Faktor pendukung budidaya ikan nila Oreochromis niloticus

Ummi Mardhiah Batubara : Pembuatan Pakan Ikan Dari Protein Sel Tunggal Bakteri Fotosintetik Anoksigenik Dengan Memanfaatkan Limbah Cair Tepung Tapioka Yang Diuji Pada Ikan Nila Oreochromis Niloticus, 2010.

4.5 Faktor pendukung budidaya ikan nila Oreochromis niloticus

Air merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya ikan. Air merupakan medium yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan ikan. Keberhasilan budidaya ikan sangat bergantung pada keadaan air. Data sifat fisika kimia air yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4 Sifat Fisika Kimia Air Variabel yang diamati Kisaran Salinitas permil Temperatur C pH Oksigen terlarut DO mgl 3 27-28 6,8-7,1 5-6 Menurut Jangkaru et al., 1991, ikan nila tumbuh dan bereproduksi pada salinitas 0-29 permil dan pada salinitas 29-35 permil ikan nila dapat tumbuh tetapi tidak berproduksi. Wardoyo 1989, menyatakan bahwa pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan Tilapia nilotica sangat tergantung pada ukuran ikan. Sedangkan Payne et al., 1988 dalam Anggawati et al., 1990, menyatakan bahwa Tilapia bersifat eurykaline, dan pertumbuhan serta berkembangbiaknya akan terhambat pada salinitas yang lebih tinggi karena sebagian energinya dimanfaatkan untuk proses osmoregulasi. Keasaman alami, alkalinitas karbonat dan pH penting dalam menentukan kualitas suatu perairan bagi budidaya perikanan. Alabaster dan Lloyd 1980, menyatakan bahwa pada dasarnya tidak ada kisaran pH yang tetap untuk budidaya perikanan walaupun secara umum disebutkan bahwa kisaran pH dengan populasi ikan yang baik adalah pH 6,3-9 dan sebagian besar badan air berada pada kisaran pH 6,7- 8,6. Irianto 2005, menyatakan bahwa nilai pH 5-6,5 sangat merugikan bagi ikan salmonid karena akan terjadi penurunan laju pertumbuhan. Pada pH kurang dari 5, ikan salmonid akan mengalami gangguan pengaturan tekanan osmosis dan berakibat penurunan NaCl pada plasma sehingga kehilangan koordinasi gerakan tubuh. Ikan memerlukan oksigen O 2 untuk proses pernafasan dan metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam budidaya ikan tergantung pada spesies yang dibudidayakan. Suryanti et al., 1996, menyatakan bahwa ikan kolam akan mati karena kekurangan oksigen apabila berada lama di air dengan kandungan oksigen Ummi Mardhiah Batubara : Pembuatan Pakan Ikan Dari Protein Sel Tunggal Bakteri Fotosintetik Anoksigenik Dengan Memanfaatkan Limbah Cair Tepung Tapioka Yang Diuji Pada Ikan Nila Oreochromis Niloticus, 2010. kurang dari 0,3 mgl. Irianto 2005, menyatakan bahwa kekurangan oksigen dapat berakibat pada mortalitas ikan. Pada dasarnya konsentrasi oksigen terlarut 5 mgl merupakan kandungan oksigen yang dianjurkan untuk kesehatan ikan yang optimum. Apabila kandungan oksigen terlarut turun menjadi 3-4 mgl, ikan akan mengalami stres. Oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis dapat meningkatkan kandungan O 2 dalam media pertumbuhannya. Matales Tanennbaum 1968, menyatakan bahwa peningkatan oksigen terlarut DO berguna untuk penurunan kadar cemaran limbah dan penyediaan O 2 bagi biota air. Unsur nitrogen harus diberikan karena mikroba tidak dapat mengambilnya dari udara. Toleransi ikan terhadap suhu sangat bervariasi tergantung jenis ikan. Nila gift merupakan jenis ikan yang tinggi toleransinya terhadap perubahan suhu. Arie 2000, menyatakan bahwa kisaran suhu yang dapat ditolerir berada pada kisaran 14-38 o C. Secara alami nila gift dapat memijah pada suhu 22-37 o C. Namun, suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan berada pada kisaran 25-30 o C. Sedangkan suhu yang menyebabkan kematian ikan nila adalah di bawah 6 o C atau di atas 42 o C. Ummi Mardhiah Batubara : Pembuatan Pakan Ikan Dari Protein Sel Tunggal Bakteri Fotosintetik Anoksigenik Dengan Memanfaatkan Limbah Cair Tepung Tapioka Yang Diuji Pada Ikan Nila Oreochromis Niloticus, 2010. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan