Posisi, peran dan fungsi organisasi Struktur organisasi

kepentingan SPI, untuk memperjuangkan terwujudnya tatanan agraria yang adil, kedaulatan petani, system ekonomi yang adil, dan system budaya yang egaliter, yang merupakan tujuan dari perjuangan SPI bagi keadilan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. e Menggunakan institusi-institusi sosial budaya lainnya yang sejalan dengan Pandangan, Azas, Tujuan, Prinsip Perjuangan, dan kepentingan SPI, untuk memperjuangkan terwujudnya tatanan agraria yang adil, kedaulatan petani, system ekonomi yang adil, dan system budaya yang egaliter, yang merupakan tujuan dari perjuangan SPI bagi keadilan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Strategi perjuangan tersebut dijalankan dengan mempertimbangkan permasalahan, kebutuhan, kehendak, kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh massa dan kader petani, yang merupakan dasar dari pengambilan keputusan terhadap kegiatan dan perjuangan organisasi 38 Berangkat dari pemahaman bahwa perobahan yang dilakukan haruslah menyeluruh dan berdimensi kerakyatan reformasi total, dalam arti dapat menjawab persoalan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang yang dialami oleh rakyat Indonesia, dan menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara, serta berwatak kerakyatan berpihak terutama pada yang miskin dan tertindas. SPI menegaskan diri sebagai sebuah organisasi .

2.4.4. Posisi, peran dan fungsi organisasi

38 Pasal 11 Anggaran Dasar SPI. Universitas Sumatera Utara gerakan petani yang membela kepentingan petani dengan memposisikan diri sebagai 39 1. Sebagai front perjuangan petani Indonesia. : 2. Sebagai bagian dari front perjuangan rakyat Indonesia. 3. Sebagai bagian dari front perjuangan petani Internasional. 4. Sebagai bagian dari front perjuangan rakyat Internasional. Sebagai bagian dari gerakan sosial dalam mendesakkan perubahan, Serikat Petani Indonesia menegaskan perannya sebagai berikut 40 1. Sebagai wadah untuk membangun, mengkonsolidasi dan mempergunakan secara seksama kekuatan ekonomi, pilitik, sosial dan budaya yang dimiliki anggota. : 2. Sebagai wadah untuk memperjuangkan kepentingan anggota pada khususnya dan petani pada umumnya baik di tingkat nasional maupun internasional. 3. Sebagai wadah untuk terlibat menjadi bagian dari pembela kepentingan rakyat lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional. 4. Sebagai wadah untuk melakukan berbagai bentuk tekanan politik terhadap lembaga negara dan proses politik kenegaraan agar melaksanakan pembaruan agraria sejati. 5. Sebagai wadah untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan penerima hasil dari pembaruan agraria sejati. 39 Pasal 12 Anggaran Dasar SPI. 40 Pasal 13 Anggaran Dasar SPI. Universitas Sumatera Utara 6. Sebagai wadah untuk mengumpulkan, menganalisis, memformulasikan, memperkuat dan memperjuangkan aspirasi politik petani agar sejalan dengan akses, prinsip, tujuan serta strategi perjuangan SPI. 7. Sebagai wadah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan partisipasi politik kaum tani dalam rangka mempersiapkan, memunculkan dan melahirkan pemimpin politik, bangsa dan negara yang berasal dari kaum tani yang berwatak kerakyatan. 8. Sebagai wadah untuk memilih, menempatkan, memberikan tugas, dan mengawasi anggota dalam berbagai lembaga, baik lembaga kenegaraan maupun bukan lembaga kenegaraan. 9. Pemersatu gerakan petani dan gerakan rakyat Indonesia.

