Bentuk-Bentuk Musik. Dimensi Musik Pandangan Hazrat Inayat Khan.

Musik dapat dikatakan suatu hasil kreatifitas dari manusia, lahirnya musik keluar atas dorongan dari ide-ide atau emosi-emosi yang ada di dalamnya, kemudian dituangkan dalam bentuk usaha menyusunkan nada, ritme, lagu, dan keharmonisan secara bersamaan sehingga dapat melahirkan keindahan dan kesenangan. Hazrat Inayat Khan mengungkapkan: “Musik adalah miniatur keseluruhan keharmonisan alam semesta, karena keharmonisan alam semesta adalah musik itu sendiri, dan manusia sebagai miniatur alam semesta, harus menunjukan keharmonisan yang sama, dalam pulsasinya, dalam detak jantungnya, dan dalam vibrasinya dia menunjukan ritme dan nada, perpaduan nada harmonis atau tidak harmonis, kesehatannya atau sakitnya, kenikmatannya atau ketidaknyamanannya. Semuanya menunjukkan musik atau kurang musik dalam kehidupannya. 93 Selanjutnya Hazrat Inayat Khan membagi musik ke dalam dua bentuk, yakni musik esoterik dan musik duniawi. a. Musik Esoterik. Kata musik berasal dari kata sansakerta yaitu “sangita” , yang mana hal ini terdapat melambangkan tiga subjek, diantaranya yaitu; menyanyi, memainkan, dan menari. 94 Sedangkan dengan kata esoterik mengandung pengertian, yaitu; merupakan sifat rahasia, dan hanya untuk ditasbihkan, atau hanya diketahui dan dimengerti oleh orang-orang yang tertentu saja. 95 93 Hazrat Inayat Khan, The Heart of Sufism, hal. 308. 94 Hazrat Inayat Khan, Dimensi Mistik Musik dan Bunyi, hal. 13 95 M. Dahlan Yakub Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, hal 160. Apabila disatukan kedua pengertian tersebut, maka musik esoterik merupakan menyanyi, memainkan, dan menari, namun yang mana diketahui atau dilakukan dengan orang-orang yang tertentu saja dan bersifat rahasia intern. Musik bersifat abstrak, dan simbol sebagai salah satu upaya penyederhanaan dalam mengungkapkan hal tersebut, karena abstrak mempunyai sifat yang merupakan metafisis, di mana ia tidak bisa dibaca dengan panca indera pengelihatan manusia secara langsung, maka dengan itu perlu ada meditasi yang pengungkapan dari hal yang abstrak tersebut. Kemudian dengan simbol dari musik esoterik, adalah merupakan musik itu sendiri sebagai awal dan akhir dari kehidupan dunia. Sedangkan dengan para pelakunya adalah para Dewa Khayangan, dan Krisna adalah sebagai pejelmaannya menjadi seseorang pemusik yang ahli dan memukau dari kedua dunia, yakni dengan memainkan serulingnya dan juga menciptakan tarian para yogi orang yang melakukan meditasi yoga. 96 Dengan demikian musik ini bisa dapat dilihat oleh peramal dan ahli klenik, pada keadaan ekstase. 97 Pada keadaan seperti ini pengetahuan tentang keberadaan yang kasat dan tidak kasat mata akan terungkap. 98 Roh turun ke dalam materi dari dunia bentuk di surga, yang sebagaimana hidup dengan kebebasan dan kesenangan, 96 Yoga dalam pandangan William James adalah penyatuan eksperimental antara individu dengan Tuhannya. Hal ini yang didasarkan atas penyelamatan, dan diet, postur, pernafasan, kosentrasi intelektual, secara disiplin moral yang agak berbeda dengan sistem-sistem yang mengajarkannya. Lihat William james, The Varieties of Religious Experience: Pengalaman- Pengalaman Religius, Yogyakarta: Jendela, 2003, hal. 488. 97 Ekstase mengandung arti keadaan di luar keadaan diri, hal ini biasanya terjadi bagi para penempuh j alan tasawuf atau lima ma‟rifat sebagai salah satu maqomnya. 98 Hazrat Inayat Khan, Dimensi Mistik Musik dan Bunyi, hal. 14. yang kemudian masuk ke dalam tubuh sehingga terpenjara, dengan hukum vibrasi ruh turun ke materi. Begitu juga sebaliknya, materi naik menujuh roh. Dengan itu terjadilah komplikasi diantara keduanya yang sehingga dapat kembali terhadap Tuhan sebagai hukum vibrasi. Demikian para sufi dan yogi menggunakan hukum vibrasi ini untuk mencapai kesempurnaan yang paling tinggi. b. Musik Duniawi. Musik duniawi tersusun atas hukum musik di seluruh alam semesta secara keseluruhan, atau sama dengan hukum kehidupan, rasa keseimbangan, hukum keselarasan, hukum jalan keseimbangan, hukum tersembunyi di balik segala aspek kehidupan, yang mana menjadikan alam raya ini sempurna dan membangun takdirnya melalui seluruh alam semesta, memenuhi tujuan-tujuannya. 99 Kemudian musik ada di balik karya seluruh alam semesta, di mana musik alam semesta adalah merupakan latar belakang gambaran kecil darinya, dan kehidupan sendiri merupakan musik. Selanjutnya alam semesta dan kehidupan di dalamnya adalah miniatur dari musik yang sesungguhnya. Walaupun roh terpenjara dalam bentuk, namun ia menikmatinya dengan mendapatkan pengalaman hidup hingga sampai kematian jasad. Namun di balik itu semua, musik itu sendiri, pikiran, gerakan oleh manusia adalah manifestasi dari musik. Musik duniawi itu akan bervibrasi pada manusia dengan perasaan lembut sehingga ia sampai dapat menikmati keharmonisan. Aspek rasa merupakan tumpahan dari segala serangan yang diperoleh dari indera, yang kemudian jatuh ke 99 Ibid, hal. 15 dalam hati, dan hati merupakan tempatnya rasa berada. Ia akan merasakan pahit jika kalau melihat orang yang sengsara atau menderita, baik itu karena sakit dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk rohani. Maka orang lain senang maka ia pun akan merasa bahagia untuk orang yang sedang mengalaminya, tidak perlu ada rasa kecemburuan dalam memperoleh kesenangan. Hal ini merupakan ajaran moral bagi setiap individu, baik itu yang mengambil jalur religius maupun tidak, sebab keharmonisan ini sesungguhnya adalah idaman dari setiap manusia, tidak ada yang tidak mengingatkannya. Keharmonisan yang terdiri dari harmoni terhadap orang lain, dan fenomena keajaiban bisa dicapai tanpa harus selalu menunggunya. Semakin dalam seseorang melihat kehidupan, semakin lebar hidup membuka pada dirinya, dan kemudian setiap saat dalam kehidupan seseorang menjadi penuh dengan keajaiban dan kemegahan. Tuhan berjanji akan memberikan rejeki bisa merupakan sebuah keajaiban dari jalan yang tidak dikira oleh manusia. Untuk pada saat ini mungkin keharmonisan tentu dapat diraih oleh jiwa manusia. Di kalangan sufi sendiri menggunakan keharmonisan musik melalui sama’. Tetapi untuk musik duniawi pada era saat ini, terdapat pada musik yang ber-genre Kapetela, yakni musik yang menggunakan suara manusia yang mengisi satu sama lainnya. Akan tetapi jenis musik Kapetela sendiri kadang didapatkan instrumen musik yang mengiringinya. Akan tetapi mereka memaksimalkan bermusik tanpa unsur musik. Snada adalah grup musik yang sering menggunakan jenis musik Kapetela atau yang dikenal dengan sebutan Kantata. 100 Musik Duniawi pandangan Inayat Khan sangat berbeda dalam musik duniawi yang saat ini secara umun maupun bahasa, di mana dalam perkembangan musik itu sendiri jenis atau genre dalam musik pada modern ini sangat beragam, seperti yang ditulis dalam bab tiga dalam “Musik Dalam Pandangan Islam”, bahwa musik yang ada pada modern ini sangatlah mengkhawatirkan di mana musik dilihat dari beragai aspek dalam keburukan dan kemaksiatan, salah satunya yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari, sebut saja musik genre dangdut yang pada saat ini hanyalah sebagai musik yang mengandung unsur erotis, dan masih banyak lagi sehingga terdapat pula musik yang mengklopromatirkan anti Tuhan. 101 Tetapi ada pula yang musik bernuansa Islami, yakni musik-musik yang mengandung unsur Islam, sebut saja musik Nasyid yang memiliki unsur Islam dalam liriknya yang mengandung pujian terhadap Tuhan bahkan menyanyikan sholawat. Demikian musik duniawi Inayat Khan hanya sebuah definisi dari musik yang dimiliki oleh keharmonisan alam semesta dari segenap miniaturnya dan sebagai musik spiritual yang bersifat esoterik.

