Karakteristik Pakan Ikan Pengaruh Pemberian Pakan Ikan dan Analisis Data

Ummi Mardhiah Batubara : Pembuatan Pakan Ikan Dari Protein Sel Tunggal Bakteri Fotosintetik Anoksigenik Dengan Memanfaatkan Limbah Cair Tepung Tapioka Yang Diuji Pada Ikan Nila Oreochromis Niloticus, 2010. Umesh Seshagiri 1984, menyatakan bahwa spirulina sebagai salah satu ganggang penghasil Protein sel tunggal sangat baik digunakan sebagai pakan dan pangan. Spirullina dapat digunakan sebagai pakan ikan hias karena memiliki zeaksantin yang dilaporkan mampu meningkatkan pigmentasi ikan dan udang. Menurut Kobayashi Kobayashi 1995, protein sel tunggal bakteri Rhodobacter capsulatus mengandung banyak protein ditunjukkan dengan keseimbangan asam amino vitamin dan substansi lain yang efektif. Protein ini dapat digunakan dalam konversi protein. Untuk pembuatan pakan, biomasa sel dapat dibuat pellet dengan ukuran yang dikehendaki. Kultur sel bakteri fotosintetik dimanfaatkan sebagai makanan untuk organisme kecil di dalam air dan tanah dan hasil ekskresi bakteri fotosintetik digunakan oleh organisme heterotrop seperti bakteri dan algae.

4.3 Karakteristik Pakan Ikan

Bahan-bahan pakan dalam bentuk komposisi beberapa bahan pakan diberikan pada ikan agar dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan pertumbuhan ikan. Pakan yang baik mengandung protein antara 20-40. Dibandingkan dengan hewan ternak di darat, ikan membutuhkan protein lebih banyak 2-4 kali lipat. Menurut Mudjiman 2002, pakan ikan dapat dibuat kering dengan berbagai bentuk diantaranya bentuk pelet, remeh crumble, butiran granular, tepung meal atau mash dan roti kukus cake. Bentuk pelet ikan beragam seperti batang, bulat atau gilik bulat memanjang. Pelet dapat diberikan pada ikan dalam fase pertumbuhan dan dewasa. Gambar pelet ikan untuk tiap perlakuan ditunjukkan dari Gambar 4.4 di bawah ini: a b c d Gambar 4.4 Pakan komersil a Pelet Perlakuan I 25 PST b Pelet Perlakuan II 30 PST c Pelet Perlakuan IV 35 PST d. Menurut Lovell 1989, Ukuran pelet ikan disesuaikan berdasarkan kebutuhan ukuran ikan yaitu berkisar antara 2-4 mm. Menurut Murtidjo 2007, pakan ikan Ummi Mardhiah Batubara : Pembuatan Pakan Ikan Dari Protein Sel Tunggal Bakteri Fotosintetik Anoksigenik Dengan Memanfaatkan Limbah Cair Tepung Tapioka Yang Diuji Pada Ikan Nila Oreochromis Niloticus, 2010. yang dibuat dalam bentuk pelet memiliki beberapa keunggulan yaitu perubahan fisika dan kimia pakan mudah dicerna oleh ikan yang mengkonsumsinya karena pakan ikan bentuk pelet telah dimasak dalam temperatur tinggi, menghindari ikan memilih bagian-bagian yang disenangi saja jika pakan berupa tepung mash serta dapat meningkatkan efisiensi pakan sekitar 2-6, menghemat tempat dan pengangkutan karena volume pakan ikan berbentuk pelet lebih kecil akibat proses pengepresan dan proses pembuatan pelet memusnahkan kuman-kuman salmonella.

