BAB IV PERANAN RUMAH SAKIT KUSTA LAU SIMOMO BAGI
MASYARAKAT DESA LAU SIMOMO
4.1 Dalam Bidang Kesehatan
Peranan Rumah Sakit Kusta Lau Simomo tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh pasiennya saja tetapi juga masyarakat umum. Penularan penyakit kusta dapat
dicegah dengan adanya usaha rehabilitasi sebagai tempat khusus bagi penderita kusta.
36
Penanganan rumah sakit sebagai tempat rehabilitasi pemberantas penyebaran penyakit kusta kepada masyarakat. Prof. W. Schumffner mengatakan bahwa sebelum
injil tiba di Tanah Karo, penduduk berkisar 120.000 jiwa. Diperkirakan lebih kurang 70.000 jiwa bermukim di dataran tinggi Karo dan 50.000 jiwa tinggal di dataran
rendah. Dan diperkirakan ada 0,02 orang Karo mengidap penyakit kusta pada saat itu. Prof. W. Schumffner merupakan salah satu yang terlibat dalam melayani
penderita penyakit kusta di Tanah Karo pada tahun 1913.
37
Seperti yang kita ketahui bahwa penderita kusta mendapat perlakuan yang tidak baik dari lingkungan masyarakat dahulu. Asumsi yang ada pada saat itu bahwa
penyakit kusta adalah penyakit yang datang akibat kutukan. Mereka terasing dari masyarakat, dikucilkan dan dibenci. Masyarakat tidak peduli dengan penderita kusta.
Mereka diperlakukan dengan tidak manusiawi. Mereka disingkirkan dari pergaulan Melihat jumlah penderita
tersebut, bukan tidak mungkin penyebaran penyakit kusta akan berkembang pesat di kalangan masyarakat apabila tidak ditanggulangi dengan cepat dan akan menimbulkan
masalah sosial.
36
Adhi Djuanda, opcit., hal.
37
P. Sinuraya, Diakonia GBKP, Jilid I, Medan: Moderamen GBKP, 1992, hal. 53.
Universitas Sumatera Utara
umum. Tidak jarang mereka itu dibunuh karena masyarakat takut tempat tinggal mereka mendapat malapetaka.
Keadaan inilah yang dilihat oleh Ven den Berg pada saat itu. Dia melihat bagaimana masyarakat tega membunuh seorang penderita kusta. Gubuk tempat
tinggal penderita kusta tersebut dimana sengaja saat si penderita kusta ada di dalamnya dibakar. Pengalaman ini pulalah yang mendorong beliau untuk membantu
mereka. Sampai akhirnya didirikannya Rumah Sakit Kusta Lau Simomo sebagai wujud nyata perhatiaan Van den Berg terhadap penderita kusta.
Masyarakat yang berdekatan dengan lokasi rumah sakit kusta ini sepert desa Guru Benua yakni desa yang berbatasan langsung di sebelah Timur desa Lau
Simomo. Pada awalnya, mereka kurang setuju akan keberadaan rumah sakit ini. Mereka takut tertular penyakit kusta tersebut. Dan pada saat itu penyakit kusta masih
sulit untuk disembuhkan karena belum ditemukan obat-obatan yang secanggih saat ini.
Masyarakat sangat sulit menerima kehadiran penderita kusta tersebut. Bahkan keturunan mereka turut merasakan penderitaan orang tua mereka. Seringkali
mereka dicemooh oleh anak-anak dari desa tetangga mereka. Karena itu, Zending memindahkan anak-anak tersebut ke desa Suka Makmur di Sibolangit. Mereka dididik
dan dibesarkan di sana. Pemerintah Zending takut mental anak-anak tersebut teganggu. Mereka akan rendah diri dan tidak bebas berkreasi. Seperti yang dituturkan
oleh salah seorang penderita kusta bahwa keenam anaknya dibesarkan dan dididik di Suka Makmur hingga mereka menikah dan sekarang hidup mapan.
38
Hubungan antara desa yang berada disekitar Lau Simomo dengan desa Lau Simomo tersebut tidak baik. Memang tidak ada protes dengan perusakan gedung,
38
Wawancara dengan Mita br Purba pasien 13 Oktober 2007 di RS Kusta Lau Simomo.
Universitas Sumatera Utara
namun mereka memperlakukan penderita kusta tersebut secara tidak baik. Anti sosial terhadap penderita kusta sangat kental. Di dalam angkutan umum yang membawa
mereka ke kota Kabanjahe, penderita kusta ditempatkan di tempat yang paling belakang walaupun masih ada tempat yang kosong di depan. Bahkan diskriminasi
harga barang-barang yang mereka jual pun terjadi pada saat itu. Penderita kusta juga tidak bebas berkeliaran di kota karena takut akan terjadi keributan di tempat
keramaian tersebut. Masyarakat mulai dapat menerima penderita kusta sejak mereka memahami bahwa penyakit kusta bukan penyakit kutukan dan dapat disembuhkan.
Namun perlakuan menyakitkan tersebut masih diterima oleh penderita kusta tersebut berlangsung hingga tahun 1980.
39
Penambahan fasilitas rumah sakit sangat membantu proses pelayanan kesehatan tanpa harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap fasilitasnya. Karena
dapat langsung ditangani dengan cepat sehingga mempercepat penyembuhan pasien. Adapun gedung-gedung yang dibangun untuk kelancaran pelayanan rumah sakit ini
pada tahun 1980 sampai tahun 1990 tertera dalam tabel di berikut ini:
39
Wawancara dengan Kenek Sembiring eks pasien, 17 Oktober 2007 di desa Lau Simomo.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1.1 Gedung-Gedung yang Dibangun Tahun 1980-1990
No Nama
Tahun 1
Gedung administrasi 1983
2 Gedung ruang dokter
1983 3
Dapur 1987
4 Gedung fisioterapi
1987 5
Gedung generator 1987
6 Kamar mayat
1988 7
Kamar operasi 1988
Sumber: Staff Tata Usaha Rumah Sakit Kusta Lau Simomo Tahun 1980-1990
Rumah Sakit Kusta Lau Simomo ini tentu saja sangat berperan besar bagi para penderita kusta. Di tempat ini mereka bisa kembali pulih seperti sediakala.
Tempat ini juga memberikan kehidupan yang layak bagi mereka. Tidak ada lagi yang dikucilkan, dibunuh ataupun dianggab sebagai sumber malapetaka bagi masyarakat.
Mereka juga bisa kembali bersosialisasi dengan lingkungan sekitar mereka. Harapan baru tumbuh kembali seiring sembuhnya penyakit mereka. Tidak
lagi tergantung kepada sanak saudara ataupun bantuan dari orang lain, tetapi sudah dapat mencari nafkah sendiri. Walaupun dengan tenaga medis yang terbatas, rumah
sakit ini sungguh-sungguh memberikan pelayanan yang berarti bagi pasien-pasien kusta yang dirawat di sana. Saling pengertian antara sesama juga memberikan
sumbangsih yang sangat besar terhadap sesama penderita kusta. Salah satu obat yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesembuhan pasien adalah adanya dorongan
Universitas Sumatera Utara
ataupun motivasi dari sesama yang dapat menumbuhkan keinginan untuk sembuh dari dalam diri pasien. Dari pengalaman pengelola pemberantasan penyakit kusta dan
rumah sakit kusta Soewono,1997 menyimpulkan bahwa pengobatan penyakit kusta mempunyai kendala bukan saja dari aspek biomedis tetapi lebih kepada aspek
persepsi dan partisipasi masyarakat untuk mendukung proses penyembuhan dan rehabilitasi.
40
Untuk itu diperlukan suatu pendekatan sosial budaya untuk pemberantasan seperti penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat akan bahaya penyakit kusta yang
apabila tidak ditangani dengan baik maka dapat menular kepada siapa saja. Penyuluhan ini bertujuan agar masyarakat menyadari akan bahaya penyakit kusta dan
menyadari bahwa beratnya beban para penderita kusta. Dan diharapkan dukungan dari masyarakat untuk memotivasi penderita kusta untuk sembuh dan tidak merendahkan
ataupun menghina mereka lagi. Pendekatan ini akan mempercepat proses pemberantasan penularan penyakit kusta dan keinginan yang besar untuk sembuh dari
penderita kusta. Asumsi yang dibangun oleh masyarakat dahulu kepada penderita kusta
sangat berpengaruh besar dalam diri penderita kusta. Walaupun telah sembuh dari penyakitnya, mereka lebih memilih menetap di desa Lau Simomo. Dapat dilihat dari
penduduk Lau Simomo yang kebanyakan penduduknya adalah keturunan dari penderita kusta yang telah sembuh. Mereka hidup berumah tangga dengan sesama
penderita kusta. Salah satu keluarga dimana si suami dan si istri merupakan bekas pasien kusta tinggal di desa Lau Simomo menyatakan bahwa Lau Simomo merupakan
40
Boedhi Hartono, Usaha Pengendalian Kusta Dan Aspek Sosial Budaya dalam buku Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997, Hal 193.
Universitas Sumatera Utara
desa mereka yang sebenarnya dan tempat yang paling baik bagi mereka karena dapat menerima mereka yang mengidap penyakit kusta ataupun sudah sembuh sekalipun.
41
Tahun 1990-an mereka sudah bisa diterima oleh masyarakat seutuhnya. Tidak lagi ada diskriminasi ataupun penghinaan yang diterima mereka. Mereka yang
dinyatakan telah sembuh, kini sudah bebas “berkeliaran” di muka umum. Bahkan yang sebelumnya tidak ada lagi komunikasi dengan keluarga mereka, kini sudah bisa
diterima kembali di kampung halaman mereka. Seperti penuturan salah seorang mantan pasien kusta yang menyatakan bahwa dia sudah bisa kembali ke kampung
halamannya apabila dia menginginkannya. Namun dia telah memilih desa Lau Simomo untuk menghabiskan sisa hidupnya. Dia tidak ingin kembali lagi ke desanya.
Dia ke sana apabila ada sanak saudara yang mengadakan pesta perkawinan ataupun pesta adat lainnya.
42
Sekarang masyarakat yang ada di sekitar desa Lau Simomo tersebut sudah menyadari betapa pentingnya rumah sakit tersebut. Tidak lagi menganggapnya
sebagai suatu masalah namun bersyukur karena adanya rumah sakit kusta tersebut. Dengan adanya Rumah Sakit Kusta Lau Simomo tersebut maka penularan penyakit
kusta di daerah tersebut dapat diatasi.
4.2 Dalam Bidang pendidikan