C. Musik Sebagai Kesatuan Makro dan Mikro Kosmos.

Menurut Hazrat Inayat Khan musik mempunyai dimensi makro; bahwa arsitektur adalah musik, taman adalah musik, pertanian adalah musik, lukisan adalah 100 Perpaduan suara, lihat Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.303 101 Alwi, Shiha, Islam Inklusif, hal. 234 musik, puisi adalah musik. 102 Hazrat Inayat Khan mengambil pengertian bahwa alam dengan segala keteraturan dan ketidak keteraturannya, sebagai suatu harmoni dan juga keselarasan akan ciptaan Tuhan. Keharmonisan tersebut merupakan suatu bagian dari musik mikro. Bagi setiap orang dapat dengan mudah tertarik dengan musik, di mana ia akan segera merasakan terhadap musik apabila ia mendengarkan suara atau bunyinya. Kemudian musik juga diperuntukan bagi siapa saja yang sebagaimana tanpa harus memandang kasta, warna kulit, suku, dan apapun yang membedakannya. Oleh karena itu setiap yang dipandang dengan musik adalah merupakan sebagai hati lembut yang ada pada setiap manusia-manusia. Dalam buku Dimensi Mistik Musik dan Bunyi, Hazrat Inayat Khan mengungkapkan bahwa; “Musik saja yang bisa dapat menjadi sarana penyatuan jiwa dari berbagai ras, bangsa, dan suku yang sekarang i ni terpecah belah”. 103 Maka kemudian dengan hati yang lembut musik akan ditarik, sehingga manusia bisa dapat merasakan kesenangan yang mana ia tidak mengiranya kesenangan itu, maka karenanya musik dapat diibaratkan sebagai sesuatu hal yang berbentuk seni dan indah bagaikan seni Surgawi. Manusia merupakan sebagai mikro kosmos, sebagaimana manusia sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Ia diberikan keleluasaan oleh Tuhan untuk manjadi bagian dari penghuni bumi. Akan tetapi dengan manusia itu sendiri 102 Ibid, hal. 5. 103 Hazrat Inayat Khan, Dimensi Mistik Musik dan Bunyi, hal. 10