dengan permasalahan, terutama permasalahan perlawanan petani secara cultural dan secara politik yang memperjuangkan tanahnya.
c. Wawancara, dengan melakukan komunikasi secara langsung untuk
mendapatkan informasi secara mendalam dengan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan pada informan dengan mengacu pada interview
guide yang telah dirumuskan peneliti.
1.6.5 Analisa Data
Penelitian kualitatif ditandai dengan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penafsiran. Data yang telah diperoleh yang terkumpul dalam catatan
lapangan, gambar atau foto jika dibutuhkan,dipelajari dan ditelaah. Tahapan selanjutnya adalah reduksi data yaitu pembuatan abstraksi yang merupakan
usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalam kerangka penelitian.
1.6.6 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini diawali dengan Bab I sebagai Pendahuluan yang memuat latar belakang dan tujuan penelitian, yang berimplikasi dalam metodologi
dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian. Dalam bab ini juga diuraikan kerangka dasar pemikiran sebagai perspektif penelitian, dan diakhir
bab ini digambarkan sistematika penulisan yang digunakan. Bab kedua merupakan pendiskripsian subjek penelitian beserta aspek-
aspek yang memiliki relevansi dengan subjek penelitian. Bab ini diawali dengan uraian mengenai kondisi sosial petani dan akar masalahnya, serta penjabaran
Universitas Sumatera Utara
reaksi petani atas kondisi tersebut yang digambarkan sebagai kekuatan politik dalam mempengaruhi proses politik organisasi gerakan petani. Bab ini diakhiri
dengan pendiskripsian secara singkat sejarah dan profil Serikat Petani Indonesia Sumatera Utara.
Bab ketiga merupakan uraian deskriptif atas penafsiran dan penganalisaan data- data yang diperoleh. Bab keempat berupa uraian yang berusaha menyimpulkan
temuan-temuan penelitian yang telah dianalisis pada bab sebelumnya. Bab ini akan diakhiri dengan kritik, saran atau masukan yang memiliki relevansi dengan
masalah dan subjek penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB II GERAKAN PETANI DAN KONFLIK AGRARIA
2.1. Persoalan Agraria Dalam Kehidupan Masyarakat
Persoalan agraria memiliki dua arah kecenderungan,pertama adalah penguatan politik rakyat dalam lapangan kehidupan agraria dan pengakuan
kedaulatan rakyat dalam pengolahan sumber-sumber agraria. Yang kedua justru melemahkan rakyat dan mengalihkan penguasaan pengolahan sumber-sumber
agraria kepada entitas lain, negara ataupun modal bahkan keduanya. Yang menjadi latar belakang konflik pertanahan umumnya bersumber dari
perebutan tanah antara perkebunan baik yang difasilitasi negara maupu swasta dan rakyat petani. Akar persoalan konflik perkebunan di satu sisi di dapat dari
sejarah lahirnya hak erfpacht yang kemudian di konversi menjadi Hak Guna Usaha HGU pada tanah perkebunan. Bermula dari adanya kebijakan erfpacht,
lahan produktif di kuasai oleh pengusaha swasta kolonial semakin meluas. Selain munculnya kebijakan nasionalisasi aset kolonial yang sebenarnya terdapat pula
tanah rakyat di dalamnya, juga terjadi konversi hak erfpacht yang diperebutkan dengan rakyat menjadi HGU untuk diberikan kepada perusahaan swasta PTP
maupun pemerintah PTPN dalam bentuk perusahaan daerah perkebunan. Tidak banyak perubahan yang terjadi terhadap kondisi kehidupan petani di
pedesaan hingga hari ini. Mayoritas petani di Indonesia merupakan petani berlahan sempit bahkan tidak bertanah buruh tani. Tumbuh dan berkembangnya
cara produksi kapitalisme senantiasa bermula dengan proses ganda, yakni
Universitas Sumatera Utara