propaganda dikalangan basis massa nya serta terhadap masyarakat luas. SPI Sumut menerbitkan media komunikasi antar anggotanya dalam bentuk buletin,
selebaran berupa seruan harian ketua umum, naskah-naskah hak asasi, poster, stiker hingga menerbitkan buku-buku yang berkaitan dengan tema perjuangan SPI
Sumut. Untuk memperluas dan menyebarkan isu-isu perjuangan SPI Sumut
terhadap publik, sebagian dari jenis media kampanye tersebut juga disebarkan pada jaringan dan masyarakat luas. Tujuannya untuk mengkampanyekan dan
menarik simpati dan dukungan dari publik terhadap perjuangan yang dilakukan SPI Sumut. Kampanye penyebarluasan perjuangan yang dilakukan SPI Sumut
terhadap publik juga dilakukan melalui konfrensi pers dan pers release terhadap media cetak maupun elektronik membangun opini publik melalui media cetak dan
elektronik dilakukan untuk memberikan tekanan terhadap lawan yang dihadapi SPI Sumut.
3.1.4. Lobby Dan Negosiasi
Dalam membangun dan menjalankan gerakannya, tidak murni dijalankan dan digerakkan kaum petani sendiri. Keterlibatan kaum intelektual sangat
mempengaruhi gerakan yang dijalankan oleh SPI Sumut sendiri. Kalangan ini mengambil peran untuk menjalankan lobby dan negosiasi dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi data akan kelemahan pihak lawan serta pemerintah dapat segera menuntaskan tuntutan-tuntutan perjuangan hak petani atas tanahnya. Hal
ini diungkapkan oleh Ketua Umum SPI Wilayah Sumut, Wagimin:
Universitas Sumatera Utara
”lobby dan negosiasi dilakukan untuk mendapatkan informasi akan pihak lawan, seperti meminta data-data perkebunan ke BPN Asahan, dimana diketahui bahwa
kabar yang di peroleh ternyata PT. Jaya Baru menggelapkan pajak sebesar 1,2 Milyar, ditemukan indikasi penggelapan yang dilakukan dari sektor Biaya
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB dan perusahan selaku wajib pajak tidak memiliki HGU. Adanya dugaan mungkin pihak perusahaan
bersekongkol dengan pihak BPN Asahan dan pihak KP-PBB.” Lobby dan negosiasi yang SPI Sumut lakukan di tingkat kabupaten yaitu
ke pemerintah kabupaten Asahan, ke DPRD Asahan serta ke Badan Pertanahan Negara. Meskipun semua tuntutan-tuntutan petani untuk medapatkan kembali
tanahnya di terima dan bahkan dari pihak Pemkab, DPRD dan BPN Asahan sudah melihat areal lahan yang menjadi sengketa, dengan janji akan segera menuntaskan
masalah tersebut namun belum menunjukkan hasil apa-apa. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Ketua Umum SPI Wilayah Sumut, Wagimin:
”bahwa sebenarnya jelas kalau posisi perusahaan lemah karena tidak memiliki izin HGU dan juga sudah memanipulasi ketentuan yang ada, dengan membuat
sertifikat prona yang duperuntukkan bagi 300 KK, seharusnya yang berhak memperoleh prona itu adalah rakyat miskin bahkan telah melakukan penggelapan
pajak, namun karena uang yang dimiliki peerusahaan semua itu tertutupi, bahkan setiap pegawai yang sudah habis masa jabatannya di pemerintahan, perusahan
selalu memberikan mobil kepada pegawai tersebut. Sungguh ironis nasib petani karena pemerintahannya yang bobrok, yang diberikan ke petani hanya janji-janji
tak pasti.”
Universitas Sumatera Utara
Di tingkat kabupaten belum ada hasil dari apa yang petani tuntutkan, SPI melanjutkan ke tingkat propinsi yaitu ke pemerintah propinsi, ke DPRD Sumut,
serta ke BPN Sumut, juga belum memberikan hasil apa-apa. Kemudian melanjutkan lagi ke tingkat nasional yaitu ke BPN pusat dan DPR serta ke
KOMNAS, namun sampai sekarang belum menunjukkan hasil yang baik.
3.1.5. Gerakan Politik