIPolri. Hal ini dapat dipahami karena responden tersebut lebih mudah mendapatkan informasi secara cepat dan akurat dari masing-masing instansinya. Hal ini bertolak belakang dengan sikap para responden dengan mata pencaharian lain-lain meliputi buruh, supir dan sebagainya yang lebih sulit mendapatkan aksesibilitas informasi tersebut. Sedangkan gejala lebih berpengaruhnya Variabel lokasi dimana responden tinggal terhadap persepsi yang muncul terhadap tingkat pemahaman atas rencana perubahan tata guna lahan yang dalam hal ini diperlihatkan dari sikap responden yang berasal dari wilayah kelurahan Sukadamai diduga lebih dipengaruhi faktor sebagian besar wilayahnya yang digunakan bandar udara Polonia untuk operasional penerbangan sehingga lebih memudahkan mereka untuk mengetahui perkembangan rencana tata guna lahan kedepannya dibandingkan dengan wilayah lain seperti kelurahan Madras Hulu. Melihat fenomena lebih berpengaruhnya variabel lokasi dimana responden tinggal membuktikan bahwa adalah benar teori yang disampaikan Budiharjo 2000 dimana untuk menumbuhkan rasa memiliki untuk kemudian mempertahankan dan melestarikan rencana tersebut, masyarakat perlu memiliki rasa penguasaan dan pengawasan a sense of mastery and control terhadap habitat atau lingkungannya. Universitas Sumatera Utara b. Persepsi Tingkat Kepatuhan Masyarakat Terhadap Kebijakan Perubahan Tata Guna Lahan Kedepannya Secara umum tingkat kepatuhan masyarakat terhadap rencana perubahan tata guna lahan dengan menggunakan variabel tingkat status rumah tinggal responden dan jangka waktu menempati rumah tinggal adalah cukup yaitu mencapai 53,5 . Dari segi status rumah tinggal responden, persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang dengan status rumah tinggal “sewa” sebesar 56,45. Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden dengan status rumah tinggal “milik” sebesar 52,92 lihat tabel 5.14. Tabel 5.14. Tingkat Kepatuhan Masyarakat Berdasarkan Status Rumah Tinggal Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Jenis Status Ya Tidak Tahu Responden Status Milik 72 11 55 138 36,00 52,17 Sewa 35 2 25 62 17,50 56,45 Jumlah 107 13 80 200 53,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tidak tergantung dengan status rumah tinggal responden. Universitas Sumatera Utara H 1: Persepsi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tergantung dengan status rumah tinggal responden. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,443 atau lebih besar dari = 0,05, sehingga persepsi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tidak tergantung dengan status rumah tinggal responden lihat lampiran 2 Sedangkan dari segi jangka waktu responden tinggal, tingkat persentase pilihan tertinggi dari responden yang sudah menempati rumah selama 10-15 tahun sebesar 62,50 dan terendah muncul dari responden yang baru menempati rumah kurang dari 5 tahun sebesar 22,22 lihat tabel 5.15. Tabel 5.15. Tingkat Kepatuhan Masyarakat Berdasarkan Jangka Waktu Tinggal Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Lama Tinggal Ya Tidak Tahu Responden Jangka Waktu 5 thn 2 - 7 9 1,00 22,22 5-10 thn 6 - 10 16 3,00 37,50 10-15 thn 5 - 3 8 2,50 62,50 15-20 thn 8 3 7 18 4,00 44,44 20-25 thn 17 2 16 35 8,50 48,57 25 thn 69 8 37 114 34,50 60,53 Jumlah 107 13 80 200 53,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat Universitas Sumatera Utara untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tidak tergantung dengan jangka waktu menempati rumah tinggal. H 1: Persepsi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tergantung dengan jangka waktu menempati rumah tinggal. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,092 atau lebih besar dari = 0,05 sehingga persepsi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan perubahan tata guna lahan kecamatan Medan Polonia kedepannya tidak tergantung dengan jangka waktu menempati rumah tinggal lihat lampiran 2 Mengamati fenomena diatas, terlihat baik status rumah tinggal maupun jangka waktu menempati rumah tinggal bagi responden tidak mempengaruhi kepada persepsi yang muncul atas tingkat kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan perubahan tata guna lahan tersebut. Indikasinya terlihat pada tidak terjadinya perbedaan mencolok antara persepsi masyarakat dengan status rumah tinggal sewa maupun milik. Responden saat ini dinilai telah menyadari kenyataan bahwa pada akhirnya suka tidak suka mereka harus mematuhi kebijakan rencana perubahan tata guna lahan untuk kepentingan umum. Akan tetapi yang perlu menjadi catatan bagi seluruh pihak adalah bahwa sebaiknya Universitas Sumatera Utara kepatuhan tersebut harus diimbangi dengan kompensasi yang sepadan bagi masyarakat atas lahan atau rumah tinggal yang telah dikorbankan tersebut. Sedangkan dari segi jangka waktu menempati rumah tinggal, responden yang telah menempati rumah tinggalnya antara 10–15 tahun memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. Kecenderungan ini menunjukkan bahwa kebanyakan dari mereka bukan merupakan penduduk asli dan kemungkinan mereka telah mengetahui isu kepindahan bandara Polonia ke Kualanamu pada saat mereka menempati rumah tinggal di lokasi Kecamatan Medan Polonia pertama kali sehingga tingkat kepatuhan mereka menjadi tinggi. Gejala tersebut menunjukkan bahwa benar menurut Hardiansah 2008 bahwa kebanyakan pemerintahan selama ini masih belum memisahkan antara proses penataan ruang dengan proses bermasyarakat. Gejala tidak adanya perlakuan khusus bagi masyarakat yang telah dikorbankan lahannya demi pembangunan dalam pertumbuhan aspek sosial dan ekonomi yang