2.4.5. Struktur organisasi

Sebagai organisasi yang berbasiskan massa, struktur organisasi SPI terdiri dari Kongres, Dewan Pengurus SPI, dan Anggota SPI 41 Kongres merupakan institusi pengambilan keputusan tertinggi organisasi, dan dilaksanakan setiap 4 tahun sekali. Peserta kongres adalah seluruh Badan . Kongres merupakan institusi pengambilan keputusan tertinggi organisasi, dan dilaksanakan setiap 4 tahun sekali. Dewan Pengurus SPI terdiri dari Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Wilayah, Dewan Pengurus Cabang, Dewan Pengurus Ranting dan Dewan Pengurus Basis. a. Kongres 41 Pasal 16 Anggaran Dasar SPI. Universitas Sumatera Utara Pengurus SPI, dan utusan dari seluruh Basis anggota SPI. Secara khusus, kongres memiliki wewenang untuk : 1. Menyusun, merubah, menyempurnakan, menetapkan dan mensahkan ADART SPI. 2. Menetapkan dan mensahkan Garis-Garis Besar Haluan Organisasi GBHO. 3. Memilih, menetapkan, dan mensahkan serta memberhentikan Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal DPP SPI. 4. Melantik DPP, dan BPP SPI. 5. Membahas, menerima atau menolak pertanggungjawaban Badan Pengurus Serikat DPP dan BPP SPI. 6. Menetapkan kebijakan lainnya yang mengikat seluruh anggota, yang bersifat strategis. 7. Merumuskan resolusi-rosolusi organisasi. b. Badan pengurus Badan pengurus terdiri atas Dewan Pengurus Pusat yang terdiri dari Majelis Nasional petani dan Badan Pelaksana Pusat. Dewan Pengurus Wilayah terdiri dari Majelis Wilayah Petani dan Badan Pelaksana Wilayah. Dewan Pengurus Cabang terdiri dari Majelis Cabang Petani dan Badan Pelaksana Ranting. Dewan Pengurus Basis tediri dari Majelis Basis Petani dan Badan Pelaksana Basis. c. Anggota Setiap petani warga negara Indonesia, laki-laki dan perempuan, yang telah memenuhi ketentuan tentang keanggotaan serta menyetujui Anggaran Dasar, Universitas Sumatera Utara Anggaran Rumah Tangga, serta seluruh kebijakan dan peraturan organisasi dapat diterima menjadi anggota. Anggota SPI terdiri dari anggota pemula, anggota kader, anggota kader inti dan anggota kehormatan. 2.5. Sengketa Tanah Antara Serikat Petani Indonesia SPI Basis Simpang Sei Kopas dengan PT. Jaya Baru Pratama. Tidak bisa di sangkal, tanah merupakan barang berharga dalam kehidupan manusia. Tanah bukan saja menjadi tempat tinggal, tetapi juga menjadi tempat di mana kebudayaan manusia berkembang. Dalam masyarakat agraris, kebutuhan akan tanah sangat penting, terutama bagi kelangsungan proses produksi pertanian. Besar kecilnya penguasaan tanah akan sangat menentukan tingkat produktifitas. Pada masa sekarang dimana pembangunan fisik gencar di laksanakan, persoalan tanah menjadi krusial. Beratnya masalah pertanahan ini, di sebabkan karena kebutuhan akan tanah terus meningkat untuk berbagai kepentingan. Gerak industrialisasi yang di tandai dengan pembangunan sarana dan prasarana industri, baik berupa kawasan-kawasan industri ataupun berbagai infrastruktur untuk keperluan industri, pada satu sisi menjanjikan sebagai kemajuan namun di sisi lain mendatangkan ancaman terhadap rakyat, terutama berkaitan dengan potensi terjadinya proses pembebasan tanah rakyat untuk keperluan industri. 2.5.1.Sejarah Berdirinya Perkampungan Tanah yang sedang dalam konflik, dahulu merupakan tanah milik para orang tua petani. Tahun 1949 masyarakat yang berasal dari Tomuan Holbung desa Universitas Sumatera Utara Huta Padang membuka lahan pertanian dan sekaligus membentuk perkampungan. Lahan tersebut ditanami tanaman karet, petai, durian, kemiri, dll. Perkampungan yang mereka diami diberi nama Sordang Tonga-tonga dan kemudian memperluas lahan pertanian karena jumlah penduduk yang semakin bertambah dan membuka perkampungan baru yang bernama Sordang Dolok. Sejak dibukanya lahan perladangan dan perkampungan tersebut, kehidupan mereka tidak ada gangguan dari pihak manapun, dan pada saat itu pemerintah masih bersistem kewedanan setingkat desa. Pada tahun 1976 hingga pada tahun 1983, mereka sepakat untuk memperluas lahan garapan mereka. Akan tetapi pada tahun 1984, di lakukan pencekingan atas areal masyarakat tersebut dan para oknum penguasa desa memberitahukan kepada masyarakat agar pemilik tanah perladangannya dapat merintis lahan masing- masing, guna untuk mengetahui seberapa luas lahan masing-masing dan supaya diketahui lahan kosong yang belum ditanami dan perladangan yang sudah berisi tanaman, dengan alasan pencekingan bahwa areal tersebut akan diganti rugikan dengan pihak perusahan dan informasi tahap pertama bahwa areal tersebut akan dibayar terhadap lahan yang berisi tanaman tanpa ada musyawarah tentang harga atas areal tanah yang dikuasa oleh masyarakat. Pada tahun 1985 ada informasi bahwa areal tersebut akan diukur dan kemudian tanpa menunjukkan hasil ukuran di adakan pembayaran tahap I bertempat di Masjid urung Jawa. Pada waktu itu mereka mendapatkan ganti rugi tanpa di ketahui harga dan luas tanah masing-masing penduduk yang di ambil, dan saat itu juga penduduk di suruh menanda tangani tanda terima uang, begitu Universitas Sumatera Utara memeganguangnya langsung di foto. Ternyata ganti rugi yang mereka terima hanya Rp. 25.000ha. Ketika masyarakat menolak untuk tidak bersedia menerima ganti rugi tanaman, mereka dituduh sebagai PKI atau penghalang pembangunan, sehingga intimidasi dan penindasan oleh oknum pengawas pihak perusahaan untuk mengerjakan lahan tersebut. Selama masih dalam sengketa tentang ganti rugi yang tidak sesuai, masyarakat sudah mengajukan ke pemerintah desa dan kecamatan untuk memohon supaya dapat di sesuaikan, dan permintaan mereka tidak dapat dipenuhi sehingga permasalahan tidak dapat di selesaikan sedang areal yang menjadi masalah tetap di kerjakan oleh pihak perusahaan. Adapun keterangan sebagai salah satu data tanda hak atas tanah masyarakat dan daftar nama-nama yang pernah menguasai tanah perladangan serta yang pernah bertempat tinggal di perkampungan Sordang Tonga-tonga dan Sordang Dolok dan daftar yang terlampir untuk diajukan kepada pemerintah yaitu : 1. foto copy surat keterangan tanah a.n : Saruden Sinurat 2. daftar nama-nama yang pernah menguasai mengerjakan arealtanah perladangan sesuai dengan tahn membuka lahan dan bertempat tinggal. Dan data-data yang terlampir tersebut, kesemuanya di ambilalih secara paksa oleh pihan perusahaan dengan kerjasama pihak oknum petugas pemerintah desa, Muspika BP. Mandoge dan atasannya, karena sudah banyak tanah masyarakat yang dirampas tanpa ganti rugi tanaman maka masyarakat menuntut Universitas Sumatera Utara demi hak, agar dapat dikembalikan kepada masyarakat petani. Adapun luas areal +- 600 Ha. Bahwa selama ini bila mana masyarakat mempertahankan haknya, maka dituduh sebagai PKI dan anti pembangunan. Masyarakat dianggap bodoh dan tidak tahu peraturan pertanahan demi kepentingan perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari kemampuan masyarakat selama ini belum dapat melaksanakan pengurusan hak atas tanah karena: 1. Belum mampu karena biaya administrasinya mahal 2. Pendapatan masyarakat masih sangat rendah 3. Pembinaan kepada masyarakat tentang politik, hukum dan ekonomi tidak penuh. Dengan kemiskinannya, masyarakat semakin tertindas, untuk dapat menghidupi keluarga maka masyarakat petani terpaksa memanfaatkan tanah-tanah terlantar. PT Jaya Baru Pertama ini dulu bernama Aceh Mekar yang merampas tanah warga seluas 1.200 Ha. Pada tahun 1998, Masyarakat Simpang Kopas berhasil menguasai lahan secara de facto seluas 600 Ha atas perjuangan 80 orang warga yang tergabung ke dalam kelompok Tunas Baru Pardembanan SPI Basis Huta Padang – sekarang. Sedangkan pada tahun 2006, Warga kembali berusaha untuk merebut 600 Ha lagi lahan milik mereka yang dikuasai oleh PT Jaya Baru Pertama dengan membentuk kelompok baru yang bernama Saur Matua Ina Tani Pardembanan SPI Basis Simpang Kopas – sekarang. Universitas Sumatera Utara

BAB III ANALISIS DATA

3.1. Pola Gerakan Serikat Petani Indonesia Sumut Sebagai Kekuatan Politik

Pola gerakan yang dilakukan oleh Serikat Petani Indonesia Wilayah Sumatera Utara merupakan penjabaran cita-cita dan strategi perjuangan untuk kepentingan massa nya. Ketidakadilan yang diperoleh petani atas kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada petani membuat SPI Sumut yang memposisikan diri sebagai pelopor gerakan rakyat, melakukan penguatan- penguatan gerakan dalam memperjuangkan kasus-kasus sengketa tanah untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Pola-pola gerakan yang dilakukan dalam memperjuangkan kasus sengketa tanah petani di Bandar Pasir Mandoge yakni; aksi massa, kampanye dan membangun opini publik, lobby dan negosiasi, melakukan gerakan politik serta membangun aliansi gerakan.

3.1.1 Aksi Massa

Dalam memperjuangkan kasus sengketa tanah anggota SPI Sumut di Bandar Pasir Mandoge, Asahan, salah satu pola gerakan sebagai kekuatan politik adalah dengan menggunakan kekuatan massa. Aksi-aksi massa tersebut dilakukan bertujuan untuk mendesak penyelesaian kasus sengketa tanah tersebut oleh pemerintah. Tujuan utamanya adalah mendesak pemerintah agar mengambil keputusan kebijakan sesuai dengan tuntutan petani. Sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Cabang DPC SPI Kabupaten Asahan, Ibu Zubaidah : Universitas Sumatera Utara