4.4 Pengaruh Pemberian Pakan Ikan dan Analisis Data

Pemberian pakan ikan yang dilakukan selama 28 hari menunjukkan bahwa terjadi perubahan terhadap pertambahan bobot dan laju pertumbuhan harian ikan Tabel 4.3. Tabel 4.2 Pengaruh Pemberian Pakan Ikan Konvensional Pada Ikan Nila. Variabel Pakan Komersil Kadar Protein Sel Tunggal PST 25 30 35 Bobot awal g Bobot akhir g Pertambahan bobot g Laju pertumbuhan harian Nilai ubah pakan FCR Mortalitas 78,3 120 41,7 0,40 1,79 7 75,0 115 40 0,42 1,64 8 71,6 113 41,4 0,43 1,61 3 75,0 115 40 0,41 1,62 5 Berdasarkan analisis data pada Tabel 4.3 yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian dan nilai mortalitas ikan nila setelah diberi protein sel tunggal yang dikonversi pada pakan ikan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan pakan komersil lampiran J, hlm 43. Hal ini berarti semua jenis pakan yang diuji memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan ikan nila. Kurva pertambahan bobot selama penelitian dapat dilihat dari Gambar 4.5 berikut ini : Ummi Mardhiah Batubara : Pembuatan Pakan Ikan Dari Protein Sel Tunggal Bakteri Fotosintetik Anoksigenik Dengan Memanfaatkan Limbah Cair Tepung Tapioka Yang Diuji Pada Ikan Nila Oreochromis Niloticus, 2010. Berdasarkan Tabel 4.3 di atas nilai ubah pakan FCR dari setiap perlakuan masih efisien digunakan dalam pertumbuhan ikan nila. Mudjiman 2002, menyatakan bahwa jumlah pakan yang dikonsumsi oleh seekor ikan berkisar antara 5-6 dari bobot tubuhnya per hari. Namun jumlah tersebut dapat berubah karena faktor luar. Faktor konversi pakan pada ikan berkisar antara 1,5-8. Suatu jenis pakan dikatakan cukup efisien jika faktor konversinya 1,7. 20 40 60 80 100 120 Pertamb ahan b obot g Minggu 0 Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Waktu pengamatan Pakan Komersil PST 25 PST 30 PST 35 Gambar 4.5 Kurva pertambahan bobot ikan selama penelitian Lovell 1989, menyatakan bahwa pemberian pakan yang mengandung energi dan protein seimbang akan diperoleh pertumbuhan ikan yang optimal. Kandungan protein yang optimal di dalam pakan akan menghasilkan pertumbuhan yang maksimal bagi hewan yang mengkonsumsinya. Ikan menggunakan protein sebagai sumber energi utama, protein digunakan untuk pertumbuhan, pertambahan bobot maupun pemeliharaan tubuh Mudjiman, 2002. Jumlah protein yang tidak sesuai dalam pakan mengakibatkan pertumbuhan terhenti dan bobot tubuh ikan akan berkurang Murtidjo, 2001. Ummi Mardhiah Batubara : Pembuatan Pakan Ikan Dari Protein Sel Tunggal Bakteri Fotosintetik Anoksigenik Dengan Memanfaatkan Limbah Cair Tepung Tapioka Yang Diuji Pada Ikan Nila Oreochromis Niloticus, 2010. Subamia et al., 2003 menyatakan bahwa dari segi kualitas pakan ikan membutuhkan zat-zat pakan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Sedangkan dari segi kuantitas perlu disediakan pakan yang cukup karena apabila benih mengalami kekurangan pakan akan menyebabkan pertumbuhan terhambat dan kematian. Zonneveld et al., 1991, menyatakan bahwa untuk dapat mencernakan zat- zat pakan tersebut diperlukan suatu proses yaitu proses hidrolisis, sedangkan proses ini akan berlangsung apabila terdapat enzim pencernaan seperti protease, amilase dan lipase. Tabel 4.3 Penggunaan Pakan Konvensional Bakteri Fotosintetik Anoksigenik R. palustris selama penelitian. Perlakuan Pakan Habis Terpakai g Pakan Terbuang g Bobot Ikan Yang Dihasilkan g Konsumsi Ikan Per Hari g Pakan komersil PST 25 PST 30 PST 35 5.180 5.040 5.100 5.060 - 504 510 506 2.880 2.780 2.850 2.800 7,7 7,5 7,5 7,5 Dari Tabel 4.4 di atas, tampak bahwa pakan dengan kadar protein sel tunggal 25, 30 dan 35 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan pakan komersil yang diberikan sebagai pembanding. Hal ini mungkin dikarenakan komposisi protein yang diberikan untuk ikan nila masih berada pada batas normal. Menurut Affandi 1997, kebutuhan protein untuk ikan nila berada pada kisaran 25-35, kebutuhan makanan tambahan diperoleh ikan nila dari organisme seperti plankton dan hewan kecil lain. Menurut Mudjiman 2002, jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seekor ikan berkisar antara 5-6 dari bobot tubuhnya per hari. Namun, nilai tersebut dapat berubah karena pengaruh faktor lingkungan. Aktifitas metabolisme akan mempengaruhi tingkat frekuensi pengambilan pakan. Subamia et al., 2003, menyatakan bahwa frekuensi pengambilan pakan ikan juga dipengaruhi oleh ukuran ikan. Ikan yang berbobot kurang dari 1,5 g frekuensi makannya mencapai 8 kali dalam sehari. Akan tetapi, apabila ukuran ikan sedah lebih dari 1,5 g maka frekuensi makan dapat berkurang menjadi 3-4 dalam sehari. Ummi Mardhiah Batubara : Pembuatan Pakan Ikan Dari Protein Sel Tunggal Bakteri Fotosintetik Anoksigenik Dengan Memanfaatkan Limbah Cair Tepung Tapioka Yang Diuji Pada Ikan Nila Oreochromis Niloticus, 2010.

4.5 Faktor pendukung budidaya ikan nila Oreochromis niloticus