mengikutinya juga sangat berolak belakang dengan teori yang disampaikan oleh Silas 1989. c. Persepsi Terjadinya Peningkatan Ekonomi Perkotaan Apabila Terjadi Perubahan Tata Guna Lahan Kedepannya Secara umum respon masyarakat terhadap terjadinya peningkatan ekonomi kota sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya adalah tinggi yaitu mencapai 78 . Dari segi jenis Universitas Sumatera Utara pekerjaan, persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan wiraswasta sebesar 83,91 dan terendah muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan lain-lain sebesar 69,23 lihat tabel 5.16. Tabel 5.16. Tingkat Keyakinan Peningkatan Ekonomi Kota Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ya Tidak Tahu Responden Pekerjaan PNSBUMNTNIPolri 13 - 4 17 6,50 76,47 Pegawai Swasta 24 4 4 32 12,00 75,00 Wiraswasta 73 6 8 87 36,50 83,91 Lain-Lain 36 4 12 52 18,00 69,23 Rumah Tangga 10 - 2 12 5,00 83,33 Jumlah 156 14 30 200 78,00 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan Variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi kota sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya kedepannya tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden. H 1: Persepsi masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi kota sebagai dampak dari perubahan tata Universitas Sumatera Utara guna lahan kedepannya kedepannya tergantung dengan jenis pekerjaan responden. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,292 atau lebih besar dari = 0,05 sehingga persepsi masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi kota sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden lihat lampiran 3 Sedangkan dari latar belakang pendidikan responden, tingkat persentase pilihan tertinggi dari responden yang tidak pernah bersekolah sebesar 100,00 dan terendah muncul dari responden yang memiliki latar belakang pendidikan SLTA sebesar 58,82 lihat tabel 5.17. Tabel 5.17. Tingkat Keyakinan Peningkatan Ekonomi Kota Berdasarkan Jenjang Pendidikan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Jenjang Pendidikan Ya Tidak Tahu Responden Pendidikan Sarjana 19 2 4 25 9,50 76,00 SLTA 10 2 5 17 5,00 58,82 SLTP 34 2 12 48 17,00 70,83 SD 92 8 9 109 46,00 84,40 Tidak Sekolah 1 - - 1 0,50 100,00 Jumlah 156 14 30 200 78,00 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara H 0: Persepsi masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi kota sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya kedepannya tidak tergantung dengan latar belakang pendidikan responden. H 1: Persepsi masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi kota sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya kedepannya tergantung dengan latar belakang pendidikan responden. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,151 atau lebih besar dari = 0,05 sehingga persepsi masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi kota sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya tidak tergantung dengan latar belakang pendidikan responden lihat lampiran 3 Mengamati fenomena diatas, terlihat bahwa kedua Variabel naik jenis pekerjaan maupun latar belakang pendidikan responden, sama- sama tidak berpengaruh kepada persepsi yang muncul terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi kota sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya . Walaupun kedua Variabel tidak berpengaruh terhadap persepsi responden, akan tetapi munculnya optimisme yang tinggi dari responden dengan mata pencaharian wiraswasta terhadap potensi peningkatan ekonomi kota Medan menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara keberlangsungan pekerjaan tersebut tidak terancam oleh kebijakan pemerintah kedepan dan bahkan justru memunculkan optimisme atas kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi perkotaan. Sedangkan responden dengan latar belakang pendidikan yang rendah lebih memilii optimisme yang tinggi terhadap terjadinya peningkatan ekonomi perkotaan. Gejala tersebut menunjukkan bahwa pemerintah berhasil membangun image peningkatan ekonomi melalui potensi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan wilayah. Pemerintah juga dinilai masyarakat berhasil melakukan strategi alokasi perubahan guna lahan kawasan ke arah lokasi yang dapat memberikan keuntungan tertinggi pada lahan–lahan yang memiliki tingkat kestrategisan dan potensi yang lebih besar sesuai teori yang disampaikan oleh Goldberg dalam Yunus 2000. d. Persepsi Terjadinya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Apabila Terjadi Perubahan Tata Guna Lahan Kedepannya Secara umum respon masyarakat terhadap terjadinya peningkatan ekonomi masyarakat sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya adalah tinggi yaitu mencapai 69,5 . Dari segi tingkat penghasilan per bulan, persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang memiliki penghasilan antara Rp.1.000.000,- sd Rp.1.500.000,- sebesar 81,36 . Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden yang memiliki penghasilan diatas Rp.2.000.000,- sebesar 52,78 lihat tabel 5.18. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.18. Tingkat Keyakinan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Berdasarkan Penghasilan Rata-Rata Per Bulan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Penghasilan Rata-Rata Bulan Ya Tidak Tahu Responden Penghasilan Rp. 1.000.000,- 41 25 - 66 20,50 62,12 Rp. 1.000.000,- sd Rp. 1.500.000,- 48 11 - 59 24,00 81,36 Rp. 1.500.000,- sd Rp. 2.000.000,- 31 8 - 39 15,50 79,49 Rp. 2.000.000,- 19 17 - 36 9,50 52,78 Jumlah 139 61 - 200 69,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan Variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi masyarakat sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya kedepannya tidak tergantung dengan jumlah penghasilan rata-rata per bulan. H 1: Persepsi masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi masyarakat sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya kedepannya tergantung dengan jumlah penghasilan rata-rata per bulan. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,058 lebih besar dari = 0,05 sehingga persepsi masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi masyarakat sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan Universitas Sumatera Utara kedepannya tidak tergantung dengan jumlah penghasilan rata-rata per bulan lihat lampiran 4 Sedangkan dari segi lokasi kelurahan dimana responden tinggal, tingkat persentase pilihan tertinggi dari responden yang tinggal di wilayah kelurahan Anggrung sebesar 81,82 . Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden yang tinggal di wilayah kelurahan Sarirejo sebesar 66,2 lihat tabel 5.19. Tabel 5.19. Tingkat Keyakinan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Berdasarkan Lokasi Kelurahan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Lokasi Kelurahan Ya Tidak Tahu Responden Kelurahan Anggrung 9 2 - 11 4,50 81,82 Polonia 56 24 - 80 28,00 70,00 Sarirejo 47 24 - 71 23,50 66,20 Sukadamai 14 7 - 21 7,00 66,67 Madras Hulu 13 4 - 17 6,50 76,47 Jumlah 139 61 - 200 69,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan Variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi masyarakat sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya kedepannya tidak tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. Universitas Sumatera Utara H 1: Persepsi masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi masyarakat sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya kedepannya tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,803 atau lebih besar dari = 0,05, sehingga persepsi masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan ekonomi masyarakat sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya tidak tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal lihat lampiran 4 Melihat fenomena diatas, baik Variabel tingkat penghasilan rata- rata per bulan maupun lokasi kelurahan tidak berpengaruh kepada persepsi yang muncul terhadap tingkat keyakinan peningkatan ekonomi masyarakat. Akan tetapi reponden dengan tingkat penghasilan rata-rata per bulan antara Rp.1.000.000,- sd Rp. 1.500.000,- memiliki tingkat keyakinan tertinggi dibandingkan responden dengan tingkat penghasilan lainnya. Tingkat penghasilan rata-rata mereka sebenarnya dinilai sudah mencukupi. Akan tetapi apabila kebijakan perubahan tata guna lahan tersebut direalisasikan, mereka meyakini bahwa peluang peningkatan ekonomi mereka lebih terbuka melalui pembukaan pusat-pusat ekonomi baru kedepannya sebagai dampak dari alih guna lahan. Masyarakatpun tidak khawatir terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan keluarga kedepannya. Universitas Sumatera Utara Sedangkan respon positif tertinggi yang berasal dari responden di wilayah kelurahan Anggrung lebih dikarenakan lokasi kelurahan mereka tidak mengalami dampak perubahan guna lahan yang besar dan justru mereka yang akan mengambil keuntungan dari pola pertumbuhan kawasan kedepannya. Selain peluang usaha dapat lebih berkembang, peluang pekerjaan kedepannyapun lebih terbuka. Hal tersebut juga menunjukkan adanya prinsip pengelompokkan sebagai salah satu model yang dikenalkan oleh Camagni dalam Capello dan Nijkamp 2004, dimana kepadatan penduduk yang tinggi dan kegiatan yang produksi mempercepat kemunculan seluruh gejala positif dan negatif yang berasal dari kedekatan fisik, ekonomi kelompok, baik dalam bentuk urbanisasi dan lokalisasi ekonomi yang dikenal sebagai elemen genetik dalam keberadaan suatu kota Pada akhirnya, secara umum respon positif dari responden menunjukkan efektifitas dan efisiensi perencanaan investasi bagi masyarakat yang dilakukan dengan cara mengurangi terjadinya duplikasi, tumpang tindih, konflik pekerjaan dan ketentuan yang tidak tepat waktu sesuai yang dikemukakan oleh Curtis dalam Mattingly,dkk 2000. 5.2.2. Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Tata Guna Lahan Di Kecamatan Medan Polonia Terkait Dengan Faktor Pemenuhan Kebutuhan Dasar Dan Menjaga Keberlangsungan Hidup Masyarakat Umum Public Interest Values Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil identifikasi variabel yang dilakukan sebelumnya maka lingkup penjaringan persepsi dilakukan pada beberapa aspek dibawah ini; a. Persepsi Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Aktifitas Bandar Udara Polonia Selama Ini Secara umum tingkat ketergantungan masyarakat terhadap aktifitas bandar udara Polonia selama ini adalah cukup yaitu mencapai 42,5 . Dari segi jenis pekerjaan, persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta sebesar 46,88 . Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai wiraswasta sebesar 36,78 lihat tabel 5.20. Tabel 5.20. Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Aktifitas Bandara Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ya Tidak Tahu Responden Pekerjaan PNSBUMNTNIPolri 9 7 1 17 4,50 52,94 Pegawai Swasta 15 17 - 32 7,50 46,88 Wiraswasta 32 55 - 87 16,00 36,78 Lain-Lain 24 28 - 52 12,00 46,15 Rumah Tangga 5 7 - 12 2,50 41,67 Jumlah 85 114 1 200 42,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat Universitas Sumatera Utara untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap aktifitas bandar udara Polonia selama ini tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden. H 1: Persepsi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap aktifitas bandar udara Polonia selama ini tergantung dengan jenis pekerjaan responden. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,090 atau lebih besar dari = 0,05 sehingga persepsi ketergantungan masyarakat terhadap aktifitas bandar udara Polonia selama ini tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden lihat lampiran 5 Sedangkan dari segi lokasi kelurahan dimana responden tinggal, tingkat persentase pilihan tertinggi dari responden yang tinggal di wilayah kelurahan Anggrung sebesar 72,73 . Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden yang tinggal di wilayah kelurahan Madras Hulu sebesar 0 atau sama sekali tidak memiliki ketergantungan terhadap aktifitas bandar udara Polonia selama ini lihat tabel 5-21. Universitas Sumatera Utara Tabel 5-21. Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Aktifitas Bandara Berdasarkan Jenis Lokasi Kelurahan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Lokasi Kelurahan Ya Tidak Tahu Responden Kelurahan Anggrung 8 3 - 11 4,00 72,73 Polonia 45 34 - 79 22,50 56,96 Sarirejo 21 50 - 71 10,50 29,58 Sukadamai 11 10 - 21 5,50 52,38 Madras Hulu - 17 - 17 - - Jumlah 85 114 - 199 42,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap aktifitas bandar udara Polonia selama ini tidak tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. H 1: Persepsi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap aktifitas bandar udara Polonia selama ini tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,000 atau lebih besar dari = 0,05 persepsi ketergantungan masyarakat terhadap aktifitas bandar udara Polonia Universitas Sumatera Utara selama ini tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal lihat lampiran 5 Respon ketergantungan responden yang memiliki mata pencaharian sebagai wiraswasta terhadap keberadaan bandar udara Polonia sebagai pusat aktifitas utama selama ini paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dikembangkan mereka selama ini tidak dipengaruhi oleh keberadaan bandara. Bahkan optimisme mereka terhadap terjadinya peningkatan ekonomi lebih tinggi apabila bandar udara Polonia pindah ke Kualanamu. Sedangkan faktor kedudukan bandar udara Polonia dalam lingkup kawasan kecamatan Medan Polonia selama ini lebih memicu munculnya respon positif dari responden di wilayah kelurahan Anggrung. Dengan bertumbuhnya industri dan kondisi ekonomi yang lebih baik memberikan pengaruh terhadap terjadinya proses persepsi melalui pengalaman, proses belajar sosialisasi, cakrawala dan pengetahuan seperti yang dikemukakan oleh Mar’at 1992. Pada akhirnya ternyata kolaborasi antara konsep teknis dengan realita di lapangan tersebut masih merupakan usaha untuk kompromi dan belum merupakan usaha untuk mendekatkan kesenjangan antara perilaku masyarakat dan arahan ruang yang bertolak belakang dengan teori dari Hardiansah 2008. Universitas Sumatera Utara b. Persepsi Tingkat Keyakinan Tersedianya Kebutuhan Infrastruktur Maupun Fasilitas Yang Akan Menunjang Keberlangsungan Hidup Dan Aktifitas Masyarakat Apabila Terjadi Perubahan Tata Guna Lahan Kedepannya Secara umum tingkat keyakinan masyarakat terhadap tersedianya infrastruktur maupun fasilitas penunjang keberlangsungan hidup dan aktifitas masyarakat apabila terjadi perubahan tata guna lahan kedepannya adalah tinggi yaitu mencapai 71 . Dari segi jenis pekerjaan, persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai PNSBUMNTNIPolri sebesar 88,24 . Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai lain-lain sebesar 59,62 lihat tabel 5.22. Tabel 5.22. Tingkat Keyakinan Masyarakat Terhadap Ketersediaan Fasilitas Dan Infrastruktur Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ya Tidak Tahu Responden Pekerjaan PNSBUMNTNIPolri 15 - 2 17 7,50 88,24 Pegawai Swasta 20 7 5 32 10,00 62,50 Wiraswasta 67 9 11 87 33,50 77,01 Lain-Lain 31 5 16 52 15,50 59,62 Rumah Tangga 9 - 3 12 4,50 75,00 Jumlah 142 21 37 200 71,00 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Universitas Sumatera Utara Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi keyakinan masyarakat terhadap tersedianya infrastruktur maupun fasilitas penunjang keberlangsungan hidup dan aktifitas masyarakat apabila terjadi perubahan tata guna lahan kedepannya tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden. H 1: Persepsi keyakinan masyarakat terhadap tersedianya infrastruktur maupun fasilitas penunjang keberlangsungan hidup dan aktifitas masyarakat apabila terjadi perubahan tata guna lahan kedepannya tergantung dengan jenis pekerjaan responden. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,040 atau lebih kecil dari = 0,05, sehingga persepsi keyakinan masyarakat terhadap tersedianya infrastruktur maupun fasilitas penunjang keberlangsungan hidup dan aktifitas masyarakat kedepannya tergantung dengan jenis pekerjaan responden lihat lampiran 6 Sedangkan dari segi lokasi kelurahan dimana responden tinggal, tingkat persentase pilihan tertinggi dari responden yang tinggal di wilayah kelurahan Anggrung sebesar 90,91 . Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden yang tinggal di wilayah kelurahan Polonia sebesar 51,24 lihat tabel 5.23. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.23. Tingkat Keyakinan Masyarakat Terhadap Ketersediaan Fasilitas Dan Infrastruktur Berdasarkan Lokasi Kelurahan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Lokasi Kelurahan Ya Tidak Tahu Responden Kelurahan Anggrung 10 - 1 11 5,00 90,91 Polonia 41 20 19 80 20,50 51,25 Sarirejo 59 - 12 71 29,50 83,10 Sukadamai 19 - 2 21 9,50 90,48 Madras Hulu 13 1 3 17 6,50 76,47 Jumlah 142 21 37 200 71,00 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi keyakinan masyarakat terhadap tersedianya infrastruktur maupun fasilitas penunjang keberlangsungan hidup dan aktifitas masyarakat apabila terjadi perubahan tata guna lahan kedepannya tidak tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. H 1: Persepsi keyakinan masyarakat terhadap tersedianya infrastruktur maupun fasilitas penunjang keberlangsungan hidup dan aktifitas masyarakat apabila terjadi perubahan tata guna lahan kedepannya tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. Universitas Sumatera Utara Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,000 atau lebih kecil dari = 0,05 sehingga persepsi keyakinan masyarakat terhadap tersedianya infrastruktur maupun fasilitas penunjang keberlangsungan hidup dan aktifitas masyarakat kedepannya tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal lihat lampiran 6 Sama halnya dengan tingkat pemahaman terhadap informasi rencana perubahan tata guna lahan di kecamatan Medan Polonia, respon positif tertinggi terhadap tersedianya infrastruktur maupun fasilitas penunjang keberlangsungan hidup dan aktifitas masyarakat juga muncul dari responden dengan mata pencaharian PNSBUMNTNIPolri. Hal ini juga disebabkan karena responden tersebut lebih mudah mendapatkan informasi secara cepat dan akurat dari masing-masing instansinya. Fenomena respon positif yang muncul walaupun dengan proporsi yang berbeda menurut Rakhmat dalam Setia Budi 2005 lebih merupakan pengalaman mengenai objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan yang melibatkan sensasi, atensi, ekspetasi, motivasi serta memori. Sedangkan menurut Kebble dan Chapin dalam Mattingly, dkk 2000, dalam kasus rencana perubahan tata guna lahan khususnya di kawasan kelurahan Polonia yang memiliki respon positif terendah, pemerintah dinilai masih kurang berhasil di dalam hal mengkoordinasikan lokasi secara waktu dan tempat atas seluruh Universitas Sumatera Utara peryediaan dan kebutuhan untuk pelayanan infrastruktur dan fasilitas serta menetapkan guna lahan yang mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan termasuk transportasi dibandingkan dengan pengembangan lahan sedikit demi sedikit. Seharusnya pemerintah harus lebih maksimal mendayagunakan segenap asset yang ada secara efektif, efisien dan berkelanjutan. Hal tersebut juga bertentangan dengan prinsip aksesibilitas yang dikenalkan oleh Camagni dalam Capello dan Nijkamp 2004, dimana pemahaman interaksi saling menguntungkan antara biaya transportasi dan penggunaan lahan langsung dan lebih banyak kepada aplikasi yang rasional secara cepat di tingkat kota; c. Persepsi Tingkat Persetujuan Masyarakat Terhadap Detail Perubahan Tata Guna Lahan Secara garis besar tingkat persetujuan masyarakat terhadap detail rencana perubahan tata guna lahan harus dilakukan secara khusus di setiap lokasi kelurahan berdasarkan arahan penggunaan lahan kedepannya menunjukkan hasil sangat tinggi yaitu mencapai 83,5 . Dari segi jenis pekerjaan, persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai PNSBUMNTNIPolri sebesar 94,12 . Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai lain-lain sebesar 81,61 lihat tabel 5.24. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.24. Tingkat Persetujuan Terhadap Detail Rencana Perubahan Tata Guna Lahan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ya Tidak Tahu Responden Pekerjaan PNSBUMNTNIPolri 16 - 1 17 8,00 94,12 Pegawai Swasta 27 3 2 32 13,50 84,38 Wiraswasta 71 9 7 87 35,50 81,61 Lain-Lain 43 3 6 52 21,50 82,69 Rumah Tangga 10 - 2 12 5,00 83,33 Jumlah 167 15 18 200 83,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat persetujuan masyarakat terhadap detail rencana tata guna lahan kedepannya tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden. H 1: Persepsi tingkat persetujuan masyarakat terhadap detail rencana tata guna lahan kedepannya tergantung dengan jenis pekerjaan responden Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,709 atau lebih besar dari = 0,05 sehingga persepsi tingkat persetujuan masyarakat terhadap detail rencana tat guna lahan Universitas Sumatera Utara kedepannya tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden lihat lampiran 7 Sedangkan dari hasil penelitian di kelurahan Anggrung, respon tingkat persetujuan masyarakat terhadap rencana pengembangan guna lahan pemukiman dan jasa pelayanan adalah sangat tinggi yaitu mencapai 90,91 dan persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai wiraswasta, lain-lain dan rumah tangga yaitu sebesar 100 . Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta sebesar 75 lihat tabel 5.25. Tabel 5.25. Tingkat Persetujuan Terhadap Detail Rencana Perubahan Tata Guna Lahan Berdasarkan Lokasi Kelurahan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Lokasi Kelurahan Ya Tidak Tahu Responden Kelurahan Anggrung 10 - 1 11 5,00 90,91 Polonia 66 4 10 80 33,00 82,50 Sarirejo 54 10 7 71 27,00 76,06 Sukadamai 16 1 - 17 8,00 94,12 Madras Hulu 21 - - 21 10,50 100,00 Jumlah 167 15 18 200 83,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk wilayah kelurahan Polonia, respon tingkat persetujuan masyarakat terhadap rencana pengembangan guna lahan pemukiman, perdagangan dan ruang terbuka hijau adalah sangat tinggi yaitu mencapai 82,50 dan persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan lain-lain sebesar 88 . Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden Universitas Sumatera Utara yang memiliki jenis pekerjaan sebagai PNSBUMNTNIPolri sebesar 75 . Untuk wilayah kelurahan Sarirejo, respon tingkat persetujuan masyarakat terhadap rencana pengembangan guna lahan pemukiman, perdagangan dan ruang terbuka hijau adalah tinggi yaitu mencapai 76,06 dan persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan PNSBUMNTNIPolri sebesar 100 . Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebesar 66,67. Untuk wilayah kelurahan Madras Hulu, respon tingkat persetujuan masyarakat terhadap rencana pengembangan guna lahan pemukiman, perkantoran dan perdagangan adalah sangat tinggi yaitu mencapai 94,12 dan persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan wiraswasta dan ibu rumah tangga sebesar 100 . Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan lain-lain sebesar 66,67 . Untuk wilayah kelurahan Sukadamai, secara umum respon tingkat persetujuan masyarakat terhadap rencana pengembangan guna lahan CBD, perkantoran, perdagangan dan ruang terbuka hijau adalah sangat tinggi yaitu mencapai 100 yang berasal dari seluruh responden. Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Universitas Sumatera Utara Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat persetujuan masyarakat terhadap detail rencana tata guna lahan kedepannya tidak tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. H 1: Persepsi tingkat persetujuan masyarakat terhadap detail rencana tata guna lahan kedepannya tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,103 atau lebih besar dari = 0,05 sehingga persepsi tingkat persetujuan masyarakat terhadap detail rencana tata guna lahan kedepannya tidak tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal lihat lampiran 7 Melihat fenomena diatas dapat terlihat bahwa baik Variabel jenis pekerjaan ataupun lokasi dimana responden tinggal sama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap munculnya persepsi tingkat persetujuan masyarakat terhadap detail rencana tata guna lahan kedepannya. Akan tetapi sepertinya jenis pekerjaan PNSBUMNTNIPolri masih lebih memiliki kemudahan aksesibilitas untuk mengetahui detail rencana perubahan tata guna lahan kedepannya. Hal ini mengindikasikan bahwa persepsi memang tidak hanya berupa pengandaian saja, melainkan juga jalan menuju kebenaran, yang lahir dari empirisme Universitas Sumatera Utara dan rasionalisme realitas seperti yang diungkapkan oleh Marleau- Ponty dalam Simanuhuruk 2003. Sedangkan munculnya tingkat pemahaman yang sangat tinggi terhadap detail rencana perubahan tata guna lahan terutama di wilayah kelurahan Madras Hulu justru memunculkan kekhawatiran karena mungkin mereka hanya menganggap dokumen rencana tersebut bersifat birokratik dan masih sering dianggap miring sebagai salah satu proyek semata saja oleh elemen masyarakat seperti diungkap Hardiansah 2008. Fenomena inilah yang menurut Hardiansah 2008 merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh dunia perencanaan terkait dengan relasi antara masyarakat dan perencanaan antara berupa terjadinya Mismatch antara rencana dengan perilaku masyarakat. Sebuah rencana memang sejatinya memberikan arahan terhadap pemanfaatan ruang atau dengan kata lain bahwa kolaborasi yang terbentuk antara konsep teknis dengan realita di lapangan bukan sebuah usaha untuk kompromi, melainkan usaha untuk mendekatkan kesenjangan antara perilaku masyarakat dan arahan ruang. Oleh karenanya pemerintah harus konsisten untuk menghindari terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dari ketentuan dan norma yang seharusnya ditegakkan agar tingkat kepecayaan masyarakat tetap terjaga. Universitas Sumatera Utara 5.2.3. Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Tata Guna Lahan Di Kecamatan Medan Polonia Terkait Dengan Faktor Nilai-Nilai Sosial Yang Bertumbuh Kembang Di Daerah Dimana Lahan Itu Berada Socially Rooted Values Berdasarkan hasil identifikasi variabel yang dilakukan sebelumnya maka lingkup penjaringan persepsi dilakukan pada beberapa aspek dibawah ini; a. Persepsi Tingkat Keamanan Dan Kenyamanan Di Lokasi Tempat Tinggal Saat Ini Secara umum respon tingkat keamanan dan kenyamanan yang dirasakan oleh masyarakat selama ini adalah sangat tinggi yaitu mencapai 89,5 . Dari segi status kepemilikan rumah tinggal, persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang menempati rumah tinggal dengan status sewa sebesar 90,32 dan terendah muncul dari responden yang menempati rumah tinggal dengan status milik sebesar 89,13 lihat tabel 5.26. Tabel 5-26. Tingkat Keamanan dan Kenyamanan Tinggal Saat Ini Berdasarkan Status Rumah Tinggal Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Jenis Status Ya Tidak Tahu Responden Status Milik 123 15 - 138 61,50 89,13 Sewa 56 6 - 62 28,00 90,32 Jumlah 179 21 - 200 89,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat Universitas Sumatera Utara untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat keamanan dan kenyamanan yang dirasakan masyarakat selama ini tidak tergantung dengan status kepemilikan rumah tinggal responden. H 1: Persepsi tingkat keamanan dan kenyamanan yang dirasakan masyarakat selama ini tergantung dengan status kepemilikan rumah tinggal responden. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,799 atau lebih besar dari = 0,05 sehingga persepsi tingkat keamanan dan kenyamanan yang dirasakan masyarakat selama ini tidak tergantung dengan status kepemilikan rumah tinggal responden lihat lampiran 8 Sedangkan dari segi jangka waktu penempatan rumah tinggal, tingkat persentase pilihan tertinggi dari responden yang telah menempati rumah tinggal selama 5 sd 10 tahun sebesar 100 dan terendah muncul dari responden yang menempati rumah tinggal selama 10-15 tahun sebesar 87,50 lihat tabel 5.27. Tabel 5.27. Tingkat Keamanan dan Kenyamanan Tinggal Saat Ini Berdasarkan Jangka Waktu Tinggal Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Lama Tinggal Ya Tidak Tahu Responden Lama Tinggal 5 thn 8 1 - 9 4,00 88,89 5-10 thn 16 - - 16 8,00 100,00 10-15 thn 7 1 - 8 3,50 87,50 15-20 thn 16 2 - 18 8,00 88,89 20-25 thn 32 3 - 35 16,00 91,43 Universitas Sumatera Utara 25 thn 100 14 - 114 50,00 87,72 Jumlah 179 21 - 200 89,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat keamanan dan kenyamanan yang dirasakan masyarakat selama ini tidak tergantung dengan jangka waktu penempatan rumah tinggal. H 1: Persepsi tingkat keamanan dan kenyamanan yang dirasakan masyarakat selama ini tergantung dengan jangka waktu penempatan rumah tinggal. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,785 atau lebih kecil dari = 0,05 sehingga persepsi tingkat keamanan dan kenyamanan yang dirasakan masyarakat selama ini tidak tergantung dengan jangka waktu penempatan rumah tinggal lihat lampiran 8 Melihat fenomena diatas, ternyata Variabel jenis status kepemilikan rumaha tinggal maupun jangka waktu penempatan rumah tinggal tidak berpengaruh kepada persepsi yang muncul terhadap tingkat keamanan dan kenyamanan yang dirasakan selama ini. Tingkat kenyamanan dan keamanan yang tinggi bagi responden untuk menempati rumah tinggalnya saat ini lebih dikarenakan lokasinya yang strategis. Alasan gangguan kebisingan maupun polusi Universitas Sumatera Utara udara tidak menjadi halangan bagi mereka untuk menempati rumah tinggal di lokasi kecamatan Medan Polonia terutama untuk mencari rumah sewa di lokasi tersebut. Fenomena ini menunjukkan bahwa adanya pola penempatan pemukiman marginal khusus dengan solidaritas yang kuat diantara mereka di dalam suatu komunitas yang baik seperti yang diungkap oleh Silas 1989. Sedangkan berdasarkan jangka waktu tinggal, responden dengan jangka waktu penempatan rumah antara 5-10 tahun paling merasakan keamanan dan kenyamanan tinggal di tempatnya saat ini. Dengan jangka waktu penempatan yang belum relatif lama, mengindikasikan bahwa persepsi yang muncul merupakan pengalaman mengenai objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan yang melibatkan sensasi, atensi, ekspetasi, motivasi dan memori. seperti yang diungkapkan oleh Rakhmat dalam Setia Budi 2005. b. Persepsi Tingkat Kekhawatiran Masyarakat Terhadap Hilangnya Identitas Sosial Mereka Akibat Kemungkinan Munculnya Pendatang Sebagai Dampak Perubahan Tata Guna Lahan Kedepannya Secara umum respon tingkat kekhawatiran masyarakat atas hilangnya identitas sosial mereka akibat kemungkinan munculnya pendatang sebagai dampak perubahan tata guna lahan kedepannya adalah sangat rendah yaitu hanya mencapai 8,5 . Dari segi jenis pekerjaan, persentase pilihan terendah muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga Universitas Sumatera Utara sebesar 0 atau sama sekali tidak khawatir apabila identitas sosial masyarakat hilang apabila muncul para pendatang kedepannya. Sedangkan tingkat persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan lain-lain sebesar 15,38 lihat tabel 5.28. Tabel 5.28. Tingkat Kekhawatiran Hilangnya Identitas Sosial Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ya Tidak Tahu Responden Pekerjaan PNSBUMNTNIPolri 1 13 3 17 0,50 5,88 Pegawai Swasta 2 18 12 32 1,00 6,25 Wiraswasta 6 63 18 87 3,00 6,90 Lain-Lain 8 24 20 52 4,00 15,38 Rumah Tangga - 9 3 12 - - Jumlah 17 127 56 200 8,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap hilangnya identitas sosial akibat potensi munculnya pendatang tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden. H 1: Persepsi tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap hilangnya identitas sosial akibat potensi munculnya pendatang tergantung dengan jenis pekerjaan responden. Universitas Sumatera Utara Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,071 lebih besar dari = 0,05 sehingga persepsi tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap hilangnya identitas sosial akibat potensi munculnya pendatang tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden lihat lampiran 9 Sedangkan dari segi lokasi kelurahan dimana responden tinggal, tingkat persentase pilihan terendah dari responden yang tinggal di wilayah kelurahan Sarirejo sebesar 2,82 . Sedangkan tingkat persentase pilihan tertinggi muncul dari responden yang tinggal di wilayah kelurahan Polonia sebesar 15 lihat tabel 5.29. Tabel 5.29. Tingkat Kekhawatiran Hilangnya Identitas Sosial Berdasarkan Lokasi Kelurahan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Lokasi Kelurahan Ya Tidak Tahu Responden Kelurahan Anggrung 1 6 4 11 0,50 9,09 Polonia 12 46 22 80 6,00 15,00 Sarirejo 2 46 23 71 1,00 2,82 Sukadamai - 15 6 21 - - Madras Hulu 2 14 1 17 1,00 11,76 Jumlah 17 127 56 200 8,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara H 0: Persepsi tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap hilangnya identitas sosial akibat potensi munculnya pendatang tidak tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. H 1: Persepsi tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap hilangnya identitas sosial akibat potensi munculnya pendatang tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,071 lebih besar dari = 0,05 sehingga persepsi tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap hilangnya identitas sosial akibat potensi munculnya pendatang tidak tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal lihat lampiran 9 Melihat fenomena diatas dapat terlihat bahwa baik Variabel jenis pekerjaan ataupun lokasi dimana responden tinggal sama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kekhawatiran hilangnya identitas sosial masyarakat akibat kemunculan pendatang kedepannya. Rendahnya tingkat kekhawatiran mereka justru memunculkan gejala positif dalam proses adaptasi antara para pendatang dengan penduduk asli pada nantinya. Selain itu proses adaptasi untuk menjaga identitas sosial di masyarakat justru harus dimulai dari para pendatang seperti yang disampaikan oleh Barry dalam Lukasiewicz . Sedangkan pilihan dari adaptasi meliputi integrasi, asimilasi, separasi atau bahkan marjinalisasi dikembalikan lagi kepada para pendatang. Universitas Sumatera Utara c. Persepsi Kekhawatiran Masyarakat Terhadap Terjadinya Degradasi Sosial Akibat Perubahan Tata Guna Lahan Kedepannya Secara umum respon tingkat kekhawatiran masyarakat atas kemungkinan terjadinya degradasi sosial sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan kedepannya adalah rendah yaitu hanya mencapai 21,5 . Dari segi jenis pekerjaan, persentase pilihan terendah muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta sebesar 15,63 atau sama sekali tidak khawatir apabila identitas sosial masyarakat hilang apabila muncul para pendatang kedepannya dan tertinggi muncul dari responden yang memiliki jenis pekerjaan lain-lain sebesar 32,69 lihat tabel 5.30. Tabel 5.30. Tingkat Kekhawatiran Terjadinya Degradasi Sosial Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ya Tidak Tahu Responden Pekerjaan PNSBUMNTNIPolri 4 10 3 17 2,00 23,53 Pegawai Swasta 5 14 13 32 2,50 15,63 Wiraswasta 15 56 16 87 7,50 17,24 Lain-Lain 17 25 10 52 8,50 32,69 Rumah Tangga 2 7 3 12 1,00 16,67 Jumlah 43 112 45 200 21,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Universitas Sumatera Utara Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap terjadinya degradasi sosial akibat perubahan tata guna lahan kedepannya tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden. H 1: Persepsi tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap terjadinya degradasi sosial akibat perubahan tata guna lahan kedepannya tergantung dengan jenis pekerjaan responden. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,119 lebih besar dari = 0,05 sehingga persepsi tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap terjadinya degradasi sosial akibat perubahan tata guna lahan kedepannya tidak tergantung dengan jenis pekerjaan responden lihat lampiran 10 Sedangkan dari segi lokasi kelurahan dimana responden tinggal, tingkat persentase pilihan tertinggi dari responden yang tinggal di wilayah kelurahan Sukadamai sebesar 9,52 . Sedangkan tingkat persentase pilihan terendah muncul dari responden yang tinggal di wilayah kelurahan Sarirejo sebesar 28,17 .lihat tabel 5.31. Tabel 5.31. Tingkat Kekhawatiran Terjadinya Degradasi Sosial Berdasarkan Lokasi Kelurahan Jawaban Persentase Pilihan Tidak Jumlah Ya Berdasarkan Lokasi Kelurahan Ya Tidak Tahu Responden Kelurahan Anggrung 3 6 2 11 1,50 27,27 Universitas Sumatera Utara Polonia 16 44 20 80 8,00 20,00 Sarirejo 20 31 20 71 10,00 28,17 Sukadamai 2 16 3 21 1,00 9,52 Madras Hulu 2 15 - 17 1,00 11,76 Jumlah 43 112 45 200 21,50 Sumber :Data Olahan Microsoft Excel Untuk mengetahui tingkat ketergantungan variabel yang digunakan terhadap munculnya persepsi masyarakat digunakan uji Khi Kuadrat untuk kebebasan chi-square X 2 Test For Independence dengan bentuk pernyataan yang diuji adalah sebagai berikut: H 0: Persepsi tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap terjadinya degradasi sosial akibat perubahan tata guna lahan kedepannya tidak tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. H 1: Persepsi tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap terjadinya degradasi sosial akibat perubahan tata guna lahan kedepannya tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal. Dari hasil uji chi-square test for independence, SPSS memberikan nilai p-value = 0,038 lebih besar dari = 0,05 sehingga persepsi tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap terjadinya degradasi sosial akibat perubahan tata guna lahan kedepannya tidak tergantung dengan lokasi kelurahan dimana responden tinggal lihat lampiran 10 Fenomena yang sama pada proses penjaringan tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap hilangnya identitas sosial apabila muncul pendatang kedepannya juga terjadi pada proses penjaringan persepsi ini dimana baik Variabel jenis pekerjaan ataupun lokasi Universitas Sumatera Utara dimana responden tinggal sama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap munculnya persepsi kekhawatiran masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya degradasi sosial akibat perubahan tata guna lahan kedepannya. Masyarakat masih beranggapan sebagai penduduk asli, mereka tidak merasa terancam apabila perubahan tata guna lahan kedepan justru akan merubah pola gaya hidup mereka sebelumnya yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya degradasi kualitas lingkungan berkehidupan. Kondisi yang dibayangkan oleh masyarakat justru pada nantinya dikhawatirkan akan bertolak belakang dengan kondisi dimana pembangunan pemukiman yang eksklusif dengan berbagai desain arsitektur yang tidak membumi, bukan saja tanpa identitas yang jelas, tetapi juga akan membuat warganya terasing dan kurang membuka bagi kelancaran interaksi sosial karena itu tidak berbasis multikultur seperti yang diungkap oleh Wahyono 2005 Universitas Sumatera Utara

BAB VI PENUTUP