5. Ketegasan Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peratuaran perundang-undangan perpajakan norma perpajakan akan dituruti atau
ditaati atau dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah preventif agar wajib pajak tidak melanggar
norma perpajakan Mardiasmo, 2009. Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma perpajakan ada yang diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam dengan sanksi pidana
saja dan ada pula yang diancam dengan sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Sanksi administrasi dan sanksi pidana memiliki perbedaan yaitu sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara,
khususnya yang berupa bunga dan kenaikan, sedangkan sanksi pidana merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus
agar norma perpajakan dipatuhi dan biasanya merupakan siksaan atau penderitaan.
a. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Sanksi
administrasi dibedakan menjadi tiga yaitu sanksi berupa bunga, denda administrasi dan kenaikan Mardiasmo, 2009.
1 Sanksi berupa bunga 2 per bulan dikenakan terhadap:
29
a Pembetulan Surat Pemberitahuan SPT SPT tahunan atau SPT Masa oleh wajib pajak sendiri tetapi belum diperiksa.
b Dari penelitian rutin: a. PPh pasal 25 tidak atau kurang dibayar.
b. PPh pasal 21, 22, 23, dan 26 serta PPN yang terlambat dibayar.
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan SKPKBT tidak atau kurang dibayar atau terlambat dibayar.
d. SPT salah tulis atau salah hitung. c Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak
terutang tidak atau kurang dibayar maksimal 24 bulan. d Pajak diangsur atau ditunda.
e SPT tahunan PPh ditunda, pajak kurang dibayar. 2 Sanksi berupa denda administrasi
a SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT.
b Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT SPT tahunan atau SPT masa tetapi belum disidik.
c Khusus PPN: a. Tidak melaporkan usaha.
b. Tidak membuat atau mengisi faktur.
30
c. Melanggar larangan membuat faktur Pengusaha Kena Pajak yang tidak dikukuhkan.
d Khusus PBB: a. SPT, SKPKB tidak atau kurang dibayar atau terlambat
dibayar. b. Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang dibayar.
3 Sanksi berupa kenaikan 50 dan 100 a Dikeluarkan SKPKB dengan perhitungan secara jabatan:
1. Tidak memasukkan SPT: a SPT tahunan PPh 29.
b SPT tahunan PPh 21, 23, 26 dan PPN. 2. Tidak menyelenggarakan pembukuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 28 Ketentuan Umum dan tata cara Perpajakan KUP.
3. Tidak memperlihatkan buku atau dokumen, tidak memberi keterangan, tidak memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan, sebagaimana dimaksud pasal 29 KUP. b Dikeluarkan SKPKBT karena ditemukan data baru dan atau
data yang semula belum terungkap setelah dikeluarkan SKPKB.
31
c Khusus PPN: Dikeluarkan SKPKB karena pemeriksaan, dimana PKP tidak
seharusnya mengkompensasi selisih lebih, menghitung tarif 0 diberi restitusi pajak.
b. Sanksi